//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Riwayat Agung Para Buddha  (Read 226269 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #90 on: 29 June 2008, 09:40:42 PM »
Memang demikianlah praktek kesepurnaan (Parami) yang harus dipenuhi oleh para Bodhisatta. Bodhisatta selalu memberikan apapun termasuk kehidupannya sendiri kepada mereka yg menginginkannya, dan praktik memenuhi Parami ini hanya dengan tujuan tunggal yaitu mencapai Kebuddhaan.

2 Posts Mr.Wei and keep counting ;D

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #91 on: 29 June 2008, 09:49:40 PM »
Seharusnya 3 tapi karena ada 2 yg berdekatan waktunya jadi diitung 1 aja deh...

Disebut juga Pacceka-Bodhisatta, mereka harus memenuhi Kesempurnaannya selama dua asaïkhyeyya dan seratus ribu kappa. Mereka tidak dapat menjadi Pacceka-Buddha sebelum melewati masa Pemenuhan Kesempurnaan sebanyak kappa itu. Karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Pencerahan seorang Pacceka Buddha belumlah matang sebelum mereka memenuhi Kesempurnaan secara penuh.

(hal 16)

Yang saya bold itu... saya kurang mengerti artinya.

Entah saya yang bodoh ;D atau memang teksnya yang sulit.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #92 on: 29 June 2008, 09:55:46 PM »
bagian mana yg tidak dimengerti Mr. Wei, coba baca perumpaan tentang menanam padi itu, padi tetap tiadk akan masak meskipun disiram atau diberi pupuk setiap hari, padi itu akan masak paad waktunya. jadi maksudnya, proses pencerahan itu tidak bisa instan, tapi harus melewati proses pemenuhan Parami selama waktu yang diperlukan, misalnya 4 asankhyeyya dan seratus ribu kappa untuk mencapai SammaSambuddha, dua asankhyeyya dan seratus ribu kappa untuk menjadi Pacceka-Buddha, dsb.

Semoga jelas

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #93 on: 29 June 2008, 10:01:05 PM »
Oh iya saya salah memahami...
Saya terlalu terpaku pada kalimat itu.
Dalam teks itu maksudnya Pacekka Buddha tidak bisa mencapai Kesempurnaan sebelum menyempurnakan parami... tadi yang aye tangkap sebelumnya Pacekka Buddha itu masih tidak sesmpurna Samma Sambuddha (jadi kayak Mahayana) :)).

OK Thanx, I'll keep reading

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #94 on: 30 June 2008, 11:32:53 AM »
(4) Kehidupan di alam brahmà yang tidak memiliki kesadaran (asannasatta-bhumi): ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di alam ini tidak dapat mendengarkan Dhamma karena tidak memiliki indra pendengaran.

(hal 26)

Tidak memiliki kesadaran... ini membingungkan saya, karena bukankah makhluk hidup itu pasti memiliki kesadaran?
Kalau tidak memiliki kesadaran, bagaimana bisa disebut makhluk hidup?
Mungkinkah ada maksud secara tersirat?

_/\_

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #95 on: 30 June 2008, 11:36:53 AM »
oh iya ada 1 lagi,  [at] indra diitung 1 post aja... anggap aja 2 pertanyaan ini termasuk dalam 1 post

5. Kehidupan di wilayah seberang dunia: ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di wilayah tersebut tidak dapat dikunjungi oleh para bhikkhu, bhikkhunã, dan siswa-siswa Buddha lainnya; ini adalah tempat bagi mereka yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah; makhluk-makhluk di sana tidak dapat mendengarkan Dhamma meskipun mereka memiliki indra pendengaran

(hal 26)

Seberang dunia? Dimanakah itu?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #96 on: 30 June 2008, 11:37:57 AM »
Wei,

Tidak semua makhluk hidup terdiri dari Nama dan Rupa (Bathin dan Jasmani), ada alam tertentu yg cuma dihuni oleh makhluk yg hanya memiliki Bathin saja tidak memiliki Jasmani, dan juga ada alam yg dihuni oleh makhluk yang terdiri dari jasmani saja tanpa Bathin.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #97 on: 30 June 2008, 11:41:46 AM »
 [at] indra: thanx atas jawabnnya, kalau begitu, dengan tidak memiliki kesadaran, apakah mereka memiliki kehendak?

(ini saya rasa tidak perlu dihitung sbg 1 post)

kita diskusi bentar ya :)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #98 on: 30 June 2008, 11:46:47 AM »
Itu sebuah intilah untuk menunjukkan suatu wilayah yg jauh, yg tidak terjangkau oleh para bhikkhu/Bhikkhuni, sehingga makhluk2 di sana tidak mendapat kesempatan untuk mempelajari Dhamma, dianggap tidak menguntungkan karena mereka tidak memiliki kamma yg mendukung untuk bertemu dengan Buddhadhamma.

Mr.Wei, gak perlu kejar target begini deh, minta alamat lengkap aja.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #99 on: 30 June 2008, 11:47:53 AM »
(4) Kehidupan di alam brahmà yang tidak memiliki kesadaran (asannasatta-bhumi): ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di alam ini tidak dapat mendengarkan Dhamma karena tidak memiliki indra pendengaran.

(hal 26)

Tidak memiliki kesadaran... ini membingungkan saya, karena bukankah makhluk hidup itu pasti memiliki kesadaran?
Kalau tidak memiliki kesadaran, bagaimana bisa disebut makhluk hidup?
Mungkinkah ada maksud secara tersirat?

_/\_
Alam Asannasatta ini memiliki kesadaran (vinnana) yang bersifat pasif. Tidak ada pikiran (sanna) yang bergerak, sehingga tidak ada penginderaan sama sekali. Ketika pikiran bergerak, mereka akan meninggal dari alam itu dan terlahir di alam lain, sesuai dengan kammanya.
Untuk yang dikatakan oleh Indra, adalah 4 alam Arupa Brahma. Di sana hanya ada Nama (bathin), tanpa Rupa (jasmani).



oh iya ada 1 lagi,  [at] indra diitung 1 post aja... anggap aja 2 pertanyaan ini termasuk dalam 1 post

5. Kehidupan di wilayah seberang dunia: ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di wilayah tersebut tidak dapat dikunjungi oleh para bhikkhu, bhikkhunã, dan siswa-siswa Buddha lainnya; ini adalah tempat bagi mereka yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah; makhluk-makhluk di sana tidak dapat mendengarkan Dhamma meskipun mereka memiliki indra pendengaran

(hal 26)

Seberang dunia? Dimanakah itu?
Mungkin maksudnya adalah alam rendah yaitu asura, peta, binatang dan alam neraka.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #100 on: 30 June 2008, 11:50:31 AM »
untuk pertanyaan apakah memiliki kehendak atau tidak, tentu tidak punya, makhluk2 di alam itu hanya membuang2 waktu menyelesikan kamma saja, dan malangnya waktunya sangat panjaaaaang.... dan lamaaaa.... mereka tidak memproduksi kamma baru, setelah kamma di alam tsb habis, maka akan terlahir kembali di alam lain, dan proses kamma continue...

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #101 on: 30 June 2008, 11:57:26 AM »
 [at] INDRA: saya gak berniat kejar target... emank seh saya pengen bukunya, tapi saya juga ingin bener2 berdiskusi... mohon dimengerti... dan semua yg saya tanyakan itu memang saya tidak mengerti. _/\_

Thanx buat jawaban yang seberang itu, saya uda ngerti _/\_

Begitu juga dengan brahma itu _/\_

Thanx  :)
« Last Edit: 30 June 2008, 11:59:14 AM by Mr. Wei »

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Merenungkan Kesempurnaan Melepaskan Keduniawian
« Reply #102 on: 30 June 2008, 12:41:31 PM »
Seperti yang dijelaskan pada Dukkhakkhandha Sutta (dari Majjhima Nikàya), seseorang harus menyadari fakta bahwa

objek-objek indria lebih mengkhawatirkan dan menyedihkan daripada kenikmatan dan lain-lain;

menderita karena panas, dingin, pengganggu, nyamuk, lalat, angin, matahari, binatang melata, kutu, serangga, dan lain-lain sewaktu mencari objek-objek indria yang didorong oleh nafsu-nafsu indria;

sakit dan tertekan karena berusaha mencari objek-objek indria tanpa hasil;

khawatir dan gelisah akan keamanan terhadap lima musuh setelah mendapatkan objek-objek indria tersebut;

menderita hebat akibat berperang karena nafsu terhadap objek-objek indria tersebut;

karena tiga puluh dua jenis hukuman berat (kamma-karana) yang diterima selama kehidupan ini bagi siapa saja yang telah melakukan kejahatan melalui objek-objek indria;

karena penderitaan hebat dalam kehidupan di empat alam kehidupan yang penuh penderitaan.


~RAPB 1, pp. 109-110~

 :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :)
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Bagaimana Kesempurnaan Melepaskan Keduniawian (Nekkhama) Dipenuhi?
« Reply #103 on: 30 June 2008, 12:45:30 PM »
…………………………………………………………………………………………………….
Dengan demikian Bodhisatta pertama-tama melihat cacat tersebut (sebagaimana adanya) yang terdapat dalam kenikmatan indria dan kelahiran melalui pengetahuan akan kejijikan dan ketakutan (âdinava nàna).
………………………………………………………………………………………………………

Kenikmatan indria dari laki-laki, adalah bagaikan setetes madu di sisi tajam sebuah pedang, lebih membahayakan daripada manisnya;

kenikmatannya hanya sebentar bagaikan sebuah pertunjukan pendek yang dapat terlihat di antara kalap-kelip cahaya lampu sorot; dinikmati oleh persepsi yang salah (yang kacau) seperti hiasan seorang gila;

mereka adalah tipuan bagaikan sebuah objek yang disamarkan yang menyembunyikan setumpuk kotoran, tidak memuaskan seperti menjilat lembutnya jari tangan;

menyusahkan, bagaikan seorang yang kelaparan yang makan dengan rakus yang hanya menyebabkan penderitaan seperti umpan di mata kail yang hanya menyebabkan dukkha pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan bagaikan panasnya api yang berkobar-kobar;

mereka menempel bagaikan getah pohon (makkata lepa);

mereka membentuk suatu alat untuk menyembunyikan benda yang membahayakan seperti mantel seorang pembunuh.
……………………………………………………………………………………………………..

Karena melepaskan kehidupan rumah tangga adalah dasar bagi Kesempurnaan melepaskan keduniawian, pada waktu tidak ada ajaran Buddha, dalam rangka memenuhi Kesempurnaan ini, Bodhisatta menjalani kehidupan pertapaan menjadi petapa atau pengembara yang berpegang pada hukum perbuatan (kamma vàdi) dan hukum akibat dari perbuatan (kiriya vàdi). Tetapi, saat di dunia muncul seorang Buddha, Beliau bergabung dalam Sangha, menjadi bhikkhu dalam masa Buddha tersebut.

Setelah melepaskan keduniawian, ia menjalani Varitta Sila dan Càritta Sila seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan untuk menyucikan sila ini, Beliau menjalani praktik pertapaan keras (dhutanga).

Dengan demikian, Bodhisatta yang telah mencuci kotoran batinnya dengan air bersih Sila dan dibentengi oleh praktik dhutanga berhasil memperoleh perbuatan dan ucapan yang murni tanpa cela; Beliau merasa puas dengan jubah apa pun yang dimiliki, makanan dan tempat tinggal yang tersedia; setelah mengikuti tiga pertama dari empat tradisi para Ariya (Ariyavamsattaya), Beliau berusaha mencapai yang keempat, kebahagiaan dalam meditasi (bhàvanàrama) dengan melatih satu dari empat puluh objek meditasi yang diajarkan yang sesuai baginya hingga Beliau mencapai Jhàna awal (Upacàra) dan Jhàna pencerapan (Appanà). Pencapaian Jhàna tercerap adalah Pemenuhan Bodhisatta atas Kesempurnaan Melepaskan keduniawian.

~RAPB 1, pp. 156-158~

 :lotus: :lotus: :lotus: :lotus: :lotus: :lotus: :lotus:
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #104 on: 30 June 2008, 12:46:25 PM »
(4) Kehidupan di alam brahmà yang tidak memiliki kesadaran (asannasatta-bhumi): ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di alam ini tidak dapat mendengarkan Dhamma karena tidak memiliki indra pendengaran.

(hal 26)

Tidak memiliki kesadaran... ini membingungkan saya, karena bukankah makhluk hidup itu pasti memiliki kesadaran?
Kalau tidak memiliki kesadaran, bagaimana bisa disebut makhluk hidup?
Mungkinkah ada maksud secara tersirat?

_/\_

Brahma Asannasatta-Bhumi ( Alam para Brahma yang kosong dari kesadaran (yang tidak bergerak) ) ini termasuk kedalam Alam Kehidupan Jhana keempat/Catuttha Jhana Bhumi 7 (RUPA-BHUMI 16).

Brahma Asannasatta tumimbal lahir tidak dengan kesadaran (citta/Vinnana), tetapi tumimbal lahir dengan Materi (Rupa) yaitu Jivitanavakakalapa-Rupa.

Kita (manusia) susah bayangin bentuk-bentuk para brahma itu.

[at] indra: thanx atas jawabnnya, kalau begitu, dengan tidak memiliki kesadaran, apakah mereka memiliki kehendak?

delete...

Mereka tidak memiliki Kesadaran (Nama/batin) berarti mereka juga tidak mempunyai kehendak. Mereka hanya mempunyai Rupa (materi) aja.

cmiiw...

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are