Semakin suatu objek ditutup2i maka objek tsb akan semakin menggairahkan...
Zaman dulu, banyak perempuan tidak memakai pakaian atas, contohnya di Jawa, Bali juga sampai sekarang masih di Irian Jaya pedalaman, Afrika, dll... Bagi kaum pria di daerah2 tsb, daerah dada perempuan bukan lagi menjadi objek pemicu hasrat seksual.
Bandingkan dengan daerah2 yg banyak menutup2i tubuh perempuan. Arab, misalnya. Seluruh tubuh perempuan ditutup2i, akibatnya bisa ditebak. Begitu melihat betis atau leher tersingkap saja, hasrat kaum prianya bisa naik ke ubun2...
Begitu-lah...
Kembali ke Ajaran Buddha, bukan objek sebenarnya yg menjadi masalah, namun cara kita memperlakukan objek tsb. Jika kita menganggap suatu objek adalah pemicu seksual dan kita tutup2i, maka objek tsb benar2 akan menjadi objek seksual.
Dengan pemikiran Arab tadi, dengan ditutupinya seluruh tubuh, maka objek pemicu seksual menjadi semakin banyak, yakni seluruh anggota tubuh perempuan.
Jadi, bisa dimengerti mengapa pemain Yaman menjadi terganggu konsentrasinya melihat cheerleaders berbikini bersorak2 dipingir lapangan...
Bagi saya, saya tidak setuju dengan pemikiran Islam bahwa anggota tubuh wanita harus ditutupi semaksimal mungkin, karena:
1. hal ini memposisikan perempuan-lah yg menjadi sumber masalah sehingganya harus ditutup2i.
2. Menutupi seluruh anggota tubuh hanya akan menjadikan objek pemicu hasrat seksual menjadi semakin banyak.
::