kata-kata anda sama dengan saudara coedabgf,
apakah harus sampai mencapai sotapanna-arahat untuk mengerti dhamma? tanpa itu semua...sekarang lebih baik di lihat langsung.
ketika kita memakan garam dan dengan kondisi sadar mengetahui rasa garam "asin"
apakah masih harus meragukan rasa dari garam itu.
apakah meragukan kondisi sadar dari diri sendiri?
salam metta.
Mengerti Buddha-dhamma? Semua orang bisa mengerti Buddha-dhamma. Merealisasikan Buddha-dhamma? Itu kapasitas para ariya.
Saya berikan contoh Kisa Gotami, salah satu kisah favorit saya.
Apakah dalam kisah Kisa Gotami, ia hanya satu-satunya orang yang tahu bahwa semua orang pasti mati? Jelas tidak. Semua orang juga tahu (makanya menertawakan dia). Lalu mengapa hanya Kisa Gotami yang merealisasi Sotapatti-phala?
Sekarang saya tahu, anda juga tahu, bahwa semua orang pasti mati, tanpa perlu cari biji sawi keliling kota. Anda sudah Sotapanna? Kalau anda memang Sotapanna, berarti lupakan saja semuanya karena saya memang tidak seharusnya berdebat dengan anda.
Tetapi kalau anda belum Sotapanna, saya mau bertanya: anda tahu dhamma yang sama juga dimengerti oleh Kisa Gotami, mengapa Kisa Gotami saat itu mencapai Sotapanna, sedangkan anda tidak?
saudara kaiyin,
paramatha dhamma, itu banyak yang harus direalisasikan....bukan berarti merealisasikan 1 saja semua menjadi bisa....
misalkan dalam mencapai tingkat sotapanna disitu menghancurkan 3 belenggu..
andaikata seseorang telah menghancurkan belenggu tentang miccha-dhitti saja..apakah bisa dikatakan diri-nya belum menghancurkan miccha-dhitti yang sesungguh-sungguh-nya walau karena belum mencapai sotapatti?apakah rasa garam itu "asin" dan yang menyatakan adalah asin adalah hanya kapasitas para ariya?
well,well......
anak SD saja jika sadar rasa garam adalah "asin" maka anak SD juga telah menembus sebuah paramatha dhamma.
masalah kisah gotami, memang semua orang tahu mesti mati akan tetapi ( ketika di-ingatkan )
misalkan masalah dukkha....tentang 4KM
coba tanyakan pada orang awam yg hidup nyaman, apakah kamu sedang menderita?
mereka tentu akan menjawab "tidak, saya bahagia kok"
tetapi ketika kita mengingatkan bahwa kamu akan menderita tua, menderita sakit, menderita kematian...barulah disadari nya "oh iya masih ada dukkha"
apakah pada saat dijawab "saya bahagia" itu mengatakan bahwa orang tersebut tidak mengetahui akan menderita tua,sakit,mati?
orang bersenang-senang dengan apa yang dimiliki-nya hingga lupa akan kematian, namun ketika berhadapan dengan kematian, dirinya baru mengetahui realita.
tetapi ketika masih bersenang-senang, orang tersebut juga mengetahui bahwa diri-nya pasti akan mati...
btw,kita membahas paramatha dhamma dari awal,bukan penembusan akan buddha-dhamma.
penembusan buddha-dhamma itu sama memang dengan merealisasikan paramatha dhamma...
akan tetapi "paramatha dhamma itu cakupannya luas"
garam rasa asin tidak pernah dibahas sebagai buddha-dhamma ( ajaran buddha ) karena ajaran buddha mengajarkan bagaimana merealisasikan kebahagiaan....
sedangkan yang saya bahas disini merealisasikan paramatha dhamma.....atau kebenaran absolut.
kalau kita membahas penembusan paramatha dhamma tentang ajaran buddha, memang disitu hanya orang ariya yang telah merealisasikan akan tetapi.......seperti yang saya katakan..
buddha dhamma bukan hanya mengajarkan 1.
ada 10 belenggu yg harus dihancurkan, dan jika kita menghancurkan 1 saja...walau belum 9 nya, tetap saja merealisasikan buddha dhamma sebagai paramatha dhamma.
jadi kata "merealisasikan" disini merealisasikan 1 saja atau semua,
karena kalau "semua" yang anda maksudkan yah jelas pasti tidak connect karena dari awal saya membahas merealisasikan 1 saja.
karena kalau merealisasikan "semua" saya juga setuju dgn anda....
salam metta.