[at] om Markos
hmm.... kalau boleh saya simpulin,
jadi hal penting selanjutnya/seiring dengan menghilangkan "AKU" ini adalah
memperbanyak berbuat kebaikan, dan mengurangi berbuat jahat serta mulai menyucikan batin kita.
memperbanyak berbuat kebaikan = bisa dilakukan dengan mudah
mengurangi berbuat jahat = walau sulit, bisa saya pupuk dengan kesabaran.
menyucikan batin = hal ini saya masih ngeblank, soalnya gak begitu mengerti tentang batin.
Dear hatRed,
kalau saya boleh revisi, menghilangkan disini adalah menyadari hakekat sesungguhnya bhw AKU itu sesungguhnya tidak ada....
Mudah memperbanyak berbuat baik? apa anda yakin? bukankah justru lbh mudah utk berbuat jahat?
Mengurangi berbuat jahat? seyogyanya ini dilakukan di awal kita bertekad utk menjadi lebih baik
Itu kenapa kita seyogyanya mengambil Pancasila sebagai awal dasar hidup kita.
Dengan Pancasila, kita akan diarahkan untuk mengurangi berbuat jahat, dan otomatis akan mempermudah kita utk berbuat baik
menyucikan batin : gampang kok...... jika anda sudah mulai mengurangi berbuat jahat dan memperbanyak kebaikan, berarti anda sudah memulai usaha menyucikan batin loh....
lalu bagi saya menghilangkan "AKU" berarti mengorbankan kebahagiaan orang lain (dalam konteks kebahagiaan duniawi), apakah saya mesti lanjut atau tidak?
Contohnya??
Jika anda lebih murah hati, apa org lain akan tidak bahagia?
Jika anda lebih bnyk bahagia, apakah org lain tidak akan bahagia?
Justru dengan kita berlatih mengikis konsep AKU, maka kita akan menjadi lebih toleran, sabar, murah hati, tidak berprasangka buruk dan berbagai hal positif lainnya, malahan akan berkembang loh....
semoga bisa dimengerti