//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka  (Read 76890 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #45 on: 12 April 2011, 10:24:07 AM »
bukannya jataka termasuk dalam sutta pitaka-Khuddaka Nikaya  ya?..duh ngarep banget ;D
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #46 on: 12 April 2011, 10:27:32 AM »
kok cerita NPNG mirip dengan ini yak :


Kisah Kundalakesi Theri
 
 
 DHAMMAPADA VIII, 3-4
 

        Kundalakesi adalah putri orang kaya dari Rajagaha. Ia senang dengan kehidupan menyendiri. Suatu hari ia kebetulan melihat seorang pencuri yang sedang digiring untuk dibunuh dan ia secara tiba-tiba jatuh cinta padanya. Hal itu disampaikan kepada orang tuanya. Tentu saja orang tuanya menolak. Tetapi Kundalakesi tak mau mundur setapak pun. Akhirnya orang tuanya mengalah dan membayar sejumlah uang untuk kebebasan pencuri tersebut.

        Mereka berdua segera dinikahkan. Meskipun Kundalakesi mencintai suaminya dengan sangat, suaminya tetaplah seorang pencuri, yang hanya tertarik kepada harta dan permatanya.

        Suatu hari, suaminya membujuk untuk mengambil semua permatanya, dan menuntun Kundalakesi pergi ke sebuah gunung.

        Katanya: "Adinda, aku ingin melakukan persembahan kepada makhluk halus penjaga gunung yang telah menolong hidupku ketika akan dibunuh".

        Kundalakesi menurut dan pergi mengikuti suaminya.

        Ketika mereka sampai di tujuan, suaminya berkata: "Sekarang kita berdua telah sampai di tujuan. Maka engkau akan kubunuh untuk mendapatkan semua permatamu itu!"

        Dengan ketakutan Kundalakesi memohon: "Jangan! Aku jangan kau bunuh. Ambillah semua hartaku, tetapi selamatkanlah nyawaku!"

        "Membiarkanmu hidup?" ejek suaminya. "Jangan-jangan nanti engkau malahan melaporkan bahwa permatamu itu kurampas. Tidak bisa! Kau harus kulenyapkan untuk menghilangkan saksi!"

        Dalam keputus-asaannya Kundalakesi menyadari bahwa mereka sekarang sedang berada di tepi jurang. Ia berpikir bahwa ia seharusnya berhati-hati dan cerdik. Jika ia mendorong suaminya ke jurang, mungkin merupakan satu kesempatan untuk dapat hidup lebih lama lagi.

        Kemudian dengan mengiba ia berkata kepada suaminya: "Kakanda, kita berkumpul bersama-sama ini hanya tinggal beberapa saat lagi. Bagaimana pun juga, engkau adalah suamiku dan orang yang sangat kucintai. Maka, ijinkanlah aku memberikan penghormatan kepadamu untuk yang terakhir kalinya. Hanya itu saja permintaan terakhirku. Semoga kakanda mau mengabulkan permintaan terakhir isterimu ini".

        Setelah berkata seperti itu, Kundalakesi mengitari laki-laki itu dengan penuh hormat, sampai tiga kali.

        Pada kali terakhir, ketika ia berada di belakang suaminya, dengan sepenuh kekuatannya ia mendorong suaminya ke jurang, dan jatuh ke tebing batu yang terjal.

        Setelah kejadian itu, ia tidak berkeinginan lagi untuk kembali ke rumah. Ia meninggalkan semua permata-permatanya dengan menggantungnya di sebuah pohon, dan pergi, tanpa tahu kemana ia akan pergi.

        Secara kebetulan ia sampai di tempat para pertapa pengembara wanita (paribbajika) dan ia sendiri menjadi seorang pertapa penngembara wanita. Para paribbajika lalu mengajarinya seribu problem pandangan menyesatkan.

        Dengan kepandaiannya ia menguasai apa yang diajarkan mereka dalam waktu singkat. Kemudian gurunya berkata kepadanya untuk pergi berkelana dan jika ia menemukan seseorang yang dapat menjawab semua pertanyaannya, jadilah kamu muridnya.

        Kundalakesi berkelana ke seluruh Jambudipa, menantang siapa saja untuk berdebat dengannya. Oleh karena itu ia dikenal sebagai "Jambukaparibbajika".

        Pada suatu hari, ia tiba di Savatthi. Sebelum memasuki kota untuk menerima dana makanan, ia membuat sebuah gundukan pasir dan menancapkan sebatang ranting eugenia di atasnya. Suatu tanda yang biasa ia lakukan untuk mengundang orang lain dan menerima tantangannya.

        Sariputta Thera menerima tantangannya.

        Kundalakesi menanyakan kepadanya seribu pertanyaan dan Sariputta Thera berhasil menjawab semuanya.

        Ketika giliran Sariputta Thera bertanya kepadanya, Sariputta Thera hanya bertanya seperti ini: "Apa yang satu itu? (Ekam nama kim)".

        Kundalakesi lama terdiam tidak dapat menjawab. Kemudian ia berkata kepada Sariputta Thera untuk mengajarinya agar ia dapat menjawab pertanyaannya. Sariputta berkata bahwa ia harus terlebih dahulu menjadi seorang bhikkhuni.

        Kundalakesi kemudian menjadi seorang bhikkhuni dengan nama Bhikkhuni Kundalakesi. Dengan tekun ia mempraktekkan apa yang diucapkan oleh Sariputta, dan hanya dalam beberapa hari kemudian, ia menjadi seorang arahat.

        Tak lama setelah kejadian tersebut, para bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha: "Apakah masuk akal Bhikkhuni Kundalakesi menjadi seorang arahat setelah hanya sedikit mendengar Dhamma?"

        Mereka juga menambahkan bahwa wanita tersebut telah berkelahi dan memperoleh kemenangan melawan suaminya, seorang pencuri, sebelum ia menjadi paribbajika.

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 102 dan 103 berikut ini:

Daripada seribu bait syair yang tak bermanfaat adalah lebih baik satu kata Dhamma yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan musuh dalam ribuan kali pertemburan, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri.

***


ini cerita gue, gimana sih? tapi gak memenuhi syarat karena dari Atthakatha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #47 on: 12 April 2011, 10:28:05 AM »
[Memanfaatkan kelemahan definisi TS]

Dari Tipitaka, Kuddhakanikaya, Dhammapada 294 & 295:

Mātaraṃ pitaraṃ hantvā, rājāno dve ca khattiye;
Raṭṭhaṃ sānucaraṃ hantvā, anīgho yāti brāhmaṇo.
Membunuh ayah dan ibu, dua raja khattiya;
Menghancurkan kerajaan beserta penduduknya, Brahmana sejati berjalan tak tergoyahkan

Mātaraṃ pitaraṃ hantvā, rājāno dve ca sotthiye;
Veyagghapañcamaṃ hantvā, anīgho yāti brāhmaṇo.
Membunuh ayah dan ibu, dua raja makmur;
Membunuh harimau, Brahmana sejati berjalan tak tergoyahkan

Ditunggu hadiahnya.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #48 on: 12 April 2011, 10:31:59 AM »
bukannya jataka termasuk dalam sutta pitaka-Khuddaka Nikaya  ya?..duh ngarep banget ;D
Di Jataka banyak kisah pembunuhan, tapi hanya dikisahkan saja, tidak disetujui dan diajarkan oleh Buddha.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #49 on: 12 April 2011, 10:32:33 AM »
ini cerita gue, gimana sih? tapi gak memenuhi syarat karena dari Atthakatha
iye, npng di postnya juga ada tuh, yang jataka.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #50 on: 12 April 2011, 10:37:19 AM »
Di Jataka banyak kisah pembunuhan, tapi hanya dikisahkan saja, tidak disetujui dan diajarkan oleh Buddha.

loh bukannya tindakan seperti itu malah dipuji oleh bodhisatta sebagai tindakan bijaksana?
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #51 on: 12 April 2011, 10:37:54 AM »
bukannya jataka termasuk dalam sutta pitaka-Khuddaka Nikaya  ya?..duh ngarep banget ;D

Jātaka termasuk Tipitaka, tetapi kisah-kisahnya sebenarnya ada dalam Aṭṭhakathā. Jātaka hanya berisi syair-syair doang.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #52 on: 12 April 2011, 10:39:06 AM »
 [at] NPNG, sudahlah, daripada tidak sama sekali, mendingan kita jadi supporter bagi pemenang saja, mana tau bisa kecipratan dari sang pemenang

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #53 on: 12 April 2011, 10:39:44 AM »
Jātaka termasuk Tipitaka, tetapi kisah-kisahnya sebenarnya ada dalam Aṭṭhakathā. Jātaka hanya berisi syair-syair doang.

tapi ya walau bagaimanapun itu termasuk jataka dong ya? ;D
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #54 on: 12 April 2011, 10:39:57 AM »
Samanera yang saya hormati,  ^:)^ dan teman-teman sekalian... Maafkan tadinya saya sudah berpikir untuk memberikan hadiah...Tetapi setelah saya baca kembali naskah yang bersangkutan berdasarkan terjemahan Access to insight maupun mettalanka ternyata disana tidak dikatakan pembenaran untuk melukai mahluk lain....

Dalam Sutta tersebut dikatakan "dalam usaha mengeluarkan batu atau ranting kayu", jadi di Sutta tersebut tidak ada tujuan untuk dengan sengaja melukai. Jadi luka bukanlah tujuan atau kehendak dengan sengaja, tapi luka adalah disebabkan kehendak atau cetana (efek samping yang tak diinginkan) untuk mengeluarkan ranting kayu atau batu tersebut.

Kecuali dikatakan bahwa "Melukai dengan sengaja mulut bayi tersebut untuk mendapatkan batu atau kayu....dapat dibenarkan" maka lima juta rupiah saya akan hilang.

Coba cari lagi cerita yang lebih pas... hayooo.... ;D

Mettacittena,  _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #55 on: 12 April 2011, 10:40:15 AM »
loh bukannya tindakan seperti itu malah dipuji oleh bodhisatta sebagai tindakan bijaksana?
Bodhisatta 'kan bukan Buddha. Di kehidupan lampau, bodhisatta juga banyak membunuh orang. Lagipula yang dipuji adalah kecerdikannya, bukan pembunuhannya.

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #56 on: 12 April 2011, 10:41:32 AM »
[at] NPNG, sudahlah, daripada tidak sama sekali, mendingan kita jadi supporter bagi pemenang saja, mana tau bisa kecipratan dari sang pemenang

hahaha...ntar ditunggu aja pengumuman dr TS nya gimana..lol ;D
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #57 on: 12 April 2011, 10:42:45 AM »
Bodhisatta 'kan bukan Buddha. Di kehidupan lampau, bodhisatta juga banyak membunuh orang. Lagipula yang dipuji adalah kecerdikannya, bukan pembunuhannya.

kan sesuai definisi TS nya:
"Barang siapa yang bisa menemukan pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik" akan diberi hadiah.

kan TS sendiri kgk bilang harus dr sang buddha..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #58 on: 12 April 2011, 10:43:15 AM »
Di Jataka banyak kisah pembunuhan, tapi hanya dikisahkan saja, tidak disetujui dan diajarkan oleh Buddha.

Bro Kaynin yang baik, reply no 48 disetujui atau tidak oleh Sang Buddha....? Kalau ada persetujuan dari Sang Buddha: "five million rupiahs is yours..... "   :P

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #59 on: 12 April 2011, 10:44:19 AM »
Samanera yang saya hormati,  ^:)^ dan teman-teman sekalian... Maafkan tadinya saya sudah berpikir untuk memberikan hadiah...Tetapi setelah saya baca kembali naskah yang bersangkutan berdasarkan terjemahan Access to insight maupun mettalanka ternyata disana tidak dikatakan pembenaran untuk melukai mahluk lain....

Dalam Sutta tersebut dikatakan "dalam usaha mengeluarkan batu atau ranting kayu", jadi di Sutta tersebut tidak ada tujuan untuk dengan sengaja melukai. Jadi luka bukanlah tujuan atau kehendak dengan sengaja, tapi luka adalah disebabkan kehendak atau cetana (efek samping yang tak diinginkan) untuk mengeluarkan ranting kayu atau batu tersebut.

Kecuali dikatakan bahwa "Melukai dengan sengaja mulut bayi tersebut untuk mendapatkan batu atau kayu....dapat dibenarkan" maka lima juta rupiah saya akan hilang.

Coba cari lagi cerita yang lebih pas... hayooo.... ;D

Mettacittena,  _/\_

Misalkan ada seorang pasien mengalami serangan jantung dan oleh dokter diharuskan untuk operasi bypass, operasi itu jelas bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, tapi apakah si dokter bedah tidak dengan sengaja melukai dada si pasien dalam proses operasi tersebut?

 

anything