Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Rico Tsiau on 27 March 2012, 04:55:51 PM
-
horeeee dc mulai rame lagi ;D
yuk diskusiin contoh kasus berikut ini :
teman anda akan diterkam singa, anda bisa menyelamatkannya dengan hanya satu2nya cara yaitu menarik pelatuk senapan anda untuk membunuh singa tersebut.
apa anda akan membunuh singa itu untuk menyelamatkan teman anda?
jika iya, apa alasannya? dan bagaimana jika ditinjau dari buddha dhamma.
_/\_
-
senapan apa dulu nih? ;D
kalo senapan angin mah ngak mempan untuk singa :)).
tapi kalo senapan yang bisa mengeluarkan suara yang keras, saya lebih baik mengikuti polisi dulu :)).
memberi tembakan peringatan dulu ;D.
kalo singanya kaget pasti ada waktu untuk si teman kabur begitu juga dengan saya =)).
-
Secara buddha dhamma, saya jadi makanan singa aja, jd ga perlu melanggar sila.
Tapi kalau dihadapkan pada kenyataan, saya pilih bunuh singa nya :| kalo temen itu org baik, kalo bukan org baik...biarkan saja dimakan singa, ga ada yg dirugikan. ;D
-
setiap tindakan pasti ada resikonya, jika benar2 hanya itu satu2nya cara, mka mungkin saya akan memilih teman saya. ;D
dan dengan perasaan yang sangat terpaksa harus melukai singa itu, tapi sebaiknya dibagian2 yang tidak berbahaya, setidaknya hanya untuk melumpuhkan, bukan dengan kebencian dan niat membunuh si singa.
-
lah bentuk senapan nya (senapan angin) kayak pentungan kan, pentung saja singa nya nanti dia juga takut.
-
horeeee dc mulai rame lagi ;D
yuk diskusiin contoh kasus berikut ini :
teman anda akan diterkam singa, anda bisa menyelamatkannya dengan hanya satu2nya cara yaitu menarik pelatuk senapan anda untuk membunuh singa tersebut.
apa anda akan membunuh singa itu untuk menyelamatkan teman anda?
jika iya, apa alasannya? dan bagaimana jika ditinjau dari buddha dhamma.
_/\_
disini cuma bilang teman, apakah teman biasa, teman baru kenal, teman semasa SD, teman BAIK, dst... atau
teman yg selalu ganguin kita semasa SMA ?.... nahh ini biarkan saja digigit singa pelan2.....
apakah kita juga jago tembak ? jangan2 mau tembak singa, malah teman tsb yg ketembak, dan kita membunuh org, berarti bisa masuk penjara...
jadi informasinya masih belum lengkap n akurat, jadi jawabnya juga belum bisa bagus... :))
-
Biarkan karma mereka masing2 bekerja ;D
Mendingan kabur.. wkwkwkwkwwk
-
bunuh singa.
krn selain menyelamatkan teman, jg menyelamatkan diri sendiri.
simple, hubungan saya dan teman lebih dekat drpd hub saya dan singa.
tapi kalau singa itu lebih dekat dg saya, maka saya akan membujuk dia utk memakan bangkai saja. *special case*
-
kasusnya akan lebih mudah jika "teman" diganti jadi "mertua"
-
kasusnya akan lebih mudah jika "teman" diganti jadi "mertua"
Hahahahaha,......... Funny
-
Kalau saya hanya menonton saja pasti seru,.... ;D
-
Kalau saya hanya menonton saja pasti seru,.... ;D
akan lebih seru kalau temanmu lari ke arah kamu dan sembunyi di belakangmu ;D
-
liat dulu...kalau udah tewas, yah..biarin aj.. kalau cuma keterkam tngan nya doang sih..tembak... :)) :)) :))
-
akan lebih seru kalau temanmu lari ke arah kamu dan sembunyi di belakangmu ;D
Kalau terjadi seperti itu saya berarti ikut main sudah bukan penonton ya nikmati saja lari lari dikejar singa bersama teman saya,... Bukan nya kita hidup setiap hari seperti itu berlari dengan karma (teman) dan dikejar maut (singa) tapi sayang tidak punya keahlian menembak (kebijaksanaan) untuk menyelamatkan diri dari. Padahalan kita sudah punya senapan (alat kebijaksanaan)
-
hmm..
perlu ditekankan lagi, kondisi contoh kasus ini adalah seperti ditulis pada awal topik. tidak ada pilihan lain. hanya bisa memilih, selamatkan teman dengan satu2nya cara tembak singanya. atau biarkan teman anda mati jadi santapan singa.
ditegaskan lagi,
teman, tentu saja teman baik.
senapan, tentu saja senapan berburu dengan kekuatan tembak yang bisa membunuh seekor gajah sekalipun.
dan kita persempit lagi mengenai menembak harus tepat dikepala untuk menghentikan singa tersebut. anggap saja singa tersebut sangat kuat, sekedar melukai dengan maksud melumpuhkan daya serang adalah sia2. hanya membunuh yang dapat menghentikan singa tersebut.
hua ha ha ha ....
contoh kasus ini adalah 'teman' tidak diganti dengan 'mertua' :D
-
IMO saya akan tembak singanya maybe dengan pemikiran kalau singanya itu misalkan dibiarkan bunuh temen kita apakah tidak berbahaya jika di t4 itu ada org lain lagi (selain kita ma teman kita) kan jadi lebih banyak membunuh korban jiwa tapi koq kesannya mengorbankan 1 hal demi hal yang lebih besar yah....
jadi pusing nih.... ::) ::) ::) ::) ;D ;D ;D ;D
-
IMO saya akan tembak singanya maybe dengan pemikiran kalau singanya itu misalkan dibiarkan bunuh temen kita apakah tidak berbahaya jika di t4 itu ada org lain lagi (selain kita ma teman kita) kan jadi lebih banyak membunuh korban jiwa tapi koq kesannya mengorbankan 1 hal demi hal yang lebih besar yah....
jadi pusing nih.... ::) ::) ::) ::) ;D ;D ;D ;D
itu intinya yang saya tunggu dari diskusi ini.
korbankan yang 'dianggap' kecil dan mungkin juga remeh
demi sesuatu yang 'dianggap' besar dan mungkin juga lebih berharga.
-
horeeee dc mulai rame lagi ;D
yuk diskusiin contoh kasus berikut ini :
teman anda akan diterkam singa, anda bisa menyelamatkannya dengan hanya satu2nya cara yaitu menarik pelatuk senapan anda untuk membunuh singa tersebut.
apa anda akan membunuh singa itu untuk menyelamatkan teman anda?
jika iya, apa alasannya? dan bagaimana jika ditinjau dari buddha dhamma.
_/\_
What others do is their kamma, how we re-act is our kamma.
Jadi kalau kita menarik pelatuk senapan dan menembak mati si singa. Analisis saya Ada 2 kamma di sini. Yaitu kamma menolong teman anda (kusala) dan juga kamma membunuh (akusala). Tetapi bisa juga, anda mengorbankan diri dengan menyerang singa itu dengan kemungkinan anda pula yang balik di terkam...
-
hmm..
perlu ditekankan lagi, kondisi contoh kasus ini adalah seperti ditulis pada awal topik. tidak ada pilihan lain. hanya bisa memilih, selamatkan teman dengan satu2nya cara tembak singanya. atau biarkan teman anda mati jadi santapan singa.
ditegaskan lagi,
teman, tentu saja teman baik.
senapan, tentu saja senapan berburu dengan kekuatan tembak yang bisa membunuh seekor gajah sekalipun.
dan kita persempit lagi mengenai menembak harus tepat dikepala untuk menghentikan singa tersebut. anggap saja singa tersebut sangat kuat, sekedar melukai dengan maksud melumpuhkan daya serang adalah sia2. hanya membunuh yang dapat menghentikan singa tersebut.
hua ha ha ha ....
contoh kasus ini adalah 'teman' tidak diganti dengan 'mertua' :D
:-SS kejam sekali om rico.. ::)
-
What others do is their kamma, how we re-act is our kamma.
Jadi kalau kita menarik pelatuk senapan dan menembak mati si singa. Analisis saya Ada 2 kamma di sini. Yaitu kamma menolong teman anda (kusala) dan juga kamma membunuh (akusala). Tetapi bisa juga, anda mengorbankan diri dengan menyerang singa itu dengan kemungkinan anda pula yang balik di terkam...
jelas ada dua kejadian disini, membunuh dan menyelamatkan. tentu dengan karma berbeda (kusala dan akusala)
namun saya mencoba menyambung rantai diskusi, apakah tindakan menyelamatkan 1 makhluk yang dianggap lebih berharga dengan membunuh 1 makhluk lain yang tentu saja dianggap tidak lebih berharga dari makhluk yang anda selamatkan bisa dianggap benar dalam dhamma?
topik ini bahkan bisa dikembangkan, kita misalkan teman anda adalah seorang makhluk suci arahat dan singa diganti dengan pelaku kriminal dan sampah masyarakat yang paling diharapkan mati oleh banyak orang.
hmmmm....
-
:-SS kejam sekali om rico.. ::)
ya memang terkesan kejam, namun jika harus dihadapkan pada realita seperti ini kita mau tidak mau harus melakukan tindakan atau memilih berdiri diam menyaksikan.
contoh kasus tersebut mungkin sedikit ekstrim, namun bisa disederhanakan dalam peristiwa sehari-hari. yang mana inti kejadiannya bisa mirip. ketika kita harus memilih, dalam kesulitan seperti yang sis katakan mengarah pada perlakuan kejam. nah bagaimana harus menanggapi. dan bagaimana jika ditinjau dari segi ajaran Guru Agung kita.
-
bagaimana kalau gigi singa tsb ditembak jadi ompong ? dan juga kuku2nya ?
-
bagaimana kalau gigi singa tsb ditembak jadi ompong ? dan juga kuku2nya ?
contoh kasus yang saya berikan bukan intinya, hanya mencoba menggambarkan situasi dan mencoba mengunci mati pilihan. bunuh singa atau biarkan teman kita terbunuh oleh singa.
intinya adalah apakah jika kita mengorbankan 1 makhluk lain demi menyelamatkan 1 atau 2 atau lebih makhluk lain bisa dianggap benar?
dan saya beri ilustrasi, makhluk yang akan diselamatkan adalah teman baik kita, makhluk yang akan dikorbankan adalah singa yang katakanlah tentu tidak memiliki hubungan apa2 dengan kita.
-
hmm..
perlu ditekankan lagi, kondisi contoh kasus ini adalah seperti ditulis pada awal topik. tidak ada pilihan lain. hanya bisa memilih, selamatkan teman dengan satu2nya cara tembak singanya. atau biarkan teman anda mati jadi santapan singa.
ditegaskan lagi,
teman, tentu saja teman baik.
senapan, tentu saja senapan berburu dengan kekuatan tembak yang bisa membunuh seekor gajah sekalipun.
dan kita persempit lagi mengenai menembak harus tepat dikepala untuk menghentikan singa tersebut. anggap saja singa tersebut sangat kuat, sekedar melukai dengan maksud melumpuhkan daya serang adalah sia2. hanya membunuh yang dapat menghentikan singa tersebut.
hua ha ha ha ....
contoh kasus ini adalah 'teman' tidak diganti dengan 'mertua' :D
bunuh singa. DOR!!!
-
topik ini bahkan bisa dikembangkan, kita misalkan teman anda adalah seorang makhluk suci arahat dan singa diganti dengan pelaku kriminal dan sampah masyarakat yang paling diharapkan mati oleh banyak orang.
biarkan...
bukan soal ideologi, walau seorang kriminal, kalau saya yg tembak tar bisa terkait masalah pembunuhan, mending biarkan urusan polisi, polisi sendiri yg nanganin... berbeda dg singa.
sementara kalau dia bunuh orang suci tsb yah biarkan saja, toh itu pembunuhannya, bukan pembunuhanku.
-
biarkan...
bukan soal ideologi, walau seorang kriminal, kalau saya yg tembak tar bisa terkait masalah pembunuhan, mending biarkan urusan polisi, polisi sendiri yg nanganin... berbeda dg singa.
sementara kalau dia bunuh orang suci tsb yah biarkan saja, toh itu pembunuhannya, bukan pembunuhanku.
setir dikit, ganti pelaku kriminal tersebut dengan singa saja kalau begitu.
hanya untuk menggambarkan perbandingan nilai antara yang di selamatkan dan yang di korbankan.
:D
-
tembak singa. DOR!!! DOR!!! DOR!!!
-
tembak singa. DOR!!! DOR!!! DOR!!!
tanpa ragu ya? :D
ok selanjutnya, apa tindakan tembak singa. DOR!!! DOR!!! DOR!!! bisa dibenarkan dalam dhamma? walau tujuan tindakan ini adalah demi menyelamatkan seorang teman?
perlahan tapi pasti kita telah masuk inti diskusi.
-
tanpa ragu ya? :D
ok selanjutnya, apa tindakan tembak singa. DOR!!! DOR!!! DOR!!! bisa dibenarkan dalam dhamma? walau tujuan tindakan ini adalah demi menyelamatkan seorang teman?
perlahan tapi pasti kita telah masuk inti diskusi.
mana ada sih soal salah atau benar di dhamma :)
benar salah itu kan subjektif.
kalau konsekuensinya, ya aksi saya pasti akan menyebabkan akibat (ini kali yah dari sisi karmic).
dalam pilihan tadi saya memilih singa yg mati, krn bagi saya singa lebih mengancam kelangsungan hidup saya sendiri.
udah nature, saya akan lebih membela yg lebih dekat dg saya (sama2 manusia).
-
kalau mau boleh juga donor daging buat singa ( senjata senapan sihh kalau parang/ bayonet mungkin bisa donor daging buat singa).
-
kalau mau boleh juga donor daging buat singa ( senjata senapan sihh kalau parang/ bayonet mungkin bisa donor daging buat singa).
maksudnya gmn? mo amputasi bagian tubuhmu utk makanan singa?
-
mana ada sih soal salah atau benar di dhamma :)
benar salah itu kan subjektif.
kalau konsekuensinya, ya aksi saya pasti akan menyebabkan akibat (ini kali yah dari sisi karmic).
dalam pilihan tadi saya memilih singa yg mati, krn bagi saya singa lebih mengancam kelangsungan hidup saya sendiri.
udah nature, saya akan lebih membela yg lebih dekat dg saya (sama2 manusia).
waduh kesandung lagi saya..
setir lagi ah.. ;D ;D ;D
demi meyelamatkan satu makhluk dengan mengorbankan makhluk lain, apakah 'sesuai' dengan ajaran sang buddha? apakah demikian bisa dianggap melanggar atau tidak dalam ajaran sang buddha.
atau memang harus demikianlah dalam menghadapi kehidupan tatkala dihadapkan pada pilihan tersebut?
nah semoga gak nyetir2 lagi ;D
-
maksudnya gmn? mo amputasi bagian tubuhmu utk makanan singa?
sepertinya begitulah yang dimaksud bro daimond..
tapi pada contoh kasus saya sudah saya kunci pilihannya, bunuh singa atau biarkan teman anda terbunuh singa didepan anda padahal anda bisa menyelamatkannya.
-
maksudnya gmn? mo amputasi bagian tubuhmu utk makanan singa?
hm; terseraah mau amputasi boleh mau di kerat bileh (seperti cerita pertapa yang mengerat daging dengan timbangan sesuai berat burung yang di kejar elang)
-
waduh kesandung lagi saya..
setir lagi ah.. ;D ;D ;D
demi meyelamatkan satu makhluk dengan mengorbankan makhluk lain, apakah 'sesuai' dengan ajaran sang buddha? apakah demikian bisa dianggap melanggar atau tidak dalam ajaran sang buddha.
atau memang harus demikianlah dalam menghadapi kehidupan tatkala dihadapkan pada pilihan tersebut?
nah semoga gak nyetir2 lagi ;D
kalau saya yah,
akui saja hidup adalah dukkha.
kita harus membunuh mahkluk lain demi mempertahankan eksistensi kita sendiri.
no bull shit, membunuh langsung, membunuh tak langsung,
coba vegetarian, tapi bangun rumah menggusur kehidupan tomcat.
coba makan bangkai, bangkai itu ada jg karena ada demand.
melanggar.com? kalau saya sih tidak ada aturan dalam agama Buddha,
semua aksi kita melalui pikiran, ucapan, perbuatan akan kita terima konsekuensinya.
kalau mau membunuh silahkan, yg penting terima konsekuensinya.
percuma saya membela dan mencari pembenaran, "ah saya membunuh karena terpaksa, jadi karma buruknya lbh ringan"
menurut saya sih itu menipu diri sendiri.
-
hm; terseraah mau amputasi boleh mau di kerat bileh (seperti cerita pertapa yang mengerat daging dengan timbangan sesuai berat burung yang di kejar elang)
ini jawaban realistis atau jawaban idealis?
-
sebuah pertanyaan kalau kita donor daging? daging bagian mana dari tubuh yang bisa kita kerat untuk kita donorkan? dengan luka dan cacat seminimal mungkin?
kira kira daging yang di kerat dari tubuh kita 1kg
-
kalau saya yah,
akui saja hidup adalah dukkha.
kita harus membunuh mahkluk lain demi mempertahankan eksistensi kita sendiri.
no bull shit, membunuh langsung, membunuh tak langsung,
coba vegetarian, tapi bangun rumah menggusur kehidupan tomcat.
coba makan bangkai, bangkai itu ada jg karena ada demand.
melanggar.com? kalau saya sih tidak ada aturan dalam agama Buddha,
semua aksi kita melalui pikiran, ucapan, perbuatan akan kita terima konsekuensinya.
kalau mau membunuh silahkan, yg penting terima konsekuensinya.
percuma saya membela dan mencari pembenaran, "ah saya membunuh karena terpaksa, jadi karma buruknya lbh ringan"
menurut saya sih itu menipu diri sendiri.
satu pendapat yang cukup menjawab. tegas tanpa tedeng aling.
baiklah, dengan demikian apa bisa saya simpulkan bahwa cukup dengan keberadaan kita saja (manusia) sebenarnya sudah langsung dan secara tidak langsung telah menyebabkan terkorbannya makhluk lain karena kepentingan dan kebutuhan akan hidup dan bertahan hidup. apalagi disangkutkan pada keserakahan manusia yang lebih luas menyebabkan penderitaan makhluk lain. yang singkatnya baju yang saya pakai ini pun tidak luput dari sesuatu yang disebut memperolehnya dengan secara tidak langsung telah menyebabkan penderitaan makhluk lain.
so artinya menembak mati seekor singa hanya menambah 1 point pada daftar panjang penderitaan makhluk hidup yang terjadi karena konsekwensi kehidupan itu sendiri?
begitu bro tesla?
-
sebuah pertanyaan kalau kita donor daging? daging bagian mana dari tubuh yang bisa kita kerat untuk kita donorkan? dengan luka dan cacat seminimal mungkin?
kira kira daging yang di kerat dari tubuh kita 1kg
mungkin daging betis atau paha :-?
-
satu pendapat yang cukup menjawab. tegas tanpa tedeng aling.
baiklah, dengan demikian apa bisa saya simpulkan bahwa cukup dengan keberadaan kita saja (manusia) sebenarnya sudah langsung dan secara tidak langsung telah menyebabkan terkorbannya makhluk lain karena kepentingan dan kebutuhan akan hidup dan bertahan hidup. apalagi disangkutkan pada keserakahan manusia yang lebih luas menyebabkan penderitaan makhluk lain. yang singkatnya baju yang saya pakai ini pun tidak luput dari sesuatu yang disebut memperolehnya dengan secara tidak langsung telah menyebabkan penderitaan makhluk lain.
ya begitu
so artinya menembak mati seekor singa hanya menambah 1 point pada daftar panjang penderitaan makhluk hidup yang terjadi karena konsekwensi kehidupan itu sendiri?
begitu bro tesla?
utk mengetahui konsekuensi tepatnya, saya tidak tau. dari daftar panjang tsb, bisa jadi membunuh singa malah mengurangi korban lainnya, mungkin aja kan? berhub saya ga punya kekuatan utk melihat jalannya karma secara jelas, maka saya mengesampingkan utk mencari tahu akibatnya scr detail.
fokus saya, pintu exitnya adalah berhenti terlahir. tapi saat ini saya masih terlahir dan menjadi. bagaikan cacing yg masih suka dg kotorannya ;)
-
ada satu pepatah mengatakan, bukan pada hidup anda tapi pada cara anda mejalani hidup.
nah jika kehidupan kita (manusia) ternyata harus dengan mengorbankan makhluk lain lalu apakah bahkan kehidupan seorang sammasambuddha di dunia ini juga sama?
-
tidak bisa 100% idialis karena kita bercampur baur dengan lain nya; tetapi setidak nya mendekati idealis bisa toh tidak harus membunuh nya bisa memukul nya dengan senapan agar di pergi menjauh! atau kalau ahli seperti film tom rider yang ahli memainkan bayonet bisa kan menggunakan senapan sekali pukul pingsan tuh singa.
Jūkendō (銃剣道 ? ) is the Japanese
martial art of bayonet fighting,[1][2][3]
[4] and has been likened to kendo
(but with bayonets instead of swords)
.[5] Jukendo techniques are based on
sojutsu (spear fighting) [6] or bayonet
techniques from the 17th century,
when firearms were introduced to
Japan.[7]
During the Meiji period, Japanese
bayonet fighting techniques were
consolidated into a system named
jukenjitsu,[7] and taught at the
Toyama military academy in Tokyo. [7]
Morihei Ueshiba , founder of aikido ,
trained in jukenjitsu and incorporated
some of that art into his own art. [8]
Following World War II, the practice of
jukenjitsu was banned by the Allies ,
but it later returned in the modern
form of jukendo. [7] The Japan
Amateur Jukendo Federation was
established in 1952. [9] The All Japan
Jukendo Federation was established in
April 1956. [10]
-
ada satu pepatah mengatakan, bukan pada hidup anda tapi pada cara anda mejalani hidup.
nah jika kehidupan kita (manusia) ternyata harus dengan mengorbankan makhluk lain lalu apakah bahkan kehidupan seorang sammasambuddha di dunia ini juga sama?
dg apa kamu mendefinisikan yg telah bebas? apakah badan yg butuh makan itu yg kamu sebut sammasambuddha?
-
dg apa kamu mendefinisikan yg telah bebas? apakah badan yg butuh makan itu yg kamu sebut sammasambuddha?
oh. begitu ya... mungkin saya salah, tapi begini menurut bro tesla perjalanan hidup buddha gautama selama 45 tahun terakhir itu bagaimana? apakah badan jasmani beliau tidak dan tanpa ditunjang makanan? tanpa pakaian? tanpa tempat bernaung (baca : bangunan)? tanpa obat2an?
-
tidak bisa 100% idialis karena kita bercampur baur dengan lain nya; tetapi setidak nya mendekati idealis bisa toh tidak harus membunuh nya bisa memukul nya dengan senapan agar di pergi menjauh! atau kalau ahli seperti film tom rider yang ahli memainkan bayonet bisa kan menggunakan senapan sekali pukul pingsan tuh singa.
Jūkendō (銃剣道 ? ) is the Japanese
martial art of bayonet fighting,[1][2][3]
[4] and has been likened to kendo
(but with bayonets instead of swords)
.[5] Jukendo techniques are based on
sojutsu (spear fighting) [6] or bayonet
techniques from the 17th century,
when firearms were introduced to
Japan.[7]
During the Meiji period, Japanese
bayonet fighting techniques were
consolidated into a system named
jukenjitsu,[7] and taught at the
Toyama military academy in Tokyo. [7]
Morihei Ueshiba , founder of aikido ,
trained in jukenjitsu and incorporated
some of that art into his own art. [8]
Following World War II, the practice of
jukenjitsu was banned by the Allies ,
but it later returned in the modern
form of jukendo. [7] The Japan
Amateur Jukendo Federation was
established in 1952. [9] The All Japan
Jukendo Federation was established in
April 1956. [10]
iki opo toh?
-
oh. begitu ya... mungkin saya salah, tapi begini menurut bro tesla perjalanan hidup buddha gautama selama 45 tahun terakhir itu bagaimana? apakah badan jasmani beliau tidak dan tanpa ditunjang makanan? tanpa pakaian? tanpa tempat bernaung (baca : bangunan)? tanpa obat2an?
badan tsb tentu aja butuh makanan, pakaian, tempat tinggal, obat, dll.
tapi badan tsb kan bukan sammasambuddha, right?
-
badan tsb tentu aja butuh makanan, pakaian, tempat tinggal, obat, dll.
tapi badan tsb kan bukan sammasambuddha, right?
kenyataannya adalah, sang buddha bukanlah apapun.. ;D
-
badan tsb tentu aja butuh makanan, pakaian, tempat tinggal, obat, dll.
tapi badan tsb kan bukan sammasambuddha, right?
setuju.
namun saya yakin anda juga tau dengan baik bahwa bahkan seorang sammasambuddha juga menggunakan badan jasmani untuk beraktivitas. setelah parinibbana lain cerita.
begitu bukan?
-
ini adalah martial art yang menggunakan senapan ( bayonet), sebenarnya banyak sekali martial art yang menggunakan senapan ( bayonet) .
en.m.wikipedia.org/wiki/Jūkendō
dari jukendo, tankendo, french system bayonet, america bayonet drill dll.
-
setuju.
namun saya yakin anda juga tau dengan baik bahwa bahkan seorang sammasambuddha juga menggunakan badan jasmani untuk beraktivitas. setelah parinibbana lain cerita.
begitu bukan?
jujur ini teka teki dalam agama Buddha. saya sendiri ga tau jawabannya.
udah jelas, arahat itu sudah tidak ada apa2 lagi yg perlu mereka lakukan di dunia ini, sering disebut di byk sutta. saya setuju sekali dgn ini, mereka sudah bebas dari belenggu dunia ini. nah kok masih hidup? kenapa tidak biarkan mati saja tubuhnya? saya ga tau (jujur) apa yg mendorong arahat melakukan aktivitas di dunia.
ada bbrp teori berkembang soal ini. tapi saya lebih memilih utk tidak mempersoalkan seperti apa bathin arahat yg kok kontradiksi begitu.
-
jujur ini teka teki dalam agama Buddha. saya sendiri ga tau jawabannya.
udah jelas, arahat itu sudah tidak ada apa2 lagi yg perlu mereka lakukan di dunia ini, sering disebut di byk sutta. saya setuju sekali dgn ini, mereka sudah bebas dari belenggu dunia ini. nah kok masih hidup? kenapa tidak biarkan mati saja tubuhnya? saya ga tau (jujur) apa yg mendorong arahat melakukan aktivitas di dunia.
sepertinya ini tujuannya..
Pergilah, para Bhikkhu, demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak makhluk, atas dasar welas asih kepada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Janganlah pergi berdua dalam satu jalan! Para Bhikkhu, babarkanlah Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya, dalam makna maupun isinya. Serukanlah hidup suci, yang sungguh sempurna dan murni. Ada makhluk dengan sedikit debu di mata yang akan tersesat karena tidak mendengarkan Dhamma. Ada mereka yang mampu memahami Dhamma. Para Bhikkhu, Saya sendiri akan pergi ke Uruvela di Senanigama untuk membabarkan Dhamma.”
-
ya memang terkesan kejam, namun jika harus dihadapkan pada realita seperti ini kita mau tidak mau harus melakukan tindakan atau memilih berdiri diam menyaksikan.
contoh kasus tersebut mungkin sedikit ekstrim, namun bisa disederhanakan dalam peristiwa sehari-hari. yang mana inti kejadiannya bisa mirip. ketika kita harus memilih, dalam kesulitan seperti yang sis katakan mengarah pada perlakuan kejam. nah bagaimana harus menanggapi. dan bagaimana jika ditinjau dari segi ajaran Guru Agung kita.
saya rasa realita kehidupan tidak akan hanya ada 2 pilihan saja ;D. karena paling tidak ada 3 pilihan :)), pertama adalah menembak teman, kedua adalah menembak si singa dan terakhir menembak kepala kita sendiri ;D. oleh karena itu lebih baik dihindari pertanyaan yang mengarahkan kita untuk mengambil tindakan yang ekstrim seperti itu ;D.
-
bila kita bicara realita memang semua yang bicara disini pernah pegang senapan dan latihan menembak?
bagaimana mengokang senapan saja belum tentu bisa.
wa rasa realita nya tuh senapan cuma bisa buat menggebuk tuh singa.
-
bila kita bicara realita memang semua yang bicara disini pernah pegang senapan dan latihan menembak?
bagaimana mengokang senapan saja belum tentu bisa.
wa rasa realita nya tuh senapan cuma bisa buat menggebuk tuh singa.
Pernah pegang tp ga pernah nembak, soalnya kokang nya saja udah berat banget..
-
Bila bicara realita Ini sih gampang banget. Dalam realita lebih sering kita dapat semua pilihan buruk. Maju kena, mundur kena, kesamping kena, keatas kena, diam kena.
-
hmm..
perlu ditekankan lagi, kondisi contoh kasus ini adalah seperti ditulis pada awal topik. tidak ada pilihan lain. hanya bisa memilih, selamatkan teman dengan satu2nya cara tembak singanya. atau biarkan teman anda mati jadi santapan singa.
ditegaskan lagi,
teman, tentu saja teman baik.
senapan, tentu saja senapan berburu dengan kekuatan tembak yang bisa membunuh seekor gajah sekalipun.
dan kita persempit lagi mengenai menembak harus tepat dikepala untuk menghentikan singa tersebut. anggap saja singa tersebut sangat kuat, sekedar melukai dengan maksud melumpuhkan daya serang adalah sia2. hanya membunuh yang dapat menghentikan singa tersebut.
hua ha ha ha ....
contoh kasus ini adalah 'teman' tidak diganti dengan 'mertua' :D
Kalau saya pribadi akan memilih menembak singa-nya. Karena peluang untuk terlahir menjadi manusia sangatlah sulit.
MN129 Bālapaṇḍita Sutta
24. “Misalkan seseorang melemparkan sebuah gandar berlubang satu ke laut, dan angin timur meniupnya ke barat, dan angin barat meniupnya ke timur, dan angin utara meniupnya ke selatan, dan angin selatan meniupnya ke utara. Misalkan ada seekor kura-kura buta yang muncul ke permukaan setiap satu abad sekali. Bagaimana menurutmu, Para bhikkhu? Dapatkah kura-kura buta itu memasukkan lehernya ke dalam gandar berlubang satu itu?”
-
ya memang saya bikin contoh kasusnya agak ekstrim.
dalam realita, selalu ada banyak pilihan yang bisa kita ambil. bahkan pilihan tersebut lebih banyak dari yang bisa kita pikirkan.
tapi bukan berarti dalam realita tidak ada kejadian dengan hanya 2 pilihan.
tapi sudah lah, diskusi ini saya buka hanya untuk mengetahui pendapat teman2 sekalian. semoga dengan saling share lebih meluaskan wawasan dan karena dalam kontek buddhisme tentu diharapkan lebih bisa menjadi penambah pemahaman akan buddha dhamma.