Tahtagata hanya mengatakan hal yang bermanfaat untuk mendorong menuju pencerahan. Dan menyampaikan dengan cara yang sesuai dengan tingkat batin dan kecenderungan si pendengar.
Betul, dan tidak ada kebohongan yang bermanfaat bagi pengembangan bathin, maka Tathagata tidak pernah mengucapkan hal yang tidak benar.
Confucius sudah mengenali sifat dan pola pikir Yan Hui. Menurut saya jabatan itu tidak terlalu penting bagi Yan Hui, karena Yan Hui tipe orang yang suka belajar dan orang baik jadi menurut saya kekecewaan-nya terbesar karena melihat guru-nya tiba-tiba menjadi orang bodoh.
Bukan masalah penting atau tidak penting. Walaupun Yan Hui hanya kehilangan uang 1 sen, tetap itu bukan hal yang sepantasnya.
Jika Yan Hui punya pola pikir panjang maka dia akan bertanya pada guru-nya,"Kenapa jawabannya begitu?"
Tapi tidak terjadi seperti itu karena Yan Hui tipe orang yang emosi dulu baru pikir kemudian.
Siapa yang tidak emosi jika dipermalukan di depan umum sampai harus menyerahkan topi jabatan dan ditertawakan oleh orang bodoh?
Harusnya si guru yang mencari waktu untuk menjelaskan pada muridnya, karena dalam hal ini, si Yan Hui tidak salah. Saya sendiri kalau punya guru begitu, andaikata tidak emosi pun akan berpikir dia orang yang pikun dan akan saya tinggalkan.
Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?” Confusius berkata: “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon.. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh”.
Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.”
Menurut saya sih bukan menggiring opini tapi memang suatu perkiraan yang mungkin terjadi. Yang menunjukkan confusius mengenal gejala alam sama seperti mengenal muridnya.
Mungkin ia memang mampu melihat hal seperti itu, namun kemampuannya tersebut adalah satu hal, sementara berkata yang tidak benar adalah hal lain.
Sekarang kalau mau kita analisa ceritanya:
Awalnya: si pembeli tolol mengatakan 3x8 =23
Kejadian terjadi.
Hasilnya: si tolol tetap pada pandangan tololnya (3x8=23), bahkan diangkat jadi pejabat.
Buat si Yan Hui: mendapat pelajaran bahwa demi tujuan yang dianggap mulia, kebenaran boleh diganti jadi kebohongan.
Kebenaran memang tidak selalu harus dipertahankan secara keras kepala (seperti halnya si Yan Hui berkeras 3x8=24, dalam cerita ini), namun bukan berarti kebenaran kemudian boleh dibelok-belokkan (seperti halnya Confucius menyatakan 3x8=23 adalah benar, dalam cerita ini).
PS: Selamat datang kembali, Sis Sriyeklina.