ya, intinya sebelum ada pandangan benar pertama2 ada sumbernya dulu dan itu di pegang sebagai iman kebenaran, kemudian ketika sudah dibuktikan di pegang sebagai kebenaran.
Betul, menurut saya, sebelum kita benar2 memahami kebenaran itu, memang ada hal-hal yang kita pegang sebagai "iman". Tetapi dalam proses pembuktian kebenaran (i.e. Satipatthana), "iman/doktrin/konsep" itu harus disingkirkan dahulu. Setelah dibuktikan sepenuhnya, maka itu tidak lagi menjadi iman, tidak lagi menjadi doktrin atau konsep, tetapi sudah menjadi bagian dari kebijaksanaan dalam dirinya yang mengetahui hal tersebut sebagai kebenaran, bukan mengetahui menurut iman/doktrin/konsep bahwa hal tersebut adalah kebenaran. Hal inilah yang membuat puthujjana dan ariya berbeda, walau sama-sama tahu konsep anicca-dukkha-anatta.
Kembali ke topik, saya melihat usaha benar adalah berhubungan langsung dengan pikiran benar, membawa orang terlahir kembali di alam bahagia, masih dalam dualisme, dan tidak menyebabkan orang mencapai pembebasan. Selain itu juga, esensinya bisa ditemukan di ajaran lain.
Saya melihat Usaha benar mendukung seseorang untuk mencapai pembebasan, kalau ada yang bilang dualisme maka semua juga merupakan dualisme.
cuplikan dari mahatanhasankhaya sutta :
32. - 33. "Para bhikkhu sekarang Tathagata muncul di dunia Arahat Samma Sambuddha (lihat Culahatthipadopama Sutta 13-21) ia mensucikan pikirannya dari keragu-raguan (vicikiccha)"
34. - 37. "Setelah melenyapkan lima rintangan (nivarana), kotoran-kotoran batin yang melemahkan pengertian, jauh dari keinginan nafsu, jauh dari akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I (seperti dalam Bhayabherava Sutta 23-26) Jhana II, Jhana III, Jhana IV dan telah mensucikan batinnya karena keseimbangan batin."
38. "Setelah melihat bentuk-bentuk dengan mata, ia tidak bergairah kalau hal itu menyenangkan; ia tidak kesal kalau hal itu tidak menyenangkan; ia berada dalam perhatian tubuh (kayasati) yang terbina dan pikiran berpengertian yang tak terbatas bagaimana mencapai kesucian batin (cetovimutti) dan kesucian kebijaksanaan (pannavimutti) sehingga semua akusala dhamma yang jahat lenyap tanpa sisa. Setelah meninggalkan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, ketika ia merasa suatu perasaan yang apakah menyenangkan, menyedihkan atau bukan menyenangkan maupun bukan menyedihkan, ia tidak menyukai perasaan itu tidak mantap dengan itu dan tidak melekat padanya. Ketika ia berbuat begitu rasa suka pada perasaan-perasaan itu lenyap. Dengan lenyapnya rasa suka maka kemelekatan lenyap; dengan lenyapnya kemelekatan maka 'perwujudan' lenyap dengan lenyapnya perwujudan maka kelahiran lenyap; dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa. Itulah bagaimana semua pendeitaan lenyap.
Karena mendengar suara dengan telinga .......
Karena mencium bau dengan hidung ...........
Karena mengecap rasa dengan lidah .........
Karena menyentuh sentuhan dengan tubuh ........
Karena mengetahui objek pikiran (dhamma) dengan pikiran. Itulah bagaimana semua penderitaan lenyap"
39. "Para bhikkhu, ingatlah kesucian karena pelenyapan total dari keinginan (tanhasankhayavimutti) yang saya uraikan ini. Tetapi bhikkhu Sati Kevattaputta telah terperangkap dalam jaring nafsu yang besar dan terkungkung oleh nafsu."
Inilah yang dikatakan oleh Sang Tathagata. Para bhikkhu sangat puas dan senang terhadap kata-kata dari Sang Bhagava.