//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Usaha Benar ternyata dualitas  (Read 38677 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #45 on: 27 May 2010, 07:04:18 PM »
Mengenai Dulitas ini, saya menemukan bahasan yang mungkin ada kaitannya, hanya saja berbahasa Inggris. Berikut dari artikel dari Bhikkhu Bodhi

http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/bps-essay_27.html
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #46 on: 27 May 2010, 07:20:14 PM »
[at] Bro Kain,

Tentu saja kalau Bro Kain mencari bukti eksplisit hingga sedetil itu, tidak akan ditemukan. Kalau demikian memang tidak ada disinggung secara jelas tentang penilaian baik/buruk juga. Sekarang ada hal2 eksplisit (tatha) dan yang implisit (yatha). Jika saya menyebut Kainyn Kutho dengan sebutan Bro, haruskah saya menjelaskan bahwa Kainyn Kutho adalah seorang cowo? Tidak perlu mempermasalahkan hal demikian. Sekarang kita melihat saja apakah dalam Sutta2 lain Sang Buddha menggolongkan panca-nivarana sebagai akusala atau kusala? Apakah Sang Buddha menggolongkan LDM sbg akusala atau kusala? Apakah Sang Buddha menggolongkan satta-sambojjhanga sebagai akusala atau kusala? Jika demikian, apa salahnya dilakukan penyederhanaan semua fenomena itu dalam dikotomi kusala-akusala?
Memang saya tidak minta "bukti" sedetail itu. Hanya saja yang saya maksudkan, dalam Satipatthana ada fenomena yang universal, namun tidak ada doktrin di sana.


Quote
Tidak hanya sebatas tenggelamnya kebencian, tetapi Bro Kain dapat melihat bahwa dikatakan:

"There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? (sensual desire)....... There is the case where, there being ill-will present within, a monk discerns that 'There is ill-will present within me.' Or, there being no ill-will present within, he discerns that 'There is no ill-will present within me.' He discerns HOW there is the arising of unarisen ill-will. And he discerns HOW there is the abandoning of ill-will once it has arisen. And he discerns HOW there is no future arising of ill-will that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

Sekarang jika hanya melihat tenggelamnya kebencian. Berarti Satipatthana Sutta akan berbentuk seperti di bawah ini tanpa bagian yang saya bold biru:
"There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? (sensual desire)....... There is the case where, there being ill-will present within, a monk discerns that 'There is ill-will present within me.' Or, there being no ill-will present within, he discerns that 'There is no ill-will present within me.' (The same formula is repeated for the remaining hindrances: sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

Bagian yang saya bold biru sangat jelas kaitannya dengan Usaha Benar yang diajarkan oleh Sang Buddha. Yaitu Empat Pengupayaan Benar yang sudah ditulis oleh Bro Upasaka sebelumnya di halaman 2, atau lengkapnya:
There is the case where a monk generates desire, endeavors, arouses persistence, upholds & exerts his intent:
    * for the sake of the non-arising of evil, unskillful qualities that have not yet arisen...
    * for the sake of the abandoning of evil, unskillful qualities that have arisen...

    * for the sake of the arising of skillful qualities that have not yet arisen...
    * for the maintenance, non-confusion, increase, plenitude, development, & culmination of skillful qualities that have arisen.
Jelas antara dua bagian yang saya bold biru di atas saling terkait, terutama tentang HOW. Jadi Satipatthana Sutta bukan sebuah formula mengenai meditasi pasif belaka.

Sukhi hotu
_/\_
Mengenai "timbul/tenggelam" fenomena, itu juga tentu saja saya sederhanakan, karena yang dialami seseorang dalam satipatthana berbeda. Bisa terjadi dari satu pikiran, timbul satu pikiran lain, timbul ingatan tertentu, timbul perasaan tertentu. Semua itu bisa timbul, menetap tanpa tenggelam.
Sama sekali tidak sesederhana itu.

Point yang ingin saya sampaikan, jika dalam meditasi seseorang memasukkan doktrin, maka ia tidak melihat apa adanya. Ia berusaha melihat apa yang dikatakan doktrin tersebut. Jika Satipatthana adalah sedemikian, maka itu bukanlah meditasi yang bersifat universal. Itu adalah meditasi doktriniah. Berarti Satipatthana adalah hampa tanpa belajar doktrin Buddhisme. Saya pribadi tidak menganut paham Satipatthana demikian.

Sulit sekali mengungkapkan fenomena dalam meditasi karena sifatnya halus. Bisa jadi tidak akan nyambung karena keterbatasan bahasa. Saya coba mengumpamakan begini. Seandainya seseorang akan masuk Jhana, apakah ia menghitung hadirnya 5 unsur jhana? Ketika akan memasuki Jhana II, apakah ia menyesuaikan dengan teori faktor apa yang harus dibuang?

Jika jawabannya "ya", maka ia bukan sedang dalam jhana, tapi sedang berimajinasi, karena ketika dia menghitung faktor jhana, ekaggatanya "luntur" seketika.

Jika jawabannya "tidak", lalu bagaimana seseorang menyadari kondisi tersebut? Jawabannya menurut saya adalah sama ketika seseorang mengetahui fenomena dalam satipatthana tersebut, namun bukan dari perbandingan doktrin. Mengetahui lewat pengalaman, bukan lewat "diberitahu". Hanya segitu yang bisa saya sampaikan. :)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #47 on: 27 May 2010, 07:24:06 PM »
okelah, dalam meditasi ya, melihat apa adanya apakah membutuhkan pengertian benar (salah 1 JMB8)?
Dalam meditasinya? Tidak.
Dari meditasi yang benar itulah, maka pandangan benar seseorang berkembang.

meditasi dulu atau pandangan benar dulu?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #48 on: 27 May 2010, 08:08:04 PM »
Mengenai Dulitas ini, saya menemukan bahasan yang mungkin ada kaitannya, hanya saja berbahasa Inggris. Berikut dari artikel dari Bhikkhu Bodhi

http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/bps-essay_27.html
arghhhh................ bahasa inggris arghhhh.....
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #49 on: 27 May 2010, 08:41:34 PM »
Spoiler: ShowHide
[at] Bro Kain,

Tentu saja kalau Bro Kain mencari bukti eksplisit hingga sedetil itu, tidak akan ditemukan. Kalau demikian memang tidak ada disinggung secara jelas tentang penilaian baik/buruk juga. Sekarang ada hal2 eksplisit (tatha) dan yang implisit (yatha). Jika saya menyebut Kainyn Kutho dengan sebutan Bro, haruskah saya menjelaskan bahwa Kainyn Kutho adalah seorang cowo? Tidak perlu mempermasalahkan hal demikian. Sekarang kita melihat saja apakah dalam Sutta2 lain Sang Buddha menggolongkan panca-nivarana sebagai akusala atau kusala? Apakah Sang Buddha menggolongkan LDM sbg akusala atau kusala? Apakah Sang Buddha menggolongkan satta-sambojjhanga sebagai akusala atau kusala? Jika demikian, apa salahnya dilakukan penyederhanaan semua fenomena itu dalam dikotomi kusala-akusala?

Memang saya tidak minta "bukti" sedetail itu. Hanya saja yang saya maksudkan, dalam Satipatthana ada fenomena yang universal, namun tidak ada doktrin di sana.
Memang, fenomena yang terjadi bukan milik "siapa"-"siapa". Sekarang, kira-kira doktrin apa yang ada di sana menurut Bro Kain? Sekalian tolong jelaskan apa definisi doktrin menurut Bro Kain. Thanks :)

Spoiler: ShowHide
Quote
Tidak hanya sebatas tenggelamnya kebencian, tetapi Bro Kain dapat melihat bahwa dikatakan:

"There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? (sensual desire)....... There is the case where, there being ill-will present within, a monk discerns that 'There is ill-will present within me.' Or, there being no ill-will present within, he discerns that 'There is no ill-will present within me.' He discerns HOW there is the arising of unarisen ill-will. And he discerns HOW there is the abandoning of ill-will once it has arisen. And he discerns HOW there is no future arising of ill-will that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

Sekarang jika hanya melihat tenggelamnya kebencian. Berarti Satipatthana Sutta akan berbentuk seperti di bawah ini tanpa bagian yang saya bold biru:
"There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? (sensual desire)....... There is the case where, there being ill-will present within, a monk discerns that 'There is ill-will present within me.' Or, there being no ill-will present within, he discerns that 'There is no ill-will present within me.' (The same formula is repeated for the remaining hindrances: sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

Bagian yang saya bold biru sangat jelas kaitannya dengan Usaha Benar yang diajarkan oleh Sang Buddha. Yaitu Empat Pengupayaan Benar yang sudah ditulis oleh Bro Upasaka sebelumnya di halaman 2, atau lengkapnya:
There is the case where a monk generates desire, endeavors, arouses persistence, upholds & exerts his intent:
    * for the sake of the non-arising of evil, unskillful qualities that have not yet arisen...
    * for the sake of the abandoning of evil, unskillful qualities that have arisen...

    * for the sake of the arising of skillful qualities that have not yet arisen...
    * for the maintenance, non-confusion, increase, plenitude, development, & culmination of skillful qualities that have arisen.
Jelas antara dua bagian yang saya bold biru di atas saling terkait, terutama tentang HOW. Jadi Satipatthana Sutta bukan sebuah formula mengenai meditasi pasif belaka.

Sukhi hotu
_/\_

Mengenai "timbul/tenggelam" fenomena, itu juga tentu saja saya sederhanakan, karena yang dialami seseorang dalam satipatthana berbeda. Bisa terjadi dari satu pikiran, timbul satu pikiran lain, timbul ingatan tertentu, timbul perasaan tertentu. Semua itu bisa timbul, menetap tanpa tenggelam.
Sama sekali tidak sesederhana itu.

Point yang ingin saya sampaikan, jika dalam meditasi seseorang memasukkan doktrin, maka ia tidak melihat apa adanya. Ia berusaha melihat apa yang dikatakan doktrin tersebut. Jika Satipatthana adalah sedemikian, maka itu bukanlah meditasi yang bersifat universal. Itu adalah meditasi doktriniah. Berarti Satipatthana adalah hampa tanpa belajar doktrin Buddhisme. Saya pribadi tidak menganut paham Satipatthana demikian.

Sulit sekali mengungkapkan fenomena dalam meditasi karena sifatnya halus. Bisa jadi tidak akan nyambung karena keterbatasan bahasa. Saya coba mengumpamakan begini. Seandainya seseorang akan masuk Jhana, apakah ia menghitung hadirnya 5 unsur jhana? Ketika akan memasuki Jhana II, apakah ia menyesuaikan dengan teori faktor apa yang harus dibuang?

Jika jawabannya "ya", maka ia bukan sedang dalam jhana, tapi sedang berimajinasi, karena ketika dia menghitung faktor jhana, ekaggatanya "luntur" seketika.

Jika jawabannya "tidak", lalu bagaimana seseorang menyadari kondisi tersebut? Jawabannya menurut saya adalah sama ketika seseorang mengetahui fenomena dalam satipatthana tersebut, namun bukan dari perbandingan doktrin. Mengetahui lewat pengalaman, bukan lewat "diberitahu". Hanya segitu yang bisa saya sampaikan. :)

Yang ini nanti setelah saya tahu terlebih dulu apa pengertian Bro Kain mengenai doktrin.

Sukhi hotu
_/\_
appamadena sampadetha

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #50 on: 27 May 2010, 09:19:58 PM »
nibbana termasuk dualitas atau bukan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #51 on: 27 May 2010, 11:19:32 PM »
Bisa juga termasuk dualitas: samsara sebagai anti-tesisnya nibbana.
appamadena sampadetha

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #52 on: 28 May 2010, 06:56:45 AM »
Buddha biasanya melakukan dualitas khan, baik buruk, dukkha akhir dukkha, nibbana samsara, ada yang terlahir dengan terlahir dll
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #53 on: 28 May 2010, 09:26:55 AM »

Quote

Hudoyo Hupodio :

(Usaha Benar): "Kikis pikiran yg tidak baik; kembangkan pikiran yg baik." Apa yg tertulis sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan itu adalah paradigma pikiran yg berada di dalam dualitas.

Di lain pihak, Buddha berkata: "Setiap kali muncul 'yg dikenal' [baik atau buruk], jangan bereaksi. Kalau kamu bisa berada di situ, itulah akhir dukkha." -- Inilah paradigma orang yg memahami dualitas dan tidak terlibat dalam dualitas.


Kalau dua pernyataan di atas benar dikatakan Sang Buddha dan opini bapak Huduyo juga benar, berarti Sang BUddha merupakan manusia plin plan yang mengajarkan dua hal berbeda.

Apakah Buddhanya yang plin-plan atau "oknum-oknum" nya yang plin-plan,dan berusaha menganti ajaran buddha sebagai yang paling benar atau merahasiakan yang sebenarnya atau merasa telah tercerahkan sama seperti kasus "kentut" versi Zen? :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #54 on: 28 May 2010, 09:52:31 AM »

Quote

Hudoyo Hupodio :

(Usaha Benar): "Kikis pikiran yg tidak baik; kembangkan pikiran yg baik." Apa yg tertulis sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan itu adalah paradigma pikiran yg berada di dalam dualitas.

Di lain pihak, Buddha berkata: "Setiap kali muncul 'yg dikenal' [baik atau buruk], jangan bereaksi. Kalau kamu bisa berada di situ, itulah akhir dukkha." -- Inilah paradigma orang yg memahami dualitas dan tidak terlibat dalam dualitas.


Kalau dua pernyataan di atas benar dikatakan Sang Buddha dan opini bapak Huduyo juga benar, berarti Sang BUddha merupakan manusia plin plan yang mengajarkan dua hal berbeda.

Apakah Buddhanya yang plin-plan atau "oknum-oknum" nya yang plin-plan,dan berusaha menganti ajaran buddha sebagai yang paling benar atau merahasiakan yang sebenarnya atau merasa telah tercerahkan sama seperti kasus "kentut" versi Zen? :)
biasanya oknum nya yang piln plan, ambil sebagian buang sebagian, berusaha mengganti ajaran buddha sebagai yang paling benar dan mencampurkan dengan ajaran lain sesuai keinginannya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #55 on: 28 May 2010, 11:09:23 AM »
Quote
biasanya oknum nya yang piln plan, ambil sebagian buang sebagian, berusaha mengganti ajaran buddha sebagai yang paling benar dan mencampurkan dengan ajaran lain sesuai keinginannya.

Bro ryu
Cerita demikian yang paling banyak di gunakan !
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #56 on: 28 May 2010, 02:35:58 PM »

Quote

Hudoyo Hupodio :

(Usaha Benar): "Kikis pikiran yg tidak baik; kembangkan pikiran yg baik." Apa yg tertulis sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan itu adalah paradigma pikiran yg berada di dalam dualitas.

Di lain pihak, Buddha berkata: "Setiap kali muncul 'yg dikenal' [baik atau buruk], jangan bereaksi. Kalau kamu bisa berada di situ, itulah akhir dukkha." -- Inilah paradigma orang yg memahami dualitas dan tidak terlibat dalam dualitas.


Kalau dua pernyataan di atas benar dikatakan Sang Buddha dan opini bapak Huduyo juga benar, berarti Sang BUddha merupakan manusia plin plan yang mengajarkan dua hal berbeda.

Apakah Buddhanya yang plin-plan atau "oknum-oknum" nya yang plin-plan,dan berusaha menganti ajaran buddha sebagai yang paling benar atau merahasiakan yang sebenarnya atau merasa telah tercerahkan sama seperti kasus "kentut" versi Zen? :)
biasanya oknum nya yang piln plan, ambil sebagian buang sebagian, berusaha mengganti ajaran buddha sebagai yang paling benar dan mencampurkan dengan ajaran lain sesuai keinginannya.

nah,sekarang bagaimana tahu yang diambil dan dibuang?wong asli dan palsu saja sulit dibedakan,kecuali ada 1 arahat yang mengajarkan kita,itu pun belum tentu,karena "keterbatasan" seorang Arahatta.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #57 on: 28 May 2010, 02:51:25 PM »
 [at] All
OOT. Back to topic please. :)
appamadena sampadetha

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #58 on: 28 May 2010, 07:57:31 PM »

Quote

Hudoyo Hupodio :

(Usaha Benar): "Kikis pikiran yg tidak baik; kembangkan pikiran yg baik." Apa yg tertulis sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan itu adalah paradigma pikiran yg berada di dalam dualitas.

Di lain pihak, Buddha berkata: "Setiap kali muncul 'yg dikenal' [baik atau buruk], jangan bereaksi. Kalau kamu bisa berada di situ, itulah akhir dukkha." -- Inilah paradigma orang yg memahami dualitas dan tidak terlibat dalam dualitas.


Kalau dua pernyataan di atas benar dikatakan Sang Buddha dan opini bapak Huduyo juga benar, berarti Sang BUddha merupakan manusia plin plan yang mengajarkan dua hal berbeda.

Apakah Buddhanya yang plin-plan atau "oknum-oknum" nya yang plin-plan,dan berusaha menganti ajaran buddha sebagai yang paling benar atau merahasiakan yang sebenarnya atau merasa telah tercerahkan sama seperti kasus "kentut" versi Zen? :)
biasanya oknum nya yang piln plan, ambil sebagian buang sebagian, berusaha mengganti ajaran buddha sebagai yang paling benar dan mencampurkan dengan ajaran lain sesuai keinginannya.

nah,sekarang bagaimana tahu yang diambil dan dibuang?wong asli dan palsu saja sulit dibedakan,kecuali ada 1 arahat yang mengajarkan kita,itu pun belum tentu,karena "keterbatasan" seorang Arahatta.. :)
diperlukan USAHA BENAR, PANDANGAN BENAR dll ;D
jangan diam saja ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #59 on: 28 May 2010, 08:00:43 PM »
Benar atau bermanfaat?

 

anything