[at] Bro Kain,
Tentu saja kalau Bro Kain mencari bukti eksplisit hingga sedetil itu, tidak akan ditemukan. Kalau demikian memang tidak ada disinggung secara jelas tentang penilaian baik/buruk juga. Sekarang ada hal2 eksplisit (tatha) dan yang implisit (yatha). Jika saya menyebut Kainyn Kutho dengan sebutan Bro, haruskah saya menjelaskan bahwa Kainyn Kutho adalah seorang cowo? Tidak perlu mempermasalahkan hal demikian. Sekarang kita melihat saja apakah dalam Sutta2 lain Sang Buddha menggolongkan panca-nivarana sebagai akusala atau kusala? Apakah Sang Buddha menggolongkan LDM sbg akusala atau kusala? Apakah Sang Buddha menggolongkan satta-sambojjhanga sebagai akusala atau kusala? Jika demikian, apa salahnya dilakukan penyederhanaan semua fenomena itu dalam dikotomi kusala-akusala?
Memang saya tidak minta "bukti" sedetail itu. Hanya saja yang saya maksudkan, dalam Satipatthana ada fenomena yang universal, namun tidak ada doktrin di sana.
Tidak hanya sebatas tenggelamnya kebencian, tetapi Bro Kain dapat melihat bahwa dikatakan:
"There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? (sensual desire)....... There is the case where, there being ill-will present within, a monk discerns that 'There is ill-will present within me.' Or, there being no ill-will present within, he discerns that 'There is no ill-will present within me.' He discerns HOW there is the arising of unarisen ill-will. And he discerns HOW there is the abandoning of ill-will once it has arisen. And he discerns HOW there is no future arising of ill-will that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)
Sekarang jika hanya melihat tenggelamnya kebencian. Berarti Satipatthana Sutta akan berbentuk seperti di bawah ini tanpa bagian yang saya bold biru:
"There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? (sensual desire)....... There is the case where, there being ill-will present within, a monk discerns that 'There is ill-will present within me.' Or, there being no ill-will present within, he discerns that 'There is no ill-will present within me.' (The same formula is repeated for the remaining hindrances: sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)
Bagian yang saya bold biru sangat jelas kaitannya dengan Usaha Benar yang diajarkan oleh Sang Buddha. Yaitu Empat Pengupayaan Benar yang sudah ditulis oleh Bro Upasaka sebelumnya di halaman 2, atau lengkapnya:
There is the case where a monk generates desire, endeavors, arouses persistence, upholds & exerts his intent:
* for the sake of the non-arising of evil, unskillful qualities that have not yet arisen...
* for the sake of the abandoning of evil, unskillful qualities that have arisen...
* for the sake of the arising of skillful qualities that have not yet arisen...
* for the maintenance, non-confusion, increase, plenitude, development, & culmination of skillful qualities that have arisen.
Jelas antara dua bagian yang saya bold biru di atas saling terkait, terutama tentang HOW. Jadi Satipatthana Sutta bukan sebuah formula mengenai meditasi pasif belaka.
Sukhi hotu
Mengenai "timbul/tenggelam" fenomena, itu juga tentu saja saya sederhanakan, karena yang dialami seseorang dalam satipatthana berbeda. Bisa terjadi dari satu pikiran, timbul satu pikiran lain, timbul ingatan tertentu, timbul perasaan tertentu. Semua itu bisa timbul, menetap tanpa tenggelam.
Sama sekali tidak sesederhana itu.
Point yang ingin saya sampaikan, jika dalam meditasi seseorang memasukkan doktrin, maka ia tidak melihat apa adanya. Ia berusaha melihat apa yang dikatakan doktrin tersebut. Jika Satipatthana adalah sedemikian, maka itu bukanlah meditasi yang bersifat universal. Itu adalah meditasi doktriniah. Berarti Satipatthana adalah hampa tanpa belajar doktrin Buddhisme. Saya pribadi tidak menganut paham Satipatthana demikian.
Sulit sekali mengungkapkan fenomena dalam meditasi karena sifatnya halus. Bisa jadi tidak akan nyambung karena keterbatasan bahasa. Saya coba mengumpamakan begini. Seandainya seseorang akan masuk Jhana, apakah ia menghitung hadirnya 5 unsur jhana? Ketika akan memasuki Jhana II, apakah ia menyesuaikan dengan teori faktor apa yang harus dibuang?
Jika jawabannya "ya", maka ia bukan sedang dalam jhana, tapi sedang berimajinasi, karena ketika dia menghitung faktor jhana, ekaggatanya "luntur" seketika.
Jika jawabannya "tidak", lalu bagaimana seseorang menyadari kondisi tersebut? Jawabannya menurut saya adalah sama ketika seseorang mengetahui fenomena dalam satipatthana tersebut, namun bukan dari perbandingan doktrin. Mengetahui lewat pengalaman, bukan lewat "diberitahu". Hanya segitu yang bisa saya sampaikan.