//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Usaha Benar ternyata dualitas  (Read 38708 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dukun

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 148
  • Reputasi: 8
  • Long lasting love
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #120 on: 01 June 2010, 08:18:29 AM »
Usaha benar adalah usaha benar. Dualitas hanyalah terbentuk dari pikiran yang berpaku pada konsep hitam putih saja.

ada kalanya mengarahkan energi agar kita selalu selaras dengan dhamma adalah usaha benar
Ada kalanya energi tidak perlu berlebihan , ia harus melepaskan/mengendurkan energinya maka juga usaha benar.
Ada kalanya pikiran tidak baik muncul dan ketika disadari hingga lenyap kemudian mengembangkan pikiran baik melalui konsentrasi dan pandangan terang adalah usaha benar. Jadi usaha benar adalah keseluruhan aspek pengarahan pada satu yaitu kebenaran. Jika dualisme maka kadang ia terseret pada usaha tidak benar dan benar juga ketika pikiran baik dan tidak baik. Kenyataanya Buddha hanya mengajarkan suatu kebenaran dari usaha benar .

Tujuan dari usaha benar adalah mencapai pembebasan sejati. Usaha benar bukanlah mengenai dualitas baik dan buruk suatu usaha karena usaha benar itu adalah kebenaran sejati yang hanya yang benar. Usaha benar tidak mungkin dan mustahil tidak baik dan baik. Ia hanya baik dan benar.
« Last Edit: 01 June 2010, 08:22:49 AM by dukun »
Everjoy

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #121 on: 01 June 2010, 08:53:31 AM »
Kenyataannya Satipatthana diajarkan oleh Sang Buddha sehingga Satipatthana merupakan doktrin metode yang berasal dari seorang Buddha, doktrin Buddha. Kenyataannya, tidak semua orang yg memeluk doktrin lain yg berbeda akan menerima Satipatthana ini jika diberikan.

Saya tidak menyangkal bahwa pada suatu masa tertentu, di tempat tertentu di mana tidak ada ajaran seorang Buddha, akan ada yang mampu merealisasikan pencerahan melalui penemuannya akan keseluruhan/sebagian metode Satipatthana. Namun ketika metode ini dia ajarkan pada orang lain, saat itu juga metode itu menjadi sebuah doktrin, sebuah ajaran. Jadi batasi diskusi kita pada konteksnya agar tidak melebar kemana-mana karena saya tidak & tidak pernah berpendapat bahwa tidak akan ada Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha. Kenyataannya di thread lalu tentang topik itu saya bahkan tidak pernah berpendapat bahwa seorg Samma Sambuddha merealisasikan kebuddhaannya melalui ingatan masa lalu sbg seorg siswa Samma Sambuddha terdahulu.

Maaf bro.. Sekadar mengingatkan, kesimpulan akan pencerahan terinspirasikan dan muncul entah dari luar atau dari dalam diri, tidaklah valid.
Kalau begitu dalam hal ini kita berbeda. Bro Jerry melihat Satipatthana sebagai bagian dari doktrin, ajaran yang diterima sebagai kebenaran. Bagi saya, ajaran macam Anicca-dukkha-anatta, JMB8, 4KM, semua adalah doktrin; Doktrin tersebut diberikan bukan untuk dipercaya, melainkan untuk diselidiki. Satipatthana adalah metode untuk menyelidikinya. Satipatthana adalah terlepas dari doktrin apa pun.

Itulah sebabnya orang yang tidak percaya ucapan Buddha, bahkan menolak Buddha, ketika ia sendiri menyelidikinya dengan benar, ia bisa melihat kebenaran. (contoh: Pukkusati yang ketika mendengarkan uraian Dhatuvibhanga tidak melihat Buddha sebagai gurunya, namun ia melakukan penyelidikan dan menembus Anagami-phala; Khema memiliki "doktrin" kecantikan fisik sebagai yang terutama menolak "doktrin" perubahan dari Buddha. Tetapi ketika ia sendiri melihat, menyelidiki ketidakkekalan, dapat menembus Sotapatti & Arahatta-phala.)
Demikianlah definisi kita berbeda.


Quote
Bila hanya mentok pada melihat objek sebagaimana adanya dan tidak ada penekanan thdp akusala sebaliknya pengembangan thdp kusala, mungkin beginilah bagan Satipatthana bagian Dhammanupassana menurut Bro Kain?
Satipatthana bagian Dhammanupassana dalam pandangan non-dualis: ShowHide
Quote
D. Mental Qualities

"And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves?

[1] "There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? There is the case where, there being sensual desire present within, a monk discerns that 'There is sensual desire present within me.' Or, there being no sensual desire present within, he discerns that 'There is no sensual desire present within me.' He discerns how there is the arising of unarisen sensual desire. And he discerns how there is the abandoning of sensual desire once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of sensual desire that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: ill will, sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

"In this way he remains focused internally on mental qualities in & of themselves, or externally on mental qualities in & of themselves, or both internally & externally on mental qualities in & of themselves. Or he remains focused on the phenomenon of origination with regard to mental qualities, on the phenomenon of passing away with regard to mental qualities, or on the phenomenon of origination & passing away with regard to mental qualities. Or his mindfulness that 'There are mental qualities' is maintained to the extent of knowledge & remembrance. And he remains independent, unsustained by (not clinging to) anything in the world. This is how a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances.

[2] "Furthermore, the monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five clinging-aggregates. And how does he remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five clinging-aggregates? There is the case where a monk [discerns]: 'Such is form, such its origination, such its disappearance. Such is feeling... Such is perception... Such are fabrications... Such is consciousness, such its origination, such its disappearance.'

"In this way he remains focused internally on the mental qualities in & of themselves, or focused externally... unsustained by anything in the world. This is how a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five clinging-aggregates.

[3] "Furthermore, the monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the sixfold internal & external sense media. And how does he remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the sixfold internal & external sense media? There is the case where he discerns the eye, he discerns forms, he discerns the fetter that arises dependent on both. He discerns how there is the arising of an unarisen fetter. And he discerns how there is the abandoning of a fetter once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of a fetter that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining sense media: ear, nose, tongue, body, & intellect.)

"In this way he remains focused internally on the mental qualities in & of themselves, or focused externally... unsustained by anything in the world. This is how a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the sixfold internal & external sense media.

[4] "Furthermore, the monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the seven factors for Awakening. And how does he remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the seven factors for Awakening? There is the case where, there being mindfulness as a factor for Awakening present within, he discerns that 'Mindfulness as a factor for Awakening is present within me.' Or, there being no mindfulness as a factor for Awakening present within, he discerns that 'Mindfulness as a factor for Awakening is not present within me.' He discerns how there is the arising of unarisen mindfulness as a factor for Awakening. And he discerns how there is the culmination of the development of mindfulness as a factor for Awakening once it has arisen. (The same formula is repeated for the remaining factors for Awakening: analysis of qualities, persistence, rapture, serenity, concentration, & equanimity.)

"In this way he remains focused internally on mental qualities in & of themselves, or externally... unsustained by (not clinging to) anything in the world. This is how a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the seven factors for Awakening.

[5] "Furthermore, the monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the four noble truths. And how does he remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the four noble truths? There is the case where he discerns, as it has come to be, that 'This is stress.' He discerns, as it has come to be, that 'This is the origination of stress.' He discerns, as it has come to be, that 'This is the cessation of stress.' He discerns, as it has come to be, that 'This is the way leading to the cessation of stress.' [1]

"In this way he remains focused internally on mental qualities in & of themselves, or externally on mental qualities in & of themselves, or both internally & externally on mental qualities in & of themselves. Or he remains focused on the phenomenon of origination with regard to mental qualities, on the phenomenon of passing away with regard to mental qualities, or on the phenomenon of origination & passing away with regard to mental qualities. Or his mindfulness that 'There are mental qualities' is maintained to the extent of knowledge & remembrance. And he remains independent, unsustained by (not clinging to) anything in the world. This is how a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the four noble truths...

Pendapat saya, dalam meditasi non-dualisme yang umum ditemukan di mana saja yg berbau New Age dan bersifat universal spiritualism, memang hanya sejauh melihat timbul tenggelamnya fenomena lah yang ada. Jika demikian, pastilah pencerahan tidak sulit direalisasikan! Bahkan mungkin setiap yogi yg berdedikasi tidak akan terlahirkan kembali karena itulah kelahiran terakhir mereka.

Saya setuju sudah OOT, jadi Saya tidak akan melanjutkan lagi. Pendek saja, apa yang saya pegang adalah ucapan Buddha tentang kamma di mana kamma gelap membawa pada hasil gelap, kamma terang membawa hasil terang, kamma gelap dan terang pada hasil gelap dan terang, dan kamma bukan gelap bukan terang yang menuju pada terhentinya kelahiran kembali.
Saya tidak bermaksud agar diskusi dihentikan, tetapi OOTnya yg dihentikan. Semoga jelas. :)
Meski JMB8 adalah jenis kamma bukan gelap bukan terang yg membawa pada terhentinya kelahiran bukan berarti kamma jenis ini menegasikan terang seperti halnya kepada gelap, melainkan mendaya-gunakan terang sebagai batu loncatan. Kongruen dng bunyi Dhammapada ayat 183.

Sukhi hotu,
 _/\_ _/\_
Baiklah, agar tidak OOT, kita asumsikan saya menganut Satipatthana yang keliru. Lalu saya ingin bertanya dan mengharapkan jawaban yang singkat. Bagaimana pendapat Bro Jerry tentang pernyataan di bawah ini:

Menurut Ajaran Buddha, perbuatan buruk adalah disebabkan oleh tiga akar: Lobha-Dosa-Moha, perbuatan baik adalah penahanan diri dari ketiga akar tersebut. Dalam Abhidhamma juga disebut tiga akar: Alobha-Adosa-Amoha.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #122 on: 01 June 2010, 09:37:26 AM »
Usaha benar adalah usaha benar. Dualitas hanyalah terbentuk dari pikiran yang berpaku pada konsep hitam putih saja.

ada kalanya mengarahkan energi agar kita selalu selaras dengan dhamma adalah usaha benar
Ada kalanya energi tidak perlu berlebihan , ia harus melepaskan/mengendurkan energinya maka juga usaha benar.
Ada kalanya pikiran tidak baik muncul dan ketika disadari hingga lenyap kemudian mengembangkan pikiran baik melalui konsentrasi dan pandangan terang adalah usaha benar. Jadi usaha benar adalah keseluruhan aspek pengarahan pada satu yaitu kebenaran. Jika dualisme maka kadang ia terseret pada usaha tidak benar dan benar juga ketika pikiran baik dan tidak baik. Kenyataanya Buddha hanya mengajarkan suatu kebenaran dari usaha benar .

Tujuan dari usaha benar adalah mencapai pembebasan sejati. Usaha benar bukanlah mengenai dualitas baik dan buruk suatu usaha karena usaha benar itu adalah kebenaran sejati yang hanya yang benar. Usaha benar tidak mungkin dan mustahil tidak baik dan baik. Ia hanya baik dan benar.

Jika bukan mengenai dualitas baik dan buruk, lantas apa yang dikurangi dan dikembangkan?


Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #123 on: 01 June 2010, 09:50:45 AM »
Kalau begitu dalam hal ini kita berbeda. Bro Jerry melihat Satipatthana sebagai bagian dari doktrin, ajaran yang diterima sebagai kebenaran. Bagi saya, ajaran macam Anicca-dukkha-anatta, JMB8, 4KM, semua adalah doktrin; Doktrin tersebut diberikan bukan untuk dipercaya, melainkan untuk diselidiki. Satipatthana adalah metode untuk menyelidikinya. Satipatthana adalah terlepas dari doktrin apa pun.

Itulah sebabnya orang yang tidak percaya ucapan Buddha, bahkan menolak Buddha, ketika ia sendiri menyelidikinya dengan benar, ia bisa melihat kebenaran. (contoh: Pukkusati yang ketika mendengarkan uraian Dhatuvibhanga tidak melihat Buddha sebagai gurunya, namun ia melakukan penyelidikan dan menembus Anagami-phala; Khema memiliki "doktrin" kecantikan fisik sebagai yang terutama menolak "doktrin" perubahan dari Buddha. Tetapi ketika ia sendiri melihat, menyelidiki ketidakkekalan, dapat menembus Sotapatti & Arahatta-phala.)
Demikianlah definisi kita berbeda.
Sejak kapan saya mendefinisikan doktrin a/ ajaran yg diterima sbg kebenaran? Bro Kain menambahkan lebih dr yg seharusnya dalam perspektif Bro sendiri. Dan kalimat tsb menunjukkan pengertian Bro Kain sendiri mengenai doktrin. Tidak heran Bro Kain begitu alergi thdp kata doktrin! Sedangkan yg saya maksudkan berbeda. Doktrin dalam pengertian Buddhisme yg saya ketahui a/ ajaran mengenai kebenaran dng point esensialnya yaitu penyelidikan. Sedangkan sikap sebelum menyelidiki kebenaran tsb tidak harus sama, mau diterima sbg kebenaran terlebih dulu ya bagus, mau skeptis dulu sblm diselidiki juga bagus, tidak mau menerima sebelum diselidiki juga tetep bagus. Yg manapun tidak mengurangi bagusnya kebenaran itu sendiri. Karena itu akan kita temukan berbagai cerita yg berbeda, ada yg langsung menerima kebenaran meski belum menyelidiki dan sikap penerimaan itu [baca: saddha] tetap membawa ybs pada realisasi, karena penyelidikan. Begitu pula yg skeptis dan yg tidak menerima, sepanjang mereka menyelidikinya seperti contoh kasus yg diberikan Bro Kain di atas. Tetapi jika menganggap bahwa realisasi mereka a/ karena penemuan mereka sendiri, apakah ini berarti saya boleh mengasumsikan bahwa menurut Bro Kain tidak akan ada yg namanya Savaka Buddha? Karena semua menjadi arahat dengan usahanya sendiri bukan karena bantuan seorang Samma Sambuddha. Bagaimana Bro Kain akan menjelaskan ini? Karena itu saya menganggap bahwa menerima doktrin adalah 1 hal, dan merealisasi isi doktrin adalah hal lain. Hanya ketika ada pandangan doktrin a/ ajaran yang diterima sbg kebenaran, maka timbul 2 sikap: menerima doktrin secara membabi buta dgn menyamakan ajaran dg kebenaran atau menolak doktrin sama sekali, dan perdebatan pun tidak akan berakhir.

Baiklah, agar tidak OOT, kita asumsikan saya menganut Satipatthana yang keliru. Lalu saya ingin bertanya dan mengharapkan jawaban yang singkat. Bagaimana pendapat Bro Jerry tentang pernyataan di bawah ini:

Menurut Ajaran Buddha, perbuatan buruk adalah disebabkan oleh tiga akar: Lobha-Dosa-Moha, perbuatan baik adalah penahanan diri dari ketiga akar tersebut. Dalam Abhidhamma juga disebut tiga akar: Alobha-Adosa-Amoha.
Terus? Kayanya kalimatnya nanggung deh rasanya. Dan nanya lagi, apakah sikap menahan diri dari ketiga akar tsb sama dengan ALADAM?

Sukhi hotu,
 _/\_
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #124 on: 01 June 2010, 09:55:58 AM »
Usaha benar adalah usaha benar. Dualitas hanyalah terbentuk dari pikiran yang berpaku pada konsep hitam putih saja.

ada kalanya mengarahkan energi agar kita selalu selaras dengan dhamma adalah usaha benar
Ada kalanya energi tidak perlu berlebihan , ia harus melepaskan/mengendurkan energinya maka juga usaha benar.
Ada kalanya pikiran tidak baik muncul dan ketika disadari hingga lenyap kemudian mengembangkan pikiran baik melalui konsentrasi dan pandangan terang adalah usaha benar. Jadi usaha benar adalah keseluruhan aspek pengarahan pada satu yaitu kebenaran. Jika dualisme maka kadang ia terseret pada usaha tidak benar dan benar juga ketika pikiran baik dan tidak baik. Kenyataanya Buddha hanya mengajarkan suatu kebenaran dari usaha benar .

Tujuan dari usaha benar adalah mencapai pembebasan sejati. Usaha benar bukanlah mengenai dualitas baik dan buruk suatu usaha karena usaha benar itu adalah kebenaran sejati yang hanya yang benar. Usaha benar tidak mungkin dan mustahil tidak baik dan baik. Ia hanya baik dan benar.

Jika bukan mengenai dualitas baik dan buruk, lantas apa yang dikurangi dan dikembangkan?


Yang dikurangi adlh papa, yang dikembangkan adalah kusala.
Jika dualitas maka seharusnya bunyi Dhammapada 183 adalah punna (baik) dan papa (buruk/jahat). Atau mungkin akusala dan kusala. Kenyataannya yg dipadankan di Dhp 183 adalah papa-kusala. Mana kusalaputto? Coba panggil papanya.. Eh, engkongnya ding :D
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #125 on: 01 June 2010, 10:50:58 AM »
Sejak kapan saya mendefinisikan doktrin a/ ajaran yg diterima sbg kebenaran?
Jadi menurut Bro Jerry, umat Buddha menjalankan Satipatthana (yang menurut Bro Jerry adalah ajaran/doktrin), sebelum diterima sebagai kebenaran? Tidak sekaligus menjalankan doktrin Bahasa Roh untuk mencari tahu kebenarannya? Ataukah sudah membuktikan kebenaran yang satu dan kesalahan yang lain?

Spoiler: ShowHide
Singkatnya doktrin adalah pandangan, ajaran, panduan yang Palinya adalah vada. Dan Satipatthana adl ajaran yang memandu agar kita memandang fenomena dalam cara tertentu melalui 4 kerangka utama dengan tujuan utk menghalau penderitaan, mencapai metode yang benar dan merealisasi Nibbana.



Quote
Bro Kain menambahkan lebih dr yg seharusnya dalam perspektif Bro sendiri. Dan kalimat tsb menunjukkan pengertian Bro Kain sendiri mengenai doktrin. Tidak heran Bro Kain begitu alergi thdp kata doktrin!
Seperti Bro Jerry menasihati saya, seharusnya Bro Jerry tidak menambahkan lebih dari yang seharusnya. Saya memegang doktrin 4 KM, Tilakkhana, Kamma & tumimbal lahir, dan segudang doktrin lainnya. Dari mana datangnya kesimpulan saya alergi doktrin?


Quote
Sedangkan yg saya maksudkan berbeda. Doktrin dalam pengertian Buddhisme yg saya ketahui a/ ajaran mengenai kebenaran dng point esensialnya yaitu penyelidikan. Sedangkan sikap sebelum menyelidiki kebenaran tsb tidak harus sama, mau diterima sbg kebenaran terlebih dulu ya bagus, mau skeptis dulu sblm diselidiki juga bagus, tidak mau menerima sebelum diselidiki juga tetep bagus. Yg manapun tidak mengurangi bagusnya kebenaran itu sendiri. Karena itu akan kita temukan berbagai cerita yg berbeda, ada yg langsung menerima kebenaran meski belum menyelidiki dan sikap penerimaan itu [baca: saddha] tetap membawa ybs pada realisasi, karena penyelidikan. Begitu pula yg skeptis dan yg tidak menerima, sepanjang mereka menyelidikinya seperti contoh kasus yg diberikan Bro Kain di atas.
Sekali lagi saya tanya, apakah Satipatthana adalah doktrin yang adalah ajaran yang sudah diselidiki, ataukah suatu metode penyelidikan yang tidak terbias ajaran/doktrin apapun?


Quote
Tetapi jika menganggap bahwa realisasi mereka a/ karena penemuan mereka sendiri, apakah ini berarti saya boleh mengasumsikan bahwa menurut Bro Kain tidak akan ada yg namanya Savaka Buddha? Karena semua menjadi arahat dengan usahanya sendiri bukan karena bantuan seorang Samma Sambuddha. Bagaimana Bro Kain akan menjelaskan ini?
Savaka Buddha memang merealisasi kebenaran dengan usaha sendiri, namun dengan bimbingan dari guru (Samma Sambuddha). Sebab realisasi kebenaran bukanlah hal yang bisa dilakukan orang lain untuk kita.


Quote
Karena itu saya menganggap bahwa menerima doktrin adalah 1 hal, dan merealisasi isi doktrin adalah hal lain. Hanya ketika ada pandangan doktrin a/ ajaran yang diterima sbg kebenaran, maka timbul 2 sikap: menerima doktrin secara membabi buta dgn menyamakan ajaran dg kebenaran atau menolak doktrin sama sekali, dan perdebatan pun tidak akan berakhir.
Ya, jujur saya memang menerima doktrin kamma secara membabi buta, walaupun saya tidak mampu menyelidikinya.
Kembali lagi saya tanya, kalau doktrin diterima namun tidak dianggap sebagai kebenaran, atas dasar apa seseorang menerima doktrin?


Quote
Baiklah, agar tidak OOT, kita asumsikan saya menganut Satipatthana yang keliru. Lalu saya ingin bertanya dan mengharapkan jawaban yang singkat. Bagaimana pendapat Bro Jerry tentang pernyataan di bawah ini:

Menurut Ajaran Buddha, perbuatan buruk adalah disebabkan oleh tiga akar: Lobha-Dosa-Moha, perbuatan baik adalah penahanan diri dari ketiga akar tersebut. Dalam Abhidhamma juga disebut tiga akar: Alobha-Adosa-Amoha.
Terus? Kayanya kalimatnya nanggung deh rasanya. Dan nanya lagi, apakah sikap menahan diri dari ketiga akar tsb sama dengan ALADAM?

Sukhi hotu,
 _/\_
Kalau tanggung, silahkan ditambah. Dan justru saya yang bertanya, apakah menahan diri itu sama dengan aL-aD-aM?

Offline dukun

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 148
  • Reputasi: 8
  • Long lasting love
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #126 on: 01 June 2010, 10:54:27 AM »
Usaha benar adalah usaha benar. Dualitas hanyalah terbentuk dari pikiran yang berpaku pada konsep hitam putih saja.

ada kalanya mengarahkan energi agar kita selalu selaras dengan dhamma adalah usaha benar
Ada kalanya energi tidak perlu berlebihan , ia harus melepaskan/mengendurkan energinya maka juga usaha benar.
Ada kalanya pikiran tidak baik muncul dan ketika disadari hingga lenyap kemudian mengembangkan pikiran baik melalui konsentrasi dan pandangan terang adalah usaha benar. Jadi usaha benar adalah keseluruhan aspek pengarahan pada satu yaitu kebenaran. Jika dualisme maka kadang ia terseret pada usaha tidak benar dan benar juga ketika pikiran baik dan tidak baik. Kenyataanya Buddha hanya mengajarkan suatu kebenaran dari usaha benar .

Tujuan dari usaha benar adalah mencapai pembebasan sejati. Usaha benar bukanlah mengenai dualitas baik dan buruk suatu usaha karena usaha benar itu adalah kebenaran sejati yang hanya yang benar. Usaha benar tidak mungkin dan mustahil tidak baik dan baik. Ia hanya baik dan benar.

Jika bukan mengenai dualitas baik dan buruk, lantas apa yang dikurangi dan dikembangkan?



Jika seseorang melatih dirinya untuk dalam Dhamma/kebenaran sejati maka ia berada dalam kebenaran itu sendiri. pengurangan yang buruk dan mengembangkan yang baik akan terjadi dengan sendirinya dimana ia hanya berpikir kebaikan sementara jika keburukan/kelemahan terjadi dalam diri(ini pun bukan mayor) ia melihat apa adanya dan terkoreksi dengan sendirinya dengan usaha benar tadi karena kejernihan batin dan inilah usaha benar yg sesuai dengan JMB 8(menjadi alami).

Ketika orang mulai menimbang ini yang harus dikurangi, ini harus dikembangkan artinya masih ada perangkap dualitas dimana ia masih bingung jalan/usaha  yang harus dilaluinya. Atau mempertahankan sesuatu yg anicca. Orang yang sudah bisa melihat apa adanya yatthabhutam nyandasana melihat usaha benar yang diajarkan Sang Buddha bukan lagi dalam dualitas tetapi as it is. dan arahanya ke kebenaran. Sekalipun ia tahu pandangan duniawi sebagai dualitas tetapi ia melihat dari perspektif lain yang bukan dualitas. Salah satu kata kunci dari usaha benar usaha yang berjalan secara alami dan ini ada hubungannya dengan upekha dan rasa samvega dalam praktek dhamma.

Kata kuncinya dualiatas adalah di dalam pikiran dan bukan pada usaha benar itu sendiri. Usaha benar hanya hal yang benar dan bukan yang tidak benar dan benar.
« Last Edit: 01 June 2010, 11:03:51 AM by dukun »
Everjoy

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #127 on: 01 June 2010, 11:12:49 AM »
Jika seseorang melatih dirinya untuk dalam Dhamma/kebenaran sejati maka ia berada dalam kebenaran itu sendiri. pengurangan yang buruk dan mengembangkan yang baik akan terjadi dengan sendirinya dimana ia hanya berpikir kebaikan sementara jika keburukan/kelemahan terjadi dalam diri(ini pun bukan mayor) ia melihat apa adanya dan terkoreksi dengan sendirinya dengan usaha benar tadi karena kejernihan batin dan inilah usaha benar yg sesuai dengan JMB 8(menjadi alami).

Ketika orang mulai menimbang ini yang harus dikurangi, ini harus dikembangkan artinya masih ada perangkap dualitas dimana ia masih bingung jalan/usaha  yang harus dilaluinya. Atau mempertahankan sesuatu yg anicca. Orang yang sudah bisa melihat apa adanya yatthabhutam nyandasana melihat usaha benar yang diajarkan Sang Buddha bukan lagi dalam dualitas tetapi as it is. dan arahanya ke kebenaran. Sekalipun ia tahu pandangan duniawi sebagai dualitas tetapi ia melihat dari perspektif lain yang bukan dualitas. Salah satu kata kunci dari usaha benar usaha yang berjalan secara alami dan ini ada hubungannya dengan upekha dan rasa samvega dalam praktek dhamma.

Kata kuncinya dualiatas adalah di dalam pikiran dan bukan pada usaha benar itu sendiri. Usaha benar hanya hal yang benar dan bukan yang tidak benar.
Saya separuh setuju. Pada akhirnya (=pencapaian kesucian), setelah menembus dualisme, semua unsur dalam JMB8 sudah tidak berlaku lagi. Sudah tidak ada lagi dualisme baginya, oleh karena itu, Pilinda Vaccha terlihat seperti "melanggar" Samma Vaca bagi orang lain.

Untuk kasus lain pada umumnya, orang awam melihatnya sebagai baik, sebagai "yang sesuai JMB8" (tidak penuh nafsu [samma sankappa], bermatapencaharian benar [samma ajjiva], tekun bermeditasi [samma vayama/samadhi]), namun bagi mereka sudah bukan baik, bukan buruk.

Bagian yang saya tidak setuju adalah, itu semua tidak berlaku bagi Puthujjana. Puthujjana masih melihat baik sebagai baik, buruk sebagai buruk. Ada yang harus dijaga dan dikembangkan, ada yang harus ditahan dan dikurangi.


Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #128 on: 01 June 2010, 01:09:27 PM »
Jadi menurut Bro Jerry, umat Buddha menjalankan Satipatthana (yang menurut Bro Jerry adalah ajaran/doktrin), sebelum diterima sebagai kebenaran? Tidak sekaligus menjalankan doktrin Bahasa Roh untuk mencari tahu kebenarannya? Ataukah sudah membuktikan kebenaran yang satu dan kesalahan yang lain?

Spoiler: ShowHide
Singkatnya doktrin adalah pandangan, ajaran, panduan yang Palinya adalah vada. Dan Satipatthana adl ajaran yang memandu agar kita memandang fenomena dalam cara tertentu melalui 4 kerangka utama dengan tujuan utk menghalau penderitaan, mencapai metode yang benar dan merealisasi Nibbana.
Memang demen OOT banget kalyanamitta saya yg 1 ini. Bgmnpun saya akan memberi pandangan saya ttg pertanyaan Bro Kain. Pertanyaan terkait "apakah umat Buddha menjalankan Satipatthana sebelum diterima sbg kebenaran" saya kira sudah jelas saya jawab di post sebelumnya. Apakah mau menerima, skeptik atau menolak kebenaran, sejauh kemudian diselidiki & dijalankan maka tidak jadi soal. Kalau sudah mulai bertanya ke ranah doktrin Bahasa Roh dan doktrin2 di luar Buddhisme, saya kira di sana OOT mulai berawal. Tapi sedikit mempertegas, kalimat 1 yg saya maksudkan dlm spoiler adl definisi doktrin secara umum. Di sana tidak terlihat warna dari keyakinan apa pun di mana doktrin berarti ajaran/pandangan belaka. Selanjutnya kalimat ke-2 ketika saya mulai menulis doktrin Satipatthana berarti yg saya maksud adlh implikasi sempit dari definisi doktrin yg lebih luas, yaitu doktrin Buddhisme, doktrin dari seorang manusia Buddha. Apalagi sekarang kita sudah lebih jauh membahas dalam konteks Buddhisme, jangan kembali ke konteks luas doktrin di luar Buddhisme. Mari batasi agar tidak OOT.

Seperti Bro Jerry menasihati saya, seharusnya Bro Jerry tidak menambahkan lebih dari yang seharusnya. Saya memegang doktrin 4 KM, Tilakkhana, Kamma & tumimbal lahir, dan segudang doktrin lainnya. Dari mana datangnya kesimpulan saya alergi doktrin?
Maaf jika sebelumnya terkesan menasihati. Saya tidak berniat demikian, apa yg saya tekankan jangan sampai kalimat saya ditambah2kan sehingga org lain yg membaca salah mengerti dan saya sekadar mengingatkan saja. Kalau menasihati, itu berarti saya menggurui Anda sementara dlm bnyk hal saya justru menaruh respek pada Bro Kain.
Kesimpulan saya datang dari pandangan -- karena segala sesuatu berasal dr pandangan -- Bro Kain tentang non-dualisme. Sementara dalam doktrin 4KM, Tilakkhana, Kamma & tumimbal lair yg ada di sana semua adalah penilaian dan dualisme. Dalam contoh praktis terkait topik, Bro Kain menganggap bahwa Usaha benar adalah dualisme karena diawali penilaian sehingga tidak membawa pada pencerahan. Sedangkan yg membawa pencerahan adalah non-dualisme atau tidak adanya penilaian, hanya mengamati dengan demikian mengatasi dualisme. Jika saya balik bertanya, usaha benar yg menurut Bro Kain adl dualisme dan Bro Kain tolak itu termasuk point ke-7 dalam JMB8 di mana JMB8 adalah point ke-4 dari 4KM. Bagaimana Bro Kain menegaskan hal ini? Menerima doktrin 4KM tetapi menolak isi dari point ke-4?
Ini salah satu anggapan saya kenapa Bro Kain memiliki sentimen pribadi terhadap doktrin, bukan saja doktrin tetapi juga konsep. (mis: konsep dualisme). Demikian pula dalam banyak doktrin yg Bro Kain katakan Bro pegang, tetapi kenyataannya semua berisikan dualisme yg didahului penilaian. Kita bukan pertama kali berdiskusi dan sejauh ini saya tidak melihat banyak perubahan dalam tulisan Bro Kain.

Sekali lagi saya tanya, apakah Satipatthana adalah doktrin yang adalah ajaran yang sudah diselidiki, ataukah suatu metode penyelidikan yang tidak terbias ajaran/doktrin apapun?
Jika menanyakan diselidiki, akan sangat luas. Oleh siapa? Apakah saya? Apakah Ryu? Apakah Upasaka? Apakah umat kr****n? Atau moslem? Apakah Sang Buddha? Pertegas dulu pertanyaannya.
Pertanyaan ke-2 Bro, apakah Satipatthana suatu metode penyelidikan yg tidak terbias ajaran/doktrin apapun? Dalam Satipatthana Sutta entah Majjhima Nikaya atau Digha Nikaya, selalu termuat mengenai 4KM. Sedangkan menurut Bro Kain 4KM adalah doktrin dan Bro Kain hakul yakin, yakin seyakin-yakinnya bahwa Satipatthana terbebas dari penilaian baik-buruk dan tidak memuat doktrin apapun. Jadi jawaban saya, YA! Satipatthana memuat doktrin dari Sang Buddha. Karena Satipatthana memang ajaran (doktrin) yg merupakan hasil penyelidikan oleh Sang Buddha terhadap kebenaran. Tetapi saya tidak setuju dengan penggunaan kata "terbias". Seolah bahwa kebenaran yg ditemukan Sang Buddha adalah sebuah penyimpangan.


Savaka Buddha memang merealisasi kebenaran dengan usaha sendiri, namun dengan bimbingan dari guru (Samma Sambuddha). Sebab realisasi kebenaran bukanlah hal yang bisa dilakukan orang lain untuk kita.
Saya memang berpendapat realisasi kebenaran bukan hal yg bisa diberikan orang lain utk kita. Karena itu saya berkali-kali berkata, ajaran adalah 1 hal dan realisasi adalah hal lain.
Jadi apakah bimbingan dari Samma Sambuddha tersebut adalah doktrin Samma Sambuddha? Atau bukan?
Apakah sebelum merealisasi Savaka Buddha, orang tsb terlebih dulu menerima bimbingan Samma Sambuddha? Atau tidak?

Quote
Karena itu saya menganggap bahwa menerima doktrin adalah 1 hal, dan merealisasi isi doktrin adalah hal lain. Hanya ketika ada pandangan doktrin a/ ajaran yang diterima sbg kebenaran, maka timbul 2 sikap: menerima doktrin secara membabi buta dgn menyamakan ajaran dg kebenaran atau menolak doktrin sama sekali, dan perdebatan pun tidak akan berakhir.
Ya, jujur saya memang menerima doktrin kamma secara membabi buta, walaupun saya tidak mampu menyelidikinya.
Kembali lagi saya tanya, kalau doktrin diterima namun tidak dianggap sebagai kebenaran, atas dasar apa seseorang menerima doktrin?
Tidak ada salahnya, Bro. Ada hal2 yg memang membatasi pengetahuan kita dan di ranah itu saddha bermain. Karena saddha sebagaimana babi, bukanlah sesuatu yg diharamkan dalam Buddhisme. :D
Moga-moga ada saat lain kita dapat berdiskusi soal doktrin kamma yang diterima Bro Kain secara membabi buta. Saya tertarik utk mengetahui bagaimana seorang kritis spt Bro bisa menerima babi buta. Eh doktrin kamma maksudnya. ;D
Kebenaran itu bukan sesuatu yg spontan, melainkan bertahap sebagaimana pernah saya tulis di thread Ko Fab yg lain. Seketika kita menyetujui atau menerima sebuah doktrin, otomatis kita telah menganggapnya sbg sebuah kebenaran. Tetapi kebenaran yg belum direalisasi. Bahkan tahapan realisasi itu bertingkat misalnya realisasi dalam tahap pandangan seorang Sotapanna dan seorang Arahant berbeda jauh. Meski telah menyadari segala sesuatu timbul krn sebab demikian jg akhirnya, meski telah terbebas dr pandangan2.. Ketika seorg Sotapanna disentuh oleh perasaan menyakitkan -- fisik atau pikiran -- tidak jarang mereka masih menangisi hal tsb. Berbeda dg seorang Arahant meski dipotong kaki tangannya pun tidak akan menangisi hal tsb. Karena penggunaan bahasa agak rumit, maka coba telaah apa yg dimaksudkan oleh si pembicara.


Kalau tanggung, silahkan ditambah. Dan justru saya yang bertanya, apakah menahan diri itu sama dengan aL-aD-aM?
Wahahahah.. Ngakak baca kalau nanggung silahkan nambah. Serasa ditraktirin. Koq malah berbalik nanya? Justru saya yg nanya. Gini deh.. Coba pernyataan ttg "Menurut Ajaran Buddha, perbuatan buruk adalah disebabkan oleh tiga akar: Lobha-Dosa-Moha, perbuatan baik adalah penahanan diri dari ketiga akar tersebut. Dalam Abhidhamma juga disebut tiga akar: Alobha-Adosa-Amoha." yg tidak Bro Kain mengerti, Bro Kain tanya secara langsung kepada si pelontar pernyataan tersebut dan jawaban itu nanti kita share diskusi di sini. :)

Sukhi Hotu,
_/\_
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #129 on: 01 June 2010, 01:36:43 PM »
Jadi menurut Bro Jerry, umat Buddha menjalankan Satipatthana (yang menurut Bro Jerry adalah ajaran/doktrin), sebelum diterima sebagai kebenaran? Tidak sekaligus menjalankan doktrin Bahasa Roh untuk mencari tahu kebenarannya? Ataukah sudah membuktikan kebenaran yang satu dan kesalahan yang lain?

Spoiler: ShowHide
Singkatnya doktrin adalah pandangan, ajaran, panduan yang Palinya adalah vada. Dan Satipatthana adl ajaran yang memandu agar kita memandang fenomena dalam cara tertentu melalui 4 kerangka utama dengan tujuan utk menghalau penderitaan, mencapai metode yang benar dan merealisasi Nibbana.
Memang demen OOT banget kalyanamitta saya yg 1 ini. Bgmnpun saya akan memberi pandangan saya ttg pertanyaan Bro Kain. Pertanyaan terkait "apakah umat Buddha menjalankan Satipatthana sebelum diterima sbg kebenaran" saya kira sudah jelas saya jawab di post sebelumnya. Apakah mau menerima, skeptik atau menolak kebenaran, sejauh kemudian diselidiki & dijalankan maka tidak jadi soal. Kalau sudah mulai bertanya ke ranah doktrin Bahasa Roh dan doktrin2 di luar Buddhisme, saya kira di sana OOT mulai berawal. Tapi sedikit mempertegas, kalimat 1 yg saya maksudkan dlm spoiler adl definisi doktrin secara umum. Di sana tidak terlihat warna dari keyakinan apa pun di mana doktrin berarti ajaran/pandangan belaka. Selanjutnya kalimat ke-2 ketika saya mulai menulis doktrin Satipatthana berarti yg saya maksud adlh implikasi sempit dari definisi doktrin yg lebih luas, yaitu doktrin Buddhisme, doktrin dari seorang manusia Buddha. Apalagi sekarang kita sudah lebih jauh membahas dalam konteks Buddhisme, jangan kembali ke konteks luas doktrin di luar Buddhisme. Mari batasi agar tidak OOT.

Seperti Bro Jerry menasihati saya, seharusnya Bro Jerry tidak menambahkan lebih dari yang seharusnya. Saya memegang doktrin 4 KM, Tilakkhana, Kamma & tumimbal lahir, dan segudang doktrin lainnya. Dari mana datangnya kesimpulan saya alergi doktrin?
Maaf jika sebelumnya terkesan menasihati. Saya tidak berniat demikian, apa yg saya tekankan jangan sampai kalimat saya ditambah2kan sehingga org lain yg membaca salah mengerti dan saya sekadar mengingatkan saja. Kalau menasihati, itu berarti saya menggurui Anda sementara dlm bnyk hal saya justru menaruh respek pada Bro Kain.
Kesimpulan saya datang dari pandangan -- karena segala sesuatu berasal dr pandangan -- Bro Kain tentang non-dualisme. Sementara dalam doktrin 4KM, Tilakkhana, Kamma & tumimbal lair yg ada di sana semua adalah penilaian dan dualisme. Dalam contoh praktis terkait topik, Bro Kain menganggap bahwa Usaha benar adalah dualisme karena diawali penilaian sehingga tidak membawa pada pencerahan. Sedangkan yg membawa pencerahan adalah non-dualisme atau tidak adanya penilaian, hanya mengamati dengan demikian mengatasi dualisme. Jika saya balik bertanya, usaha benar yg menurut Bro Kain adl dualisme dan Bro Kain tolak itu termasuk point ke-7 dalam JMB8 di mana JMB8 adalah point ke-4 dari 4KM. Bagaimana Bro Kain menegaskan hal ini? Menerima doktrin 4KM tetapi menolak isi dari point ke-4?
Ini salah satu anggapan saya kenapa Bro Kain memiliki sentimen pribadi terhadap doktrin, bukan saja doktrin tetapi juga konsep. (mis: konsep dualisme). Demikian pula dalam banyak doktrin yg Bro Kain katakan Bro pegang, tetapi kenyataannya semua berisikan dualisme yg didahului penilaian. Kita bukan pertama kali berdiskusi dan sejauh ini saya tidak melihat banyak perubahan dalam tulisan Bro Kain.

Sekali lagi saya tanya, apakah Satipatthana adalah doktrin yang adalah ajaran yang sudah diselidiki, ataukah suatu metode penyelidikan yang tidak terbias ajaran/doktrin apapun?
Jika menanyakan diselidiki, akan sangat luas. Oleh siapa? Apakah saya? Apakah Ryu? Apakah Upasaka? Apakah umat kr****n? Atau moslem? Apakah Sang Buddha? Pertegas dulu pertanyaannya.
Pertanyaan ke-2 Bro, apakah Satipatthana suatu metode penyelidikan yg tidak terbias ajaran/doktrin apapun? Dalam Satipatthana Sutta entah Majjhima Nikaya atau Digha Nikaya, selalu termuat mengenai 4KM. Sedangkan menurut Bro Kain 4KM adalah doktrin dan Bro Kain hakul yakin, yakin seyakin-yakinnya bahwa Satipatthana terbebas dari penilaian baik-buruk dan tidak memuat doktrin apapun. Jadi jawaban saya, YA! Satipatthana memuat doktrin dari Sang Buddha. Karena Satipatthana memang ajaran (doktrin) yg merupakan hasil penyelidikan oleh Sang Buddha terhadap kebenaran. Tetapi saya tidak setuju dengan penggunaan kata "terbias". Seolah bahwa kebenaran yg ditemukan Sang Buddha adalah sebuah penyimpangan.


Savaka Buddha memang merealisasi kebenaran dengan usaha sendiri, namun dengan bimbingan dari guru (Samma Sambuddha). Sebab realisasi kebenaran bukanlah hal yang bisa dilakukan orang lain untuk kita.
Saya memang berpendapat realisasi kebenaran bukan hal yg bisa diberikan orang lain utk kita. Karena itu saya berkali-kali berkata, ajaran adalah 1 hal dan realisasi adalah hal lain.
Jadi apakah bimbingan dari Samma Sambuddha tersebut adalah doktrin Samma Sambuddha? Atau bukan?
Apakah sebelum merealisasi Savaka Buddha, orang tsb terlebih dulu menerima bimbingan Samma Sambuddha? Atau tidak?

Quote
Karena itu saya menganggap bahwa menerima doktrin adalah 1 hal, dan merealisasi isi doktrin adalah hal lain. Hanya ketika ada pandangan doktrin a/ ajaran yang diterima sbg kebenaran, maka timbul 2 sikap: menerima doktrin secara membabi buta dgn menyamakan ajaran dg kebenaran atau menolak doktrin sama sekali, dan perdebatan pun tidak akan berakhir.
Ya, jujur saya memang menerima doktrin kamma secara membabi buta, walaupun saya tidak mampu menyelidikinya.
Kembali lagi saya tanya, kalau doktrin diterima namun tidak dianggap sebagai kebenaran, atas dasar apa seseorang menerima doktrin?
Tidak ada salahnya, Bro. Ada hal2 yg memang membatasi pengetahuan kita dan di ranah itu saddha bermain. Karena saddha sebagaimana babi, bukanlah sesuatu yg diharamkan dalam Buddhisme. :D
Moga-moga ada saat lain kita dapat berdiskusi soal doktrin kamma yang diterima Bro Kain secara membabi buta. Saya tertarik utk mengetahui bagaimana seorang kritis spt Bro bisa menerima babi buta. Eh doktrin kamma maksudnya. ;D
Kebenaran itu bukan sesuatu yg spontan, melainkan bertahap sebagaimana pernah saya tulis di thread Ko Fab yg lain. Seketika kita menyetujui atau menerima sebuah doktrin, otomatis kita telah menganggapnya sbg sebuah kebenaran. Tetapi kebenaran yg belum direalisasi. Bahkan tahapan realisasi itu bertingkat misalnya realisasi dalam tahap pandangan seorang Sotapanna dan seorang Arahant berbeda jauh. Meski telah menyadari segala sesuatu timbul krn sebab demikian jg akhirnya, meski telah terbebas dr pandangan2.. Ketika seorg Sotapanna disentuh oleh perasaan menyakitkan -- fisik atau pikiran -- tidak jarang mereka masih menangisi hal tsb. Berbeda dg seorang Arahant meski dipotong kaki tangannya pun tidak akan menangisi hal tsb. Karena penggunaan bahasa agak rumit, maka coba telaah apa yg dimaksudkan oleh si pembicara.


Kalau tanggung, silahkan ditambah. Dan justru saya yang bertanya, apakah menahan diri itu sama dengan aL-aD-aM?
Wahahahah.. Ngakak baca kalau nanggung silahkan nambah. Serasa ditraktirin. Koq malah berbalik nanya? Justru saya yg nanya. Gini deh.. Coba pernyataan ttg "Menurut Ajaran Buddha, perbuatan buruk adalah disebabkan oleh tiga akar: Lobha-Dosa-Moha, perbuatan baik adalah penahanan diri dari ketiga akar tersebut. Dalam Abhidhamma juga disebut tiga akar: Alobha-Adosa-Amoha." yg tidak Bro Kain mengerti, Bro Kain tanya secara langsung kepada si pelontar pernyataan tersebut dan jawaban itu nanti kita share diskusi di sini. :)

Sukhi Hotu,
_/\_
Sepertinya Bro Jerry tidak berniat diskusi dengan selalu mengatakan saya OOT. OK deh, silahkan, saya OOT dan diskusi selesai. Kesimpulan: Usaha benar adalah bagian dari Satipatthana.


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #130 on: 01 June 2010, 01:50:09 PM »
haa.....
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #131 on: 01 June 2010, 02:54:12 PM »
Spoiler: ShowHide
Jadi menurut Bro Jerry, umat Buddha menjalankan Satipatthana (yang menurut Bro Jerry adalah ajaran/doktrin), sebelum diterima sebagai kebenaran? Tidak sekaligus menjalankan doktrin Bahasa Roh untuk mencari tahu kebenarannya? Ataukah sudah membuktikan kebenaran yang satu dan kesalahan yang lain?

[spoiler]
Singkatnya doktrin adalah pandangan, ajaran, panduan yang Palinya adalah vada. Dan Satipatthana adl ajaran yang memandu agar kita memandang fenomena dalam cara tertentu melalui 4 kerangka utama dengan tujuan utk menghalau penderitaan, mencapai metode yang benar dan merealisasi Nibbana.
Memang demen OOT banget kalyanamitta saya yg 1 ini. Bgmnpun saya akan memberi pandangan saya ttg pertanyaan Bro Kain. Pertanyaan terkait "apakah umat Buddha menjalankan Satipatthana sebelum diterima sbg kebenaran" saya kira sudah jelas saya jawab di post sebelumnya. Apakah mau menerima, skeptik atau menolak kebenaran, sejauh kemudian diselidiki & dijalankan maka tidak jadi soal. Kalau sudah mulai bertanya ke ranah doktrin Bahasa Roh dan doktrin2 di luar Buddhisme, saya kira di sana OOT mulai berawal. Tapi sedikit mempertegas, kalimat 1 yg saya maksudkan dlm spoiler adl definisi doktrin secara umum. Di sana tidak terlihat warna dari keyakinan apa pun di mana doktrin berarti ajaran/pandangan belaka. Selanjutnya kalimat ke-2 ketika saya mulai menulis doktrin Satipatthana berarti yg saya maksud adlh implikasi sempit dari definisi doktrin yg lebih luas, yaitu doktrin Buddhisme, doktrin dari seorang manusia Buddha. Apalagi sekarang kita sudah lebih jauh membahas dalam konteks Buddhisme, jangan kembali ke konteks luas doktrin di luar Buddhisme. Mari batasi agar tidak OOT.

Seperti Bro Jerry menasihati saya, seharusnya Bro Jerry tidak menambahkan lebih dari yang seharusnya. Saya memegang doktrin 4 KM, Tilakkhana, Kamma & tumimbal lahir, dan segudang doktrin lainnya. Dari mana datangnya kesimpulan saya alergi doktrin?
Maaf jika sebelumnya terkesan menasihati. Saya tidak berniat demikian, apa yg saya tekankan jangan sampai kalimat saya ditambah2kan sehingga org lain yg membaca salah mengerti dan saya sekadar mengingatkan saja. Kalau menasihati, itu berarti saya menggurui Anda sementara dlm bnyk hal saya justru menaruh respek pada Bro Kain.
Kesimpulan saya datang dari pandangan -- karena segala sesuatu berasal dr pandangan -- Bro Kain tentang non-dualisme. Sementara dalam doktrin 4KM, Tilakkhana, Kamma & tumimbal lair yg ada di sana semua adalah penilaian dan dualisme. Dalam contoh praktis terkait topik, Bro Kain menganggap bahwa Usaha benar adalah dualisme karena diawali penilaian sehingga tidak membawa pada pencerahan. Sedangkan yg membawa pencerahan adalah non-dualisme atau tidak adanya penilaian, hanya mengamati dengan demikian mengatasi dualisme. Jika saya balik bertanya, usaha benar yg menurut Bro Kain adl dualisme dan Bro Kain tolak itu termasuk point ke-7 dalam JMB8 di mana JMB8 adalah point ke-4 dari 4KM. Bagaimana Bro Kain menegaskan hal ini? Menerima doktrin 4KM tetapi menolak isi dari point ke-4?
Ini salah satu anggapan saya kenapa Bro Kain memiliki sentimen pribadi terhadap doktrin, bukan saja doktrin tetapi juga konsep. (mis: konsep dualisme). Demikian pula dalam banyak doktrin yg Bro Kain katakan Bro pegang, tetapi kenyataannya semua berisikan dualisme yg didahului penilaian. Kita bukan pertama kali berdiskusi dan sejauh ini saya tidak melihat banyak perubahan dalam tulisan Bro Kain.

Sekali lagi saya tanya, apakah Satipatthana adalah doktrin yang adalah ajaran yang sudah diselidiki, ataukah suatu metode penyelidikan yang tidak terbias ajaran/doktrin apapun?
Jika menanyakan diselidiki, akan sangat luas. Oleh siapa? Apakah saya? Apakah Ryu? Apakah Upasaka? Apakah umat kr****n? Atau moslem? Apakah Sang Buddha? Pertegas dulu pertanyaannya.
Pertanyaan ke-2 Bro, apakah Satipatthana suatu metode penyelidikan yg tidak terbias ajaran/doktrin apapun? Dalam Satipatthana Sutta entah Majjhima Nikaya atau Digha Nikaya, selalu termuat mengenai 4KM. Sedangkan menurut Bro Kain 4KM adalah doktrin dan Bro Kain hakul yakin, yakin seyakin-yakinnya bahwa Satipatthana terbebas dari penilaian baik-buruk dan tidak memuat doktrin apapun. Jadi jawaban saya, YA! Satipatthana memuat doktrin dari Sang Buddha. Karena Satipatthana memang ajaran (doktrin) yg merupakan hasil penyelidikan oleh Sang Buddha terhadap kebenaran. Tetapi saya tidak setuju dengan penggunaan kata "terbias". Seolah bahwa kebenaran yg ditemukan Sang Buddha adalah sebuah penyimpangan.


Savaka Buddha memang merealisasi kebenaran dengan usaha sendiri, namun dengan bimbingan dari guru (Samma Sambuddha). Sebab realisasi kebenaran bukanlah hal yang bisa dilakukan orang lain untuk kita.
Saya memang berpendapat realisasi kebenaran bukan hal yg bisa diberikan orang lain utk kita. Karena itu saya berkali-kali berkata, ajaran adalah 1 hal dan realisasi adalah hal lain.
Jadi apakah bimbingan dari Samma Sambuddha tersebut adalah doktrin Samma Sambuddha? Atau bukan?
Apakah sebelum merealisasi Savaka Buddha, orang tsb terlebih dulu menerima bimbingan Samma Sambuddha? Atau tidak?

Quote
Karena itu saya menganggap bahwa menerima doktrin adalah 1 hal, dan merealisasi isi doktrin adalah hal lain. Hanya ketika ada pandangan doktrin a/ ajaran yang diterima sbg kebenaran, maka timbul 2 sikap: menerima doktrin secara membabi buta dgn menyamakan ajaran dg kebenaran atau menolak doktrin sama sekali, dan perdebatan pun tidak akan berakhir.
Ya, jujur saya memang menerima doktrin kamma secara membabi buta, walaupun saya tidak mampu menyelidikinya.
Kembali lagi saya tanya, kalau doktrin diterima namun tidak dianggap sebagai kebenaran, atas dasar apa seseorang menerima doktrin?
Tidak ada salahnya, Bro. Ada hal2 yg memang membatasi pengetahuan kita dan di ranah itu saddha bermain. Karena saddha sebagaimana babi, bukanlah sesuatu yg diharamkan dalam Buddhisme. :D
Moga-moga ada saat lain kita dapat berdiskusi soal doktrin kamma yang diterima Bro Kain secara membabi buta. Saya tertarik utk mengetahui bagaimana seorang kritis spt Bro bisa menerima babi buta. Eh doktrin kamma maksudnya. ;D
Kebenaran itu bukan sesuatu yg spontan, melainkan bertahap sebagaimana pernah saya tulis di thread Ko Fab yg lain. Seketika kita menyetujui atau menerima sebuah doktrin, otomatis kita telah menganggapnya sbg sebuah kebenaran. Tetapi kebenaran yg belum direalisasi. Bahkan tahapan realisasi itu bertingkat misalnya realisasi dalam tahap pandangan seorang Sotapanna dan seorang Arahant berbeda jauh. Meski telah menyadari segala sesuatu timbul krn sebab demikian jg akhirnya, meski telah terbebas dr pandangan2.. Ketika seorg Sotapanna disentuh oleh perasaan menyakitkan -- fisik atau pikiran -- tidak jarang mereka masih menangisi hal tsb. Berbeda dg seorang Arahant meski dipotong kaki tangannya pun tidak akan menangisi hal tsb. Karena penggunaan bahasa agak rumit, maka coba telaah apa yg dimaksudkan oleh si pembicara.


Kalau tanggung, silahkan ditambah. Dan justru saya yang bertanya, apakah menahan diri itu sama dengan aL-aD-aM?
Wahahahah.. Ngakak baca kalau nanggung silahkan nambah. Serasa ditraktirin. Koq malah berbalik nanya? Justru saya yg nanya. Gini deh.. Coba pernyataan ttg "Menurut Ajaran Buddha, perbuatan buruk adalah disebabkan oleh tiga akar: Lobha-Dosa-Moha, perbuatan baik adalah penahanan diri dari ketiga akar tersebut. Dalam Abhidhamma juga disebut tiga akar: Alobha-Adosa-Amoha." yg tidak Bro Kain mengerti, Bro Kain tanya secara langsung kepada si pelontar pernyataan tersebut dan jawaban itu nanti kita share diskusi di sini. :)

Sukhi Hotu,
_/\_
[/quote][/spoiler]
Sepertinya Bro Jerry tidak berniat diskusi dengan selalu mengatakan saya OOT. OK deh, silahkan, saya OOT dan diskusi selesai. Kesimpulan: Usaha benar adalah bagian dari Satipatthana.

[/quote]
Tentu saja saya berniat diskusi karenanya saya mencoba mengarahkan kembali alur diskusi. Ini seperti kita berniat melakukan perjalanan ke Bandung. Sebelum sampai di Bandung kita berbicara banyak hal yg luas bisa Bandung bisa kota2 lain yg kita lewati. Ketika sudah sampai di Bandung, tentunya kita membahas hal2 lebih spesifik terkait Bandung bukan lagi soal hal2 lain spt bajigur Cianjur atau sate maranggih di Purwakarta yg sudah dilewati. Sama halnya ketika sedang membahas doktrin Buddhisme jangan kaitkan lagi ke doktrin Bahasa Roh. Atau mempertanyakan pembuktian antara kebenaran doktrin 1 dengan kesalahan yg lainnya. Kalau memang tersinggung, ok saya minta maaf. Setidaknya harap pertimbangkan imbauan saya, ketika dikatakan oot tolong koreksi kembali dan balik ke konteks bahasan, bukan ngambek.

Setuju dng kesimpulan Bro Kain: usaha benar tentu saja bagian Satipatthana! ;D

Sukhi hotu,
_/\_
appamadena sampadetha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #132 on: 01 June 2010, 04:32:22 PM »
Tentu saja saya berniat diskusi karenanya saya mencoba mengarahkan kembali alur diskusi. Ini seperti kita berniat melakukan perjalanan ke Bandung. Sebelum sampai di Bandung kita berbicara banyak hal yg luas bisa Bandung bisa kota2 lain yg kita lewati. Ketika sudah sampai di Bandung, tentunya kita membahas hal2 lebih spesifik terkait Bandung bukan lagi soal hal2 lain spt bajigur Cianjur atau sate maranggih di Purwakarta yg sudah dilewati. Sama halnya ketika sedang membahas doktrin Buddhisme jangan kaitkan lagi ke doktrin Bahasa Roh. Atau mempertanyakan pembuktian antara kebenaran doktrin 1 dengan kesalahan yg lainnya. Kalau memang tersinggung, ok saya minta maaf. Setidaknya harap pertimbangkan imbauan saya, ketika dikatakan oot tolong koreksi kembali dan balik ke konteks bahasan, bukan ngambek.
Kasus Bahasa Roh, itu adalah kontras yang sengaja saya ambil supaya jelas, mengapa antara doktrin Satipatthana dan doktrin Bahasa Roh, satu diterima dan satu ditolak? Padahal 2-2nya belum dibuktikan, bukan?
Apakah karena sebegitu tidak menyimaknya sampai berpikir saya akan membahas Bahasa Roh?
Lalu tanpa mengetahui relevansi, tanpa menanyakan juga, sudah memberikan asumsi OOT, bahkan sebelum kesimpulan ditarik? Wah, saya tidak terbiasa dengan diskusi begitu. Jadi tidak perlu minta maaf, saya pun dengan senang hati mengakhirinya.


Quote
Setuju dng kesimpulan Bro Kain: usaha benar tentu saja bagian Satipatthana! ;D
Sukhi hotu,
_/\_
NB: tentu saja itu kesimpulan khusus untuk diskusi dengan Bro Jerry. (Seperti ketika berdiskusi dengan anak kecil yang merengek kepada saya untuk mengakuinya benar, saya akan berkata, "ya, nak, kamu benar. Batman memang ada." Case closed, tidak panjang.)
:)
 _/\_

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #133 on: 01 June 2010, 05:27:19 PM »
Kasus Bahasa Roh, itu adalah kontras yang sengaja saya ambil supaya jelas, mengapa antara doktrin Satipatthana dan doktrin Bahasa Roh, satu diterima dan satu ditolak? Padahal 2-2nya belum dibuktikan, bukan?
Apakah karena sebegitu tidak menyimaknya sampai berpikir saya akan membahas Bahasa Roh?
Lalu tanpa mengetahui relevansi, tanpa menanyakan juga, sudah memberikan asumsi OOT, bahkan sebelum kesimpulan ditarik? Wah, saya tidak terbiasa dengan diskusi begitu. Jadi tidak perlu minta maaf, saya pun dengan senang hati mengakhirinya.
Yang namanya membahas ya dimulai dari ada pertanyaan lalu ada jawaban. Kemudian berbalas lagi dan seterusnya. Terlepas dari tudingan Anda, saya hanya berusaha menjaga alur diskusi agar tidak melenceng. Utk menambahkan sedikit OOT, bagaimana Anda tahu saya belum membuktikan 2 2 nya: Satipatthana dan bahasa Roh? Di Bandung lingkungan pergaulan non-buddhis saya banyak kr****n karismatik, demikian pula di ibukota. Bila tadi saya membahasnya pembuktian sejauh apa lagi yg akan Anda minta? Tidaklah mungkin tidak membahasnya jika sudah ditanyakan. Sementara dalam 1 postingan bahasan kita sudah ada beberapa. Tentu ga salah kalau saya mencoba mengusahakan agar kita fokus pada bahasan2 berbeda yg masih relevan dan berhubungan, sejauh yg mampu saya tarik benang merahnya. Jika ternyata menurut Bro Kain antara 2 hal tsb ada relevansi Bro Kain boleh saja menjelaskan bahwa saya salah beropini ketika saya mengatakan diskusi mulai OOT. Dan sebaliknya menunjukkan apa yg luput dari penglihatan saya. Tidak perlu mundur dari diskusi dengan cara ngambek. Apalagi dengan tambahan gaya bahasa sarkasme favorit Bro Kain. Apa salahnya menjelaskan agar orang mengerti? Tujuan diskusi agar teman bicara mengerti atau kepuasan intelektual belaka?


NB: tentu saja itu kesimpulan khusus untuk diskusi dengan Bro Jerry. (Seperti ketika berdiskusi dengan anak kecil yang merengek kepada saya untuk mengakuinya benar, saya akan berkata, "ya, nak, kamu benar. Batman memang ada." Case closed, tidak panjang.)
:)
 _/\_
Silakan berpendapat demikian, lebih sarkas lagi juga gpp. Saya jamin saya tidak akan tersinggung. Saya bisa saja membalas kembali sarkasme di atas, tetapi tentu saja selalu ada pilihan. Thanks diskusinya.

Sukhi hotu
_/\_
appamadena sampadetha

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Usaha Benar ternyata dualitas
« Reply #134 on: 19 August 2010, 08:55:45 AM »
There is no place like 127.0.0.1

 

anything