ikut nimbrung..
saya mulai dari "Tuhan"..
mungkin tulisan pak "Cornelis Wowor" Ketuhanan Yang Maha Esa dlm Agama Buddha.. bisa menjawab.. sebagai " Yang tak Terciptakan, Tak dilahirkan, tak berwujud, dan Yang Mutlak" bukan sesuatu yang Serba "Maha"
Dari definis itu maka Tuhan dalam 2 aspek (karena keduanya memenuhi sayarat)
1. Aspek Jalan => Dhamma sebagai kebenaran universal yang tak lapuk oleh zaman.. yang "ditemukan" oleh Siddharta..
2. Aspek Tujuan => Nibbana/Nirvana sebagai tujuan akhir yang telah terbebas dari 3 Corak..
Spiritualitas agama buddha adalah "Spiritual yang Dewasa" dimana selalu diajarkan untuk "menanam" bukan "meminta". Saya ibaratkan "Buddha" dan para pemimpin "Agama" yg lain sebagai penjaga toko. Toko kita "Buddha" ini unik, ketika kita datang meminta "Mangga" Buddha akan memberikan kita biji mangga untuk kita tanam dan kita rawat hingga saatnya kita bisa panen, sedang toko "Lainya" akan segera melontarkan pertanyaan "Anda Butuh berapa Kilo?" dan membuat pemilik toko sebagai yang Maha Baik..
Jadi Wajar saja ketika "pelanggan" toko "Lainya" ini diajarkan spiritualitas "Buddha" dan mulai menikmati hasil penen-nya sendiri Masih Terngiang akan kebaikan "Yang Maha Baik" dan masih menggunakan Istilah yang ia kenali.. dan bukan Mustahil ia akan semakin menyanjung 'Yang Maha Baik". Semua tergantung seberapa besar "Kilesa" orang tersebut..
Jadi menurut saya Lebih baik Melihat Sedikit Cahaya daripada terus menerus dalam kegelapan, dan semoga kita semua dapat "Melihat Dhamma" dan akhirnya "Merengkuh Nibbana"....
kaya penyair..
Mohon dikoreksi rekan-rekan