Sejujurnya,
Jikalau kita semua mau belajar dari peristiwa beberapa hari ini, maka kita akan mendapatkan hikmah dari masalah ini. Bahwa kemarahan dan kebencian selalu menangani segalanya berakhir dengan tidak baik ( jika tidak mau dikatakan buruk ) bahkan mencelakai diri sendiri dan merugikan orang lain dan bahkan kita mengetahuinya teori ini, karena kita semua memiliki intelektual untuk mengevaluasinya.
Mungkin cerita dibawah ini susah untuk dipraktekkan selain solusi "diam adalah emas", tapi minimal COBA praktekkan Ajaran Tengah, yakni mengikis kebencian dan kemarahan. Semoga kita dapat menikmati proses ini.
Cerita ini sebenarnya lebih kurang adalah cara mengembangkan cinta kasih dengan cara yang sangat baik dan unik. Mungkin seperti yang dilakukan oleh Bro Fabian C yang selalu memulai dengan perkataan “Bro…….. yang baik”.
BERUSAHA BERPIKIR TENANG SAAT MARAH
Beberapa bulan yang lalu di meja pemesanan kamar hotel Memphis, saya melihat suatu kejadian yang menarik sekali, bagaimana seseorang menghadapi orang yang penuh emosi.
Saat itu pukul 17:00 lebih sedikit, dan hotel sibuk mendaftar tamu- tamu baru. Orang di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja dengan nada memerintah. Pegawai tersebut berkata, "Ya, Tuan, kami sediakan satu kamar 'single' untuk Anda."
"Single," bentak orang itu, "Saya memesan double."
Pegawai tersebut berkata dg sopan, "Coba saya periksa sebentar." Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip dan berkata, "Maaf, Tuan. Telegram Anda menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan Anda di kamar double, kalau memang ada. Tetapi semua kamar double sudah penuh."
Tamu yang berang itu berkata, "Saya tidak peduli apa bunyi kertas itu, saya mau kamar double."
Kemudian ia mulai bersikap "Anda-tahu-siapa-saya," diikuti dengan "Saya akan usahakan agar Anda dipecat. Anda lihat nanti. Saya akan buat Anda dipecat."
Di bawah serangan gencar, pegawai muda tersebut menyela, "Tuan, kami menyesal sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Anda."
Akhirnya, sang tamu yang benar-benar marah itu berkata, "Saya tidak akan mau tinggal di kamar yang terbagus di hotel ini sekarang --- manajemennya benar-benar buruk," dan ia pun keluar.
Saya menghampiri meja penerimaan sambil berpikir si pegawai pasti marah setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia menyambut semua dengan salam yang ramah sekali "Selamat malam, Tuan."
Ketika ia mengerjakan rutin yang biasa dalam mengatur kamar untuk saya, saya berkata kepadanya, "Saya mengagumi cara Anda mengendalikan diri tadi. Anda benar-benar sabar."
"Ya, Tuan," katanya, "Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu.
Anda lihat, ia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban pelampiasan kemarahannya. Orang yang malang tadi mungkin baru saja ribut dengan istrinya, atau bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali ia merasa rendah diri, dan ini adalah peluang emasnya untuk melampiaskan kekesalannya."
Pegawai tadi menambahkan, "Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu."
Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang perkataannya, "Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu."
Ingat dua kalimat itu kalau ada orang yang menyatakan perang pada Anda.
Jangan membalas. Cara untuk menang dalam situasi seperti ini adalah membiarkan orang tersebut melepaskan amarahnya, dan kemudian lupakanlah.
Pesan yang ingin disampaikan adalah pada saat ingin mengeluarkan amarah, maka dalam bathin selalu mengucapkan "Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu."
Semoga Bermanfaat.