//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 561121 times)

0 Members and 5 Guests are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #660 on: 12 January 2011, 10:01:59 AM »
Samaneri Panna, menurut saya, Vasettha Sutta tidak membahas 'makhluk hidup'-nya, tetapi atribut atau ciri-ciri yang ada sewaktu lahir. Jadi rumput dan tumbuhan, walaupun tidak memiliki kesadaran, tapi setiap tumbuhan sejenis memiliki atribut dan ciri yang sama. Kita menyebutnya "tumbuhan" karena atribut tersebut. Demikian pula halnya dengan binatang.
ya, jati+vibhaga memang klasifikasi kelahiran, tp kalimatnya adalah: Jātivibhaṅgaṃ pāṇānaṃ.
kalau ditranslatekan secara lurus: klasifikasi kelahiran pada sesuatu-yg-bernafas.

kita kesampingkan dulu kata "mahkluk", krn emg kata "satta" tidak ada di sutta ini. masalahnya adalah pada sila pertama juga menggunakan kata: Pānātipātā veramanī sikkhāpadam samādiyāmi, merujuk pada objek yg sama, nafas, disini pun tidak digunakan kata mahkluk/satta.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #661 on: 12 January 2011, 10:31:56 AM »
ya, jati+vibhaga memang klasifikasi kelahiran, tp kalimatnya adalah: Jātivibhaṅgaṃ pāṇānaṃ.
kalau ditranslatekan secara lurus: klasifikasi kelahiran pada sesuatu-yg-bernafas.

kita kesampingkan dulu kata "mahkluk", krn emg kata "satta" tidak ada di sutta ini. masalahnya adalah pada sila pertama juga menggunakan kata: Pānātipātā veramanī sikkhāpadam samādiyāmi, merujuk pada objek yg sama, nafas, disini pun tidak digunakan kata mahkluk/satta.
OK, ini juga sesuatu yang menarik. Kalau memang pembunuhan itu hanya dilihat dari nafas, berarti aborsi pada saat janin belum membentuk paru-paru juga bukan pembunuhan.
Kalau saya pribadi menganggap sila 1 itu hanyalah pembunuhan secara umum saja. Kalau mau sampai ke arah ilmiah, nanti kita bahas proses anaerobik juga, malah tambah rumit.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #662 on: 12 January 2011, 11:14:30 AM »
OK, ini juga sesuatu yang menarik. Kalau memang pembunuhan itu hanya dilihat dari nafas, berarti aborsi pada saat janin belum membentuk paru-paru juga bukan pembunuhan.
Kalau saya pribadi menganggap sila 1 itu hanyalah pembunuhan secara umum saja. Kalau mau sampai ke arah ilmiah, nanti kita bahas proses anaerobik juga, malah tambah rumit.
tidak juga, kenyataannya tumbuhan juga tidak memiliki paru-paru, tetapi dikategorikan sbg "pananam" (breathing, bagaimana orang dulu bisa tau kalau tanaman membutuhkan gas ya?). disini yg menarik kalau mau ditarik garis kesimpulan ya memang seperti pada umumnya, pananam ada 3: tumbuhan, hewan, manusia. pada janin, perpindahan gas (oksigen) dan makanan terjadi melalui placenta, ini terjadi sebelum paru2 ada. jadi sila pertama ya sama pada pengertian umumnya, menghindari membunuh tanaman, tumbuhan dan manusia
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #663 on: 12 January 2011, 12:40:19 PM »
Bro Sutarman yang baik, Anatta bukan benar atau tidak benar, anatta adalah kebenaran absolut. Anatta untuk diselami (dialami) bukan untuk dihafalkan. Adalah tidak tepat mengatakan seseorang yang telah menyelami anatta melekat pada anatta. Hanya orang yang belum pernah mengalami anatta, yang mengerti hanya sebatas konsep, yang terjebak melekat pada konsep anatta.

Mungkin kita memang berbeda tradisi dan pengalaman. Saya tak menyalahkan kalau bro Fabian menganggap itu sebagai kebenaran absolut. Namun walaupun itu kebenaran absolut, saya tetap bersikap untuk tidak melekat pada kebenaran absolut tersebut. Karena itulah yang diajarkan dalam Zen untuk tidak melekat pada dualisme. Pengalaman saya dalam bermeditasi atau mengajarkan orang bermeditasi menunjukkan bahwa untuk mencapai ketenangan pikiran, bahkan orang yang masih melekat pada atta (seperti teman saya yang kr****n) pun bisa mencapai ketenangan pikiran, hanya saja, menurut pengalaman saya, ketenangan pikiran itu tidak berlangsung lama dan terus menerus namun hanya sebentar dan tidak kontinu. Sedangkan dalam Zen, ketenangan pikiran itu dijaga dalam setiap hembusan dan tarikan nafas, jadi bukan waktu meditasi saja. Tapi ini mungkin karena kita beda tradisi dan pengalaman saja.

Quote
Sama tidak tepatnya mengatakan seseorang yang telah tahu 7 X 5 = 35 lalu melekat pada 35. Atau seseorang yang telah tahu bila menampar seseorang akan balas ditampar lalu dikatakan melekat pada hal itu.

Mungkin tidak tepat kalau disamakan dengan matematika. Mungkin kisah Zen mengenai Shenhui yang diketok kepalanya oleh Master Huineng dapat menjelaskan dengan tepat mengenai atta dan anatta ini. Tapi saya tidak berani memastikan apakah bro menyetujui pemikiran Master Zen Huineng itu atau tidak, karena sekali lagi, kita berbeda tradisi.

Quote
Anatta adalah kebenaran absolut, pengetahuan mengenai anatta yang sesungguhnya timbul dari mengalami sendiri, bukan dengan berspekulasi mengenai hal itu. Bila kita sendiri belum mengalami anatta maka pengetahuan kita hanya sebatas spekulasi belaka.
 
Menyelami anatta hanya didapat pada waktu kita bermeditasi Vipassana, bukan didapat sebelum meditasi Vipassana, dan pengalaman anatta juga tak bisa di dapat dengan meditasi cara lain selain Vipassana.
Mengetahui bahwa pengalaman yang kita dapatkan dalam meditasi adalah pengalaman anatta didapat setelah selesai bermeditasi Vipassana, kemudian menganalisa pengalaman-pengalaman yang telah dialami tanpa berusaha menghubung-hubungkan dengan pengetahuan teori anatta.

Sekali lagi mungkin karena kita berbeda tradisi bahkan dalam meditasi.

Quote
Pengetahuan/pengalaman anatta didapat dengan meditasi Vipassana, bukan dengan semangat metta karuna. Agar orang lain dapat menyelami anatta hanya orang itu sendiri yang mampu melihatnya, guru hanya bisa mengarahkan dengan meditasi Vipassana/Satipatthana.

Membaca sejuta buku mengenai anatta dan mendengar segala hal mengenai anatta dari sejuta guru tidak membuat seseorang menyelami anatta, seperti perumpamaan orang yang berusaha menyelami rasa buah apricot dengan membaca jutaan buku mengenai rasa buah apricot.
Hanya mengalami sendiri yang membuat seseorang mengerti dengan jelas rasa apricot, demikian juga dengan anatta.

Anatta bukan "perahu teori" anatta adalah pengetahuan langsung. Orang yang "sadar" (mengalami langsung anatta) otomatis terbebas dari pandangan salah mengenai "atta" maupun pandangan salah mengenai "anatta".
.
Sekali lagi untuk menyelami tilakkhana harus dialami, bukan cuma sekedar dipahami secara teori.
 
Melekat pada konsep anatta hanya dialami oleh mereka yang belum pernah mengalami anatta. Bagi yang telah mengalami, secara otomatis tidak melekat. Karena pengetahuan yang sesungguhnya telah dialaminya.

Sekali lagi mungkin kita memang berbeda tradisi. Saya tak menyalahkan kalau bro punya pandangan seperti itu.

Quote
Untuk menenangkan pikiran tak perlu memiliki semangat Bodhisattva, setiap orang bisa melatihnya.

Mungkin Bro salah mengerti, ketenangan pikiran adalah semacam syarat mendasar bukan hanya dalam meditasi namun dalam aktivitas sehari-hari, Zen sangat serius untuk hal ini, inilah yang disebut sebagai mindfulness / eling/ sadar setiap saat. Dan semangat Bodhisattva yang mendorong orang lain untuk bebas dari atta memang membutuhkan ketenangan pikiran. Sama seperti perumpamaan yang diberikan Buddha bahwa gajah liar hanya bisa dijinakkan oleh gajah jinak. Bagaimana mungkin kita bisa mendamaikan dunia yang tidak tenang ini, penuh dengan kemarahan, kebencian, ketakutan, kalau pikiran kita sendiri tidak tenang? Dan saya yakin satu tindakan lebih berarti dari sejuta ucapan. Tindakan yang tenang yang dihasilkan dari pikiran yang tenang adalah lebih ampuh dibandingkan kata-kata, bahasa, ucapan, ceramah nasihat dll yang semuanya dikeluarkan oleh mulut kita. Dan benar sekali semua orang bisa melatih pikiran tenang, yang menjadi pertanyaan besar adalah APAKAH SETIAP SAAT dia melatihnya atau hanya saat meditasi saja? Apakah dia menjadikannya sebagai konsep dan teori saja atau menerapkannya dalam praktik sehari-hari khususnya ketika berhubungan dengan orang lain?  Zen sangat menekankan pentingnya mindfulness bahkan dalam setiap langkah kaki yang kita ambil. Pikiran yang tenang dan fokus setiap saat, sepanjang pengalaman hidup saya, bisa menjaga agar kita selalu sadar, dan kalau kita selalu sadar setiap saat maka, menurut tradisi Zen, kita sudah tak berbeda dengan Buddha dan para Patriak. Manusia biasanya hangat-hangat tahi ayam, manusia tak bisa mempertahankan level kesadarannya dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus karena pikiran tak bisa selalu tenang namun malah terseret mengikuti gejolak perasaan/emosi. Sedangkan Buddha dapat mempertahankan level kesadarannya dalam setiap detiknya dan dalam setiap detik pikiran Sang Buddha juga sangat tenang dan tak terseret gejolak perasaan/emosi. Ketenangan pikiran-ucapan-tindakan itulah yang ingin dicapai praktisi Zen. Cita-cita yang mungkin bagi Bro Fabian sangat sepele dan terlalu sederhana, namun itulah Zen. Zen tidak muluk-muluk namun sederhana dan alamiah.  Namun walaupun sepele dan sederhana, saya yakin berdasarkan pengalaman hidup saya sendiri, sebagian besar orang tak mampu melaksanakan pikiran-ucapan-tindakan tenang setiap saat dengan baik. Mungkin Bro bisa membaca buku Thich Nhat Hanh yang berjudul 'Miracle of Mindfulness' untuk memahami tradisi meditasi Zen yang unik ini.

Quote
Mettacittena,

 _/\_
« Last Edit: 12 January 2011, 12:44:37 PM by sutarman »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #664 on: 12 January 2011, 04:43:25 PM »
tidak juga, kenyataannya tumbuhan juga tidak memiliki paru-paru, tetapi dikategorikan sbg "pananam" (breathing, bagaimana orang dulu bisa tau kalau tanaman membutuhkan gas ya?). disini yg menarik kalau mau ditarik garis kesimpulan ya memang seperti pada umumnya, pananam ada 3: tumbuhan, hewan, manusia. pada janin, perpindahan gas (oksigen) dan makanan terjadi melalui placenta, ini terjadi sebelum paru2 ada. jadi sila pertama ya sama pada pengertian umumnya, menghindari membunuh tanaman, tumbuhan dan manusia
Kalau menurut bro tesla, sementara tumbuhan, binatang dan manusia sama-sama bernafas (pananam), mengapa dalam sila petapa, pembunuhan dan perusakan tanaman dipisahkan?

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #665 on: 12 January 2011, 04:54:39 PM »
ya, jati+vibhaga memang klasifikasi kelahiran, tp kalimatnya adalah: Jātivibhaṅgaṃ pāṇānaṃ.
kalau ditranslatekan secara lurus: klasifikasi kelahiran pada sesuatu-yg-bernafas.

kita kesampingkan dulu kata "mahkluk", krn emg kata "satta" tidak ada di sutta ini. masalahnya adalah pada sila pertama juga menggunakan kata: Pānātipātā veramanī sikkhāpadam samādiyāmi, merujuk pada objek yg sama, nafas, disini pun tidak digunakan kata mahkluk/satta.

Sy baru tau sila ke-1 merujuk pada nafas? Sy tidak tau bahasa pali, tapi kalopun tidak mengandung kata satta (makhluk hidup), tapi salah satu syarat suatu tindakan disebut pembunuhan adalah bila ada makhluk hidup yang terbunuh... :)
« Last Edit: 12 January 2011, 04:58:30 PM by Mayvise »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #666 on: 12 January 2011, 04:59:01 PM »
Kalau menurut bro tesla, sementara tumbuhan, binatang dan manusia sama-sama bernafas (pananam), mengapa dalam sila petapa, pembunuhan dan perusakan tanaman dipisahkan?

pengrusakan benih & hasil panen yah... ga tau jg, tp nanya balik, apakah sila yg dijelaskan di awal DN itu tidak ada yg overlapped?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #667 on: 12 January 2011, 05:36:29 PM »
pengrusakan benih & hasil panen yah...
Kalau hanya masalah benih dan panen, sama saja dengan ternak, bukan? Maksudnya tidak perlu mengatakan 'menghindari membunuh ternak/panen' cukup 'menghindari membunuh makhluk' yang tentu sudah mencakup ternak dan panen.

Yang saya tahu, tumbuhan memang terkategorikan sendiri. Dalam culasila di DN, adalah yang tumbuh dari benih (bijagama), dan dari akar, dahan, cabang, ranting, atau kecambah (bhutagama). Dalam Vinaya, juga diatur dalam bhutagamavagga, menyangkut pacittiya.


Quote
ga tau jg, tp nanya balik, apakah sila yg dijelaskan di awal DN itu tidak ada yg overlapped?
Overlap maksudnya berulang dua kali atau lebih? Saya belum sempat teliti satu per satu. Setahu saya juga, kalau sepertinya berulang, mungkin adalah kategori berbeda. Misalnya menerima binatang ada yang untuk diambil produknya (kambing/domba), ada yang untuk dibunuh (babi/unggas) ada yang untuk kendaraan beban (gajah/kuda/sapi). Kesemuanya tidak diterima oleh seorang bhikkhu. Saya menangkapnya begitu.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #668 on: 12 January 2011, 09:36:05 PM »
Teman-teman... setahu saya tumbuhan tidak dianggap sebagai mahluk hidup (teman-teman pakar Abhidhamma bisa lebih jelas menerangkan mengenai hal ini).
Penyebab utama Sang Buddha memberikan peraturan itu karena dicela oleh umat yang berpaham Jaina (kaum Nigantha), yaitu tumbuhan juga dianggap sebagai mahluk hidup.
Jadi memetik atau mematikan tanaman dianggap melukai atau membunuh mahluk hidup.

 _/\_


Benar sekali, sdr. Fabian. Saya pernah membaca di situs Jainisme (lupa alamatnya) bahwa mereka menganggap ajaran Buddha tidak berbelas kasih karena salah satunya adalah masih memperbolehkan memetik/menghancurkan tanaman. Yang lainnya adalah mereka mengganggap ajaran Buddha sebagai akriyavada (tidak percaya pada akibat perbuatan/kamma) karena mengajarkan anatta yang menyatakan tidak ada aku/atman. Penalaran mereka, jika atman tidak ada maka tidak ada yang menerima akibat perbuatan, karena tidak ada yg menerima akibat perbuatan, maka tidak ada akibat perbuatan. Jelas ini pandangan salah terhadap Buddhisme.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #669 on: 12 January 2011, 10:19:17 PM »
Mungkin kita memang berbeda tradisi dan pengalaman. Saya tak menyalahkan kalau bro Fabian menganggap itu sebagai kebenaran absolut. Namun walaupun itu kebenaran absolut, saya tetap bersikap untuk tidak melekat pada kebenaran absolut tersebut. Karena itulah yang diajarkan dalam Zen untuk tidak melekat pada dualisme. Pengalaman saya dalam bermeditasi atau mengajarkan orang bermeditasi menunjukkan bahwa untuk mencapai ketenangan pikiran, bahkan orang yang masih melekat pada atta (seperti teman saya yang kr****n) pun bisa mencapai ketenangan pikiran, hanya saja, menurut pengalaman saya, ketenangan pikiran itu tidak berlangsung lama dan terus menerus namun hanya sebentar dan tidak kontinu. Sedangkan dalam Zen, ketenangan pikiran itu dijaga dalam setiap hembusan dan tarikan nafas, jadi bukan waktu meditasi saja. Tapi ini mungkin karena kita beda tradisi dan pengalaman saja.

Boleh tahu bro Sutarman mengajarkan meditasinya bagaimana? Bagaimana praktek meditasinya...?

Quote
Mungkin tidak tepat kalau disamakan dengan matematika. Mungkin kisah Zen mengenai Shenhui yang diketok kepalanya oleh Master Huineng dapat menjelaskan dengan tepat mengenai atta dan anatta ini. Tapi saya tidak berani memastikan apakah bro menyetujui pemikiran Master Zen Huineng itu atau tidak, karena sekali lagi, kita berbeda tradisi.

Bagaimana hubungan diketok kepala dengan pengetahuan anatta...? Apakah maksud bro dengan diketok kepalanya pengetahuan anatta jadi muncul...?

Quote
Sekali lagi mungkin karena kita berbeda tradisi bahkan dalam meditasi.

Saya tidak meragukan hal ini.

Quote
Sekali lagi mungkin kita memang berbeda tradisi. Saya tak menyalahkan kalau bro punya pandangan seperti itu.

Tidak menyalahkan...? Apakah pandangan saya tidak benar...? Bila tidak benar ungkapkan saja bro.. Saya menganggap wajar saja bila bro beranggapan pandangan saya tidak benar...

Quote
Mungkin Bro salah mengerti, ketenangan pikiran adalah semacam syarat mendasar bukan hanya dalam meditasi namun dalam aktivitas sehari-hari, Zen sangat serius untuk hal ini, inilah yang disebut sebagai mindfulness / eling/ sadar setiap saat.

Entah siapa yang mengajarkan anda bahwa ketenangan pikiran disebut juga sebagai mindfulness/eling/sadar? apakah menurut Zen demikian? Apakah ada bagian Tripitaka yang mengajarkan demikian?

Quote
Dan semangat Bodhisattva yang mendorong orang lain untuk bebas dari atta memang membutuhkan ketenangan pikiran.

Bebas dari atta? Apakah menurut Zen atta itu ada...?

Quote
Sama seperti perumpamaan yang diberikan Buddha bahwa gajah liar hanya bisa dijinakkan oleh gajah jinak. Bagaimana mungkin kita bisa mendamaikan dunia yang tidak tenang ini, penuh dengan kemarahan, kebencian, ketakutan, kalau pikiran kita sendiri tidak tenang? Dan saya yakin satu tindakan lebih berarti dari sejuta ucapan. Tindakan yang tenang yang dihasilkan dari pikiran yang tenang adalah lebih ampuh dibandingkan kata-kata, bahasa, ucapan, ceramah nasihat dll yang semuanya dikeluarkan oleh mulut kita. Dan benar sekali semua orang bisa melatih pikiran tenang, yang menjadi pertanyaan besar adalah APAKAH SETIAP SAAT dia melatihnya atau hanya saat meditasi saja?


Apakah menurut anda ketenangan hanya bisa dicapai bila orang tak pernah berhenti bermeditasi...?

Quote
Apakah dia menjadikannya sebagai konsep dan teori saja atau menerapkannya dalam praktik sehari-hari khususnya ketika berhubungan dengan orang lain?  Zen sangat menekankan pentingnya mindfulness bahkan dalam setiap langkah kaki yang kita ambil. Pikiran yang tenang dan fokus setiap saat, sepanjang pengalaman hidup saya, bisa menjaga agar kita selalu sadar, dan kalau kita selalu sadar setiap saat maka, menurut tradisi Zen, kita sudah tak berbeda dengan Buddha dan para Patriak.


Bro Sutarman yang baik, boleh minta sumbernya rujukannya di Tripitaka? Menurut Zen..?

Quote
Manusia biasanya hangat-hangat tahi ayam, manusia tak bisa mempertahankan level kesadarannya dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus karena pikiran tak bisa selalu tenang namun malah terseret mengikuti gejolak perasaan/emosi. Sedangkan Buddha dapat mempertahankan level kesadarannya dalam setiap detiknya dan dalam setiap detik pikiran Sang Buddha juga sangat tenang dan tak terseret gejolak perasaan/emosi.


Maaf saya koreksi sedikit, Sang Buddha tak terseret gejolak perasaan/emosi bukan karena mempertahankan level kesadaran dan ketenangan. Tetapi disebabkan Beliau telah memutus akar penyebabnya, yaitu kemelekatan/keinginan, Itulah penyebab Sang Buddha tak akan pernah/tak mungkin terseret gejolak perasaan/emosi.

Quote
Ketenangan pikiran-ucapan-tindakan itulah yang ingin dicapai praktisi Zen. Cita-cita yang mungkin bagi Bro Fabian sangat sepele dan terlalu sederhana, namun itulah Zen. Zen tidak muluk-muluk namun sederhana dan alamiah.  Namun walaupun sepele dan sederhana, saya yakin berdasarkan pengalaman hidup saya sendiri, sebagian besar orang tak mampu melaksanakan pikiran-ucapan-tindakan tenang setiap saat dengan baik. Mungkin Bro bisa membaca buku Thich Nhat Hanh yang berjudul 'Miracle of Mindfulness' untuk memahami tradisi meditasi Zen yang unik ini.

 _/\_

Bhiksu Thich Nhat Hanh mencampurkan antara ajaran Theravada dengan ajaran Mahayana, sehingga kita tak tahu yang mana ajaran Theravada dan ajaran Mahayana (Zen), coba selidiki lebih jauh sumber rujukan beliau bro.
Mengenai ketenangan pikiran, ucapan dan tindakan bisa dilatih dalam banyak cara, tak usah berlatih Zen bro... praktisi Brahmanisme juga banyak yang mampu melakukan hal ini.
 
Mettacittena.
« Last Edit: 12 January 2011, 10:29:33 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #670 on: 12 January 2011, 10:27:47 PM »
Benar sekali, sdr. Fabian. Saya pernah membaca di situs Jainisme (lupa alamatnya) bahwa mereka menganggap ajaran Buddha tidak berbelas kasih karena salah satunya adalah masih memperbolehkan memetik/menghancurkan tanaman. Yang lainnya adalah mereka mengganggap ajaran Buddha sebagai akriyavada (tidak percaya pada akibat perbuatan/kamma) karena mengajarkan anatta yang menyatakan tidak ada aku/atman. Penalaran mereka, jika atman tidak ada maka tidak ada yang menerima akibat perbuatan, karena tidak ada yg menerima akibat perbuatan, maka tidak ada akibat perbuatan. Jelas ini pandangan salah terhadap Buddhisme.
Bro Seniya yang baik, ini disebabkan mereka masih memiliki pemikiran bahwa karma merupakan hadiah dan hukuman (reward and punishment)
Sedangkan menurut Buddhist bukan reward dan punishment, tetapi hanya konsekuensi (mere consequences).

Mettacittena.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #671 on: 13 January 2011, 07:07:39 AM »
Boleh tahu bro Sutarman mengajarkan meditasinya bagaimana? Bagaimana praktek meditasinya...?


Bro Fabian yang baik,

Agar tak terjadi salah paham dan untuk mengerti komentar saya sebelumnya, ada baiknya saya kutip beberapa  ‘metode’ meditasi ala Master Zen Thich Nhat Hanh. Catatan: keterangan tambahan dalam ‘tanda kurung ( )’ adalah interpretasi/penafsiran saya pribadi (correct me if I’m wrong).

-----------------------------------------------------------------------

Dikutip dari Keajaiban Hidup Sadar / The Miracle of Mindfulness halaman 107:

Duduklah dengan posisi teratai atau setengah teratai.
Mulailah mengatur napas.
Renungkanlah hakikat kekosongan (sunyata) dalam perpaduan lima agregat (panca skandha): tubuh, perasaan, persepsi, bentuk-bentuk pikiran, kesadaran.
Amati unsur demi unsur.
Lihat bahwa semuanya bertransformasi, tidak kekal (anitya/anicca) dan tanpa aku (anatta).
Perpaduan lima agregat sama dengan perpaduan semua fenomena yang ada: semuanya patuh pada hukum kesaling-ketergantungan.
Penyatuan dan pemisahan lima agregat sama dengan berkumpul dan lenyapnya awan yang menyelimuti puncak gunung.
Jangan melekat atau menolak lima agregat itu.
Ketahui bahwa perasaan suka dan tidak suka adalah fenomena perpaduan lima agregat.
Lihat dengan jelas bahwa lima agregat tidak memiliki inti (anatta) dan oleh sebab itu kosong (sunya), tetapi mereka ajaib/menakjubkan, sama ajaib/menakjubkan dengan semua fenomena di alam semesta ini.
Cobalah untuk melihat ini dengan merenungkan bahwa ketidakkekalan (anitya/anicca) adalah sebuah konsep, tanpa aku (anatta) adalah sebuah konsep, kekosongan (sunyata) adalah sebuah konsep sehingga Anda tidak akan terpenjara dalam konsep ketidakkekalan (anicca/anitya), tanpa aku (anatta/anatman), dan kekosongan (sunyata).
Anda akan melihat bahwa kekosongan (sunyata) juga kosong (sunya), dan bahwa hakikat sejati kekosongan (sunyata) tidak berbeda dengan hakikat sejati kelima agregat (panca skandha).
Catatan: Latihan ini hanya boleh dilakukan setelah melatih lima latihan sebelumnya. Waktu latihan tergantung masing-masing individu, bisa satu atau dua jam.

-------------------------------------------------------------------------------

Dikutip dari Keajaiban Hidup Sadar / The Miracle of Mindfulness halaman 113:

Duduklah dengan posisi teratai atau setengah teratai.
Amati napas.
Lakukanlah salah satu latihan atas kesaling-ketergantungan: diri Anda sendiri, tulang belulang Anda, atau seseorang yang telah meninggal dunia.
Sadari bahwa segalanya tidak kekal (anitya/anicca) dan tidak memiliki identitas abadi.
Sadari bahwa meskipun segalanya demikian, namun segalanya juga ajaib/menakjubkan.
Anda tidak terikat oleh hal-hal yang berkondisi, Anda juga tidak terikat hal-hal yang tidak berkondisi.
Sadari bahwa para Bodhisattva, meskipun mereka tidak terjebak/terbawa oleh ajaran kesaling-ketergantungan, namun mereka berdiam diri di dalamnya dan tidak tenggelam, seperti sebuah perahu di atas danau.
Renungkanlah bahwa orang-orang yang tercerahkan, meskipun tidak terperangkap oleh kerja melayani makhluk hidup, namun mereka tetap tidak pernah meninggalkan kerja mereka melayani makhluk hidup.

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #672 on: 13 January 2011, 07:27:44 AM »
Bagaimana hubungan diketok kepala dengan pengetahuan anatta...? Apakah maksud bro dengan diketok kepalanya pengetahuan anatta jadi muncul...?

Bro Fabian yang baik,

saya berikan kisah Shenhui 神會 yang diketok kepalanya oleh Master Huineng itu.
Shenhui adalah pendiri aliran/zong 宗 , satu dari lima aliran Zen , yang disebut Heze 荷泽 (baca: Hece) atau Heze zong(荷泽宗) - yang sekarang telah punah. Karena itu Shenhui disebut juga Heze Shenhui.

Heze Shenhui (650-758) walau masih muda namun sudah memiliki pemahaman yang cukup mendalam terhadap Dharma.

Suatu hari Master Huineng bertanya kepadanya: “Kamu datang dari jauh. Apa kamu juga membawa yang paling mendasar/basic bersamamu? Coba jelaskan padaku soal itu.”

Shenhui: “Yang paling mendasar adalah ketidakmelekatan. Subjeknya adalah melihat.”

Master Huineng terdiam.

Kemudian Shenhui bertanya: “Saat duduk bermeditasi, Guru melihat atau tidak melihat?”

Master Huineng kemudian menghampiri Shenhui dan mengetok kepalanya lalu berkata: “Saat aku ketok kepalamu, kamu sakit atau tidak?”

Shenhui: “Saya merasa sakit dan tidak sakit”

Huineng: “Kalau begitu aku juga melihat dan tidak melihat.”

Shenhui nampak kebingungan dan kemudian bertanya: “Apa yang Guru maksud melihat dan tidak melihat?”

Huineng: “Aku melihat dengan jelas kesalahanku sendiri dan aku tidak melihat orang lain baik atau buruk, bijaksana atau jahat.”

Shenhui terdiam.

Huineng melanjutkan: “Lalu apa yang kamu maksud dengan sakit dan tidak sakit? Jika kamu merasa sakit berarti kamu sama saja dengan orang biasa yang gampang tersinggung dan marah. Bila kamu tidak merasa sakit berarti kamu sama saja dengan benda mati seperti batu atau kayu.”

“Melihat - tidak melihat yang kamu kaitkan dengan subjek dalam meditasi itu adalah pandangan ekstrem. Kamu tidak bisa melihat hakikat dirimu sendiri namun masih berani mengolok orang lain?”

(Catatan: yang disebut hakikat diri dalam Zen adalah kesadaran murni dalam diri)

Mendengar penjelasan itu, Shenhui bersujud sebagai tanda penghormatan sekaligus permintaan maaf. Sejak itu Shenhui menjadi murid Patriak keenam Huineng dan Shenhui kemudian menjadi seorang Master Zen yang disegani.

-----------------------------------------------

Nah, apakah Bro Fabian sudah memahami apa yang saya maksudkan dengan 'tidak melekat' bahkan kepada kebenaran 'anatta'?



Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #673 on: 13 January 2011, 07:38:58 AM »
Bro Fabian yang baik,

Agar tak terjadi salah paham dan untuk mengerti komentar saya sebelumnya, ada baiknya saya kutip beberapa  ‘metode’ meditasi ala Master Zen Thich Nhat Hanh. Catatan: keterangan tambahan dalam ‘tanda kurung ( )’ adalah interpretasi/penafsiran saya pribadi (correct me if I’m wrong).

Bro Sutarman yang baik, kalau boleh tahu metode meditasi sesuai yang diajarkan master Thich Nhat Hanh inikah yang anda ajarkan...?

-----------------------------------------------------------------------

Quote
Dikutip dari Keajaiban Hidup Sadar / The Miracle of Mindfulness halaman 107:

Duduklah dengan posisi teratai atau setengah teratai.
Mulailah mengatur napas.
Renungkanlah hakikat kekosongan (sunyata) dalam perpaduan lima agregat (panca skandha): tubuh, perasaan, persepsi, bentuk-bentuk pikiran, kesadaran.
Amati unsur demi unsur.
Lihat bahwa semuanya bertransformasi, tidak kekal (anitya/anicca) dan tanpa aku (anatta).
Perpaduan lima agregat sama dengan perpaduan semua fenomena yang ada: semuanya patuh pada hukum kesaling-ketergantungan.
Penyatuan dan pemisahan lima agregat sama dengan berkumpul dan lenyapnya awan yang menyelimuti puncak gunung.
Jangan melekat atau menolak lima agregat itu.
Ketahui bahwa perasaan suka dan tidak suka adalah fenomena perpaduan lima agregat.
Lihat dengan jelas bahwa lima agregat tidak memiliki inti (anatta) dan oleh sebab itu kosong (sunya), tetapi mereka ajaib/menakjubkan, sama ajaib/menakjubkan dengan semua fenomena di alam semesta ini.
Cobalah untuk melihat ini dengan merenungkan bahwa ketidakkekalan (anitya/anicca) adalah sebuah konsep, tanpa aku (anatta) adalah sebuah konsep, kekosongan (sunyata) adalah sebuah konsep sehingga Anda tidak akan terpenjara dalam konsep ketidakkekalan (anicca/anitya), tanpa aku (anatta/anatman), dan kekosongan (sunyata).
Anda akan melihat bahwa kekosongan (sunyata) juga kosong (sunya), dan bahwa hakikat sejati kekosongan (sunyata) tidak berbeda dengan hakikat sejati kelima agregat (panca skandha).
Catatan: Latihan ini hanya boleh dilakukan setelah melatih lima latihan sebelumnya. Waktu latihan tergantung masing-masing individu, bisa satu atau dua jam.

Meditasi menurut master Thich Nhat Hanh ini memang beda bro, menurut meditasi Theravada, ini bukan meditasi, ini berpikir bro.
Dalam Theravada pada waktu praktek meditasi tidak diajarkan berpikir demikian, karena meditasi Vipassana Theravada diajarkan untuk melepas (tidak memikirkan) konsep bukan menambah konsep seperti yang diajarkan master Thich Nhat Hanh.

Menurut Theravada pengetahuan Anatta dll yang sesungguhnya muncul pada waktu bermeditasi. Pengetahuan anatta bukan muncul karena direnungkan.

Merenungkan bahwa anicca, dukkha, anatta adalah konsep. Pertimbangan supaya tidak terpenjara oleh konsep anicca, dukkha dan anatta akan dengan halus menyebabkan kita masuk dalam konsep juga, yaitu konsep "anicca, dukkha dan anatta bukan konsep". Jadi konsep dalam konsep. Atau konsep mengatasi konsep.

Pengetahuan Yang sejati muncul dengan sendirinya setelah mengalami, umpamanya perumpamaan orang yang memakan buah apricot lalu berkata, "Ooh demikian toh rasanya....." Demikian juga dengan pengetahuan anicca, dukkha dan anatta, setelah mengalami lalu berkata,"Ooh ternyata itu toh yang dimaksud anatta... dstnya...."

-------------------------------------------------------------------------------

Quote
Dikutip dari Keajaiban Hidup Sadar / The Miracle of Mindfulness halaman 113:

Duduklah dengan posisi teratai atau setengah teratai.
Amati napas.
Lakukanlah salah satu latihan atas kesaling-ketergantungan: diri Anda sendiri, tulang belulang Anda, atau seseorang yang telah meninggal dunia.
Sadari bahwa segalanya tidak kekal (anitya/anicca) dan tidak memiliki identitas abadi.
Sadari bahwa meskipun segalanya demikian, namun segalanya juga ajaib/menakjubkan.
Anda tidak terikat oleh hal-hal yang berkondisi, Anda juga tidak terikat hal-hal yang tidak berkondisi.
Sadari bahwa para Bodhisattva, meskipun mereka tidak terjebak/terbawa oleh ajaran kesaling-ketergantungan, namun mereka berdiam diri di dalamnya dan tidak tenggelam, seperti sebuah perahu di atas danau.
Renungkanlah bahwa orang-orang yang tercerahkan, meskipun tidak terperangkap oleh kerja melayani makhluk hidup, namun mereka tetap tidak pernah meninggalkan kerja mereka melayani makhluk hidup.

Maaf bro menurut saya (pendapat saya) ini bukan bimbingan meditasi, ini adalah bimbingan filsafat. Meditasi adalah memperhatikan objek, bukan berpikir ngalor-ngidul, walaupun yang dipikirkan adalah Dhamma ajaran Sang Buddha.

Yah mungkin memang beda.
 
Mettacittena.
« Last Edit: 13 January 2011, 07:40:47 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #674 on: 13 January 2011, 08:03:08 AM »
Overlap maksudnya berulang dua kali atau lebih? Saya belum sempat teliti satu per satu. Setahu saya juga, kalau sepertinya berulang, mungkin adalah kategori berbeda. Misalnya menerima binatang ada yang untuk diambil produknya (kambing/domba), ada yang untuk dibunuh (babi/unggas) ada yang untuk kendaraan beban (gajah/kuda/sapi). Kesemuanya tidak diterima oleh seorang bhikkhu. Saya menangkapnya begitu.
misalnya ya...
hidup murni, menerima apa yang diberikan, menunggu apa yang diberikan, tanpa mencuri.
dg 1 baris kalimat ini sebenarnya sudah mencangkup byk yg dibawah2nya. kenapa harus dijabarkan terpisah lagi...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

 

anything