nanggapi yg ini aja...
oh silahkan
.
dilihat sepintas pendapat di atas keliatan bijak dan masuk akal.
namun setelah dipikir2 ini adalah pola pikir yg mencampuradukkan perkembangan batin dengan sosial.
mencampur aduk?
saya jadi teringat sama salah satu thread disini, cerita tentang seorang yang memberi bimbingan di vihara dengan baik, tapi setelah selesai langsung marah-marah karena terkena cipratan air genangan oleh mobil/motor yang melintas
.
begitukah seharusnya umat buddha bertindak?
ajaran2 yg bersifat untuk melatih perkembangan batin itu hendaknya dipraktikkan ke dalam, bukan ke luar, bukan untuk orang lain. apabila ajaran2 ini dicoba untuk diarahkan keluar secara over dosis, hasilnya akan terlihat hipokrit. nasehat2 pelatihan perkembangan batin seperti "jangan terpengaruh kondisi luar, dalam tetap damai", "semua karma masing2", atau "semua tidak kekal" itu ditujukan ke dalam, untuk diselami dalam batin masing2, bukan untuk dipakai untuk membungkam orang lain.
memangnya pernyataan saya bersifat keluar?
om ophe tahu daya upaya, perhatian dan konsenterasi dari jalan tengah?
itu gunanya untuk sesaat apa terus menerus?
musti dibedakan antara perkembangan batin dengan hidup bermasyarakat secara sosial. walaupun ke dalam kita melatih diri untuk damai di dalam, menyadari anicca & dukkha, namun hidup bermasyarakat memerlukan yg namanya toleransi, norma2 dan nilai2. biarpun negara buddhis sekalipun tetap memerlukan penegakkan hukum, norma2 hidup bermasyarakat. gak bisa kan ngomong ke orang yg udah diperkosa: "ah, sudahlah, hidup itu anicca. boleh kamu udah dianiaya dan diperkosa, tapi dalemnya tetep damai", tanpa penegakkan hukum, tanpa action.
loh bagaimana caranya orang yang habis diperkosa yang masih terpengaruh dengan kondisi luar dapat melapor? dapat melakukan action yang tepat?
yang saya tahu malah bunuh diri, atau teriak-teriak seperti orang gila
.
contohnya aja seperti thread ini
.
ada orang bertanya, tapi ngak dijawab malah ngelantur kemana-mana? apakah bisa yang begini menyelesaikan masalah?
masih terpengaruh sama perasaan tersinggung, perasaan marah akhirnya ngak bisa menjelaskan dengan jelas pertanyaan itu
.
beda halnya kalo ini pernyataan yang bagaimana gitu bukan suatu pertanyaan, seperti contohnya om traktor, maka saya langsung mengingatkan jangan seperti itu
.
pencampuradukkan ajaran yg bersifat melatih perkembangan batin dengan kehidupan bermasyarakat inilah yg sering membuat buddhis keblinger dan over dosis. saya sering melihat buddhis yg apatis, melihat ketidakadilan dan kemalangan orang lain sebatas teori: "ah, semuanya memang dukkha dan anicca, karmanya masing2", tanpa action. saya termasuk orang seperti ini dan ingin merubahnya, pada batas2 tertentu. dalam hal ini apabila melihat ada praktik2 intoleransi, pemaksaan kehendak dan pelanggaran norma2 / nilai2 hidup bermasyarakat, minimal berikanlah suara anda.
apakah saya sudah bertindak begitu?
sekali lagi thread ini cuma pertanyaan, penyelesaiannya yah cuma dijawab bukan yang lain
.
bertanya itu karena tidak tahu, saya juga sering ditanya dengan kasar, tapi saya sadar mereka bertanya karena ketidaktahuan atau bisa juga karena rasa penolakan mereka. saya tidak akan menjawab kasar juga karena terpengaruh oleh kondisi luar, tapi saya akan menjawab secara langsung biar bisa tepat sasaran
.
Potaliya (Potaliya-sutta, AN,ii,97):
Pada suatu hari Buddha bercakap-cakap dengan seorang petapa kelana, Potaliya.
Buddha bilang, ada 4 jenis manusia:
(1) orang yg kerjanya mengecam melulu, tidak pernah memuji;
(2) orang yg kerjanya memuji melulu, tidak pernah mengecam;
(3) orang yg diam saja, tidak pernah mengecam atau memuji;
(4) orang yg mengecam [apa yg patut dikecam] dan memuji [apa yg patut
dipuji].
Buddha bertanya kepada Potaliya, manakah di antara keempat jenis
manusia ini yg 'terbaik dan termulia'?
Potaliya menjawab, orang #3 yg terbaik dan termulia, dengan alasan karena
ia sudah mempunyai keseimbangan batin (upekkha) yg tinggi.
Buddha menyalahkannya; menurut Buddha, orang yg mengecam apa yg patut
dikecam, dan memuji apa yg patut dipuji, pada saat yg tepat, adalah yg
terbaik dan termulia. Mengapa? Kata Buddha, oleh karena ia tahu apa yg harus
dikerjakan pada saat yg tepat.
apakah ini berarti Buddha mengajarkan untuk terpengaruh kondisi luar?
buddha mengajarkan untuk tidak terpengaruh pada kondisi luar, apapun kondisinya
.
yang terkondisi itu tidak kekal, maka jangan terpengaruh padanya atau kita akan tetap terjerat
.
selama belum suci, manusia memiliki kemelekatannya sendiri2, penjaranya sendiri2, kemanjaannya sendiri2.
baiklah, saya juga cuma pengen kasih semangat aja, supaya umat buddha bisa lebih berani mengandalkan dirinya sendiri aja
.