Dari yang saya baca sekilas, Sutra ini memuat tentang sila, yang dengan demikian di antaranya menghentikan kekerasan dan menekankan pada kebajikan. Jika orang memang membaca dan mengamalkan Sutra ini, maka terciptanya kedamaian memang bukan sesuatu yang "ajaib".
Sutra ini juga mengajarkan kisah Raja penakluk di masa lampau yang kerajaannya jaya karena ia sendiri melaksanakan fungsinya sesuai dharma, yaitu menegakkan hukum, melindungi dan mengatur rakyat sesuai fungsinya, menghindari kelicikan dan kecurangan. Dengan demikian, rakyat tidak memberontak dan mendukung raja, musuh dari luar juga tidak bisa menyerang dan menghancurkan negara tersebut. Ini juga adalah hal yang logis, bukan "ajaib" terjadi jika memang dilakukan oleh penguasa negara.
Mengenai kesehatan juga ada disinggung tentang keseimbangan elemen. Kalau sampai orang hilang organ tiba-tiba sembuh, no comment. Tetapi kepedulian akan kesehatan juga disinggung yang tentu saja bermanfaat.
Purifikasi karma saya tidak mengerti maksudnya, jadi tidak ada komentar juga.
Nah, apakah baca Sutra ini bisa jadi Buddha?
Menurut saya, bisa saja. Asalkan bacanya jangan cuma seperti tape recorder rusak.
Dalam Sutra ini disinggung juga mengenai Shunyata (Bab VI) dan Pratitya Sammutpada (Bab XVII). Bagi yang mempelajari Buddhisme, tentu familiar dengan penjelasan ini yang membawa pada berakhirnya penderitaan (Nirwana).