Jadi karena tidak kenal Tuhan, berarti pencerahan Buddha masih terbatas.
Dasarnya apa? Bagaimana anda bisa membuat premis 'Tuhan ada" sebagai benar, sehingga bisa menyimpulkan ketidaktahuan Tuhan = pencerahan terbatas?
Thanks bro.
Perlu diingat kembali bahwa Buddha pernah berkomentar tentang Pencipta, dan dia tidak pasti apakah Pencipta itu ada atau tidak. Kecuali Buddha tidak pernah berkomentar, mungkin bro masih bisa membela diri. Tetapi nyatanya dia pernah, dan dia tidak pasti. Bukankah ini menunjukkan bahwa pengetahuan/pencerahan Budhha masih terbatas?
Dan satu lagi, Buddha mengatakan bahwa "jika pencipta itu ada, ia pasti pencipta yang jahat". Jika bro resapi kalimat ini (atau kalimat yang maknanya persis seperti ini), maka -- di dalam ketidaktahuannya -- ada kecendrungan bahwa Buddha percaya adanya Pencipta, namun ia menyayangkan bahwa pencipta ini ternyata jahat.
Kecuali jika Buddha berkata "jika pencipta ada, mengapa ada kejahatan?", mungkin dari kalimat ini -- di dalam ketidaktahuannya -- ada kecendrungan bahwa Buddha menolak adanya pencipta.
Kalau bikin premis seenak udel, saya juga bisa berargumen tuhan anda itu tidak maha tahu karena tidak cerita dunia bermula dari Chronus dan Ananke.
Saya ingatkan lagi, saya tidak diskusi model anak SD memaksakan 'jagoannya'.
Seperti saya katakan, saya ngikut arus saja dulu.
Yang kita bahas adalah: apakah Pencipta itu ada atau tidak. Kalau mengenai dia ternyata tidak maha tahu, itu masalah lain.
Simple. Jika memang pencipta itu jahat dan menciptakan penderitaan, maka Buddha telah melampauinya dengan menemukan padamnya penderitaan.
Mengenai itu ada anti-argumentasinya, tetapi saya ikut arus saja dulu.
Mengenai Buddha melampauinya atau tidak, itu masalah lain. Sekali lagi yang dibahas: Apakah Pencipta itu ada atau tidak.
Nah, perumpamaan yang sungguh bagus.
Jika saya pembuat radio yang mahatahu, maka saya akan mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan merusak radio. Kemudian jika saya adalah pembuat radio yang mahadaya, maka saya akan membuat radio yang akan bertahan dari faktor luar tersebut.
Jika ternyata masih rusak juga, maka tentu saya akan mengakui ketidak-mahatahuan dan ketidak-mahadayaan saya, bukan dengan dongkol pada kerusakan radio, menciptakan tungku peleburan.
Mengenai "ketidak-mahatahuan dan ketidak-mahadayaan", itu masalah lain. Tetapi apakah karena ada kerusakan radio, itu berarti tidak ada yang menciptakan radio? Atau penciptanya perusak?
Itu lho pembahasannya.
Seperti sudah saya bilang, awal mula kehidupan belum dibuktikan, semua masih hipotesis dan dugaan. Yang sudah dibuktikan adalah evolusi itu sendiri. Evolusi belum menyebutkan 'awal' ataupun 'akhir' dari kehidupan, tapi menjelaskan proses adaptasi makhluk terhadap lingkungan yang menyebabkan diversifikasi, dsb.
Itu mungkin pendapat Richard Dawkins, tapi itu bukan berarti diterima oleh sains.
"Evolusi belum menyebut 'awal' dari kehidupan"? Kelihatannya bro (maaf) perlu belajar lagi tentang Evolusi. Evolusi itu bukan hanya masalah leher jerapah berubah dari pendek menjadi panjang. Berbicara masalah Evolusi adalah berbicara tentang "awal mula", sebagaimana berbicara tentang Penciptaan juga berbicara tentang "awal mula".
Ketika anda menggunakan argumen lukisan dan pelukisnya, anda sudah mengukuhkan alam ini (lukisan) diciptakan oleh (pelukis). Sedangkan kita belum sampai pada kesimpulan alam ini dilukis atau bukan.
Coba lagi.
Justru karena itu. Sebagaimana suatu lukisan yang indah tidak mungkin terbentuk karena tumpahan-tumpahan cat secara acak (sekalipun itu terjadi jutaan bahkan miliaran kali), terlebih lagi alam semesta ini.
Kan logikanya seperti itu. Makanya saya tanya, jadi bro percaya pohon sawit muncul karena peristiwa acak?