kalo boleh saya istilahkan orang yg tertarik mempelajari buddhism lebih dalam sebagai golongan elite, maka memang benar, bagi para elite tentu saja lebih baik belajar dengan istilah aslinya (pali) karena pengertian maknanya lebih akurat.
namun selain golongan elite ini, masih banyak orang2 pekerja sibuk, acek2 pemilik toko, encim2 tukang jagain bisnis, ibu rumah tangga dan orang2 biasa lainnya. mereka gak ada waktu dan jarang2 mau belajar buddhism dengan mendalam. sukur2 juga setor tampang sekali setahun ke vihara. mungkin lebih mudah kalo budaya buddhis menyatu dengan kehidupan sehari2 mereka, salah satunya ejaan bahasa indonesia...
saya pikir keberhasilan agama kr****n mengkonvert dan menyusup ke lapisan2 masyarakat, salah satunya disebabkan karena kefleksibelan mereka menyusun ajaran yg sederhana, mudah diingat, mudah dipahami intinya kepada golongan non-elite. golongan elitnya bisa belajar theologi yg mendalam sendiri di sekolah2 theologi.