Reenzia ;
contohnya saja saat ini, ada yg berpendapat euthanasia yg dilakukan ketika
ibu yg akan melahirkan nyawanya terancam oleh bayi yg dikandungnya sendiri
ada bbrp pendapat bahwa menyelamatkan sang ibu lebih penting
karena sang ibu telah mempunyai banyak hubungan sosial dengan org lain
sehingga dengan meninggalnya ibu dapat berpengaruh besar pada org2 yg telah mengenalnya
ada pula yg berpendapat bahwa menyelamatkan si anak lebih penting
karena permintaan dari sang ibu atau sang ayah, ada juga yg berpendapat
bahwa si anak tak pantas mati karena tak berdosa, ia berhak untuk hidup
dan si anak harusnya diberikan hak untuk menjalani hidupnya
semua itu hanyalah pendapat dan argumentasi semata
argumentasi berdasarkan tingkat intelegensi dan sudut pandang masing-masing org
sedangkan dalam buddhist, cara pandang dan argumentasi tersebut memang semua bisa benartapi benar didalamnya adalah benar secara konvensional,
bukanlah kebenaran mutlak
buat mengenali mana yg jahat atau tidak itu juga dilihat dari sudut subjektif masing-masing pribadi
negara a dan negara b berperang karena ada alasan masing-masing
bagi negara masing-masing mrk mempunyai nilai kebenaran yg belum tentu sama
masing-masing melihat dari sudut subjektif masing-masing
saia pun yakin mrk juga yakin atas kebenaran mereka sendiri
keyakinan dan kebenaran mereka sendiri yang ternyata adalah bertentangan
dan akhirnya berakibat perang diantara mereka
Reenzia, perhatikan kalimat yang saya bold warna biru dan merah, di posting saya yang lalu sudah saya toleransi hal tentang berbedanya budaya, tapi posting saya lebih mau menampilkan Kebenaran Universal yang hadir di sanubarinya manusia,
saya senang membaca tulisan teman saya dan meminjam nya untuk contoh di bawah ini ;
Boyke ditangkap polisi karena pelecehan seksual terhadap seorang wanita. Boyke kemudian membela diri dengan mengatakan, kira-kira, "salah sendiri kenapa si wanita itu berpakaian minim dan provokatif." Tampaknya si wanita memang berpakaian seronok dan ini mendorong Boyke untuk melakukan pelecehan seksual.
Fast forward ke final Piala Dunia 2006 Germany, French Vs Italia. Marco Materazzi memprovokasi Zinedine Zidane. Materazzi mengata-ngatai Zidane sebagai teroris dan saudara perempuan Zidane adalah pelacur. Zidane kemudian menanduk Materazzi. Kartu merah dihadiahkan kepada Zidane. Beberapa hari setelah final, yang dimenangkan Italia lewat penalti, Materazzi dihukum oleh FIFA (lupa sanksinya).
Fast forward lagi ke peristiwa di Indonesia. Para korban lumpur Lapindo sangat frustrasi karena tidak ada kejelasan nasib mereka dan tidak ada kepedulian lebih. Mereka kemudian memblokade jalan-jalan utama sehingga memacetkan jalan. Upaya ini sedikit membuahkan hasil karena kemudian pihak yang terlibat dalam bencana ini mencjadi lebih serius dan terfokus.
"
Two wrongs don't make a right." Satu kesalahan tidak bisa ditambah kesalahan lainnya untuk kemudian menjadikan satu kebenaran. Sebuah frase yang cukup terkenal di dunia Barat yang mewarisi sedikit banyak nilai-nilai Kebenaran
Semangat dari prinsip ini mengajarkan bahwa meskipun kita dijahati, kita tidak bisa membalas dengan kejahatan. Karena dengan melakukan kejahatan sebagai balasan atas tindakan kejahatan yang dilakukan pada kita, maka itu sama saja membenarkan adanya kejahatan. Jadi kalau kita sudah membalas yang jahat dengan yang jahat, what makes us any different dengan orang yang telah menjahati kita? Sekalipun pembalasan kita yang jahat tersebut sama nilainya atau lebih kecil nilainya dari kejahatan yang dilakukan terhadap kita namun tetap saja kita telah memberi pembenaran terhadap yang jahat, yang relatif hanyalah "nilai"-nya.
Pada akhirnya kita tidak berusaha untuk menjauhi yang jahat sama sekali, tapi melakukan kompromi dengan prinsip "minus malum" ("jahat minimal") yang super sesat itu.
Jadi, si wanita mungkin berpakaian tidak sopan, Materazzi tentunya kurang ajar dan melanggar sportivitas karena lancang menghina orang yang dicintai Zidane, Lapindo bisa jadi punya kehendak buruk dan ingin lempar tanggung jawab, NAMUN SEMUA ITU TIDAK MEMBENARKAN PERBUATAN JAHAT APAPUN SEBAGAI BALASAN ATASNYA.
Sekalipun si wanita telanjang itu tidak membenarkan si Imam untuk melakukan pelecehan seksual. Sekalipun Materazzi menghina ayah, ibu dan semua leluhur Zidane, hal itu tidak membuat tindakan penandukannya dibenarkan. Sekalipun korban Lapindo tidak pernah dibayar sama sekali itu tidak bisa dijadikan pembenaran untuk menyusahkan orang banyak dengan memblokade sarana publik.
Baik si wanita, imam, Materazzi, Zidane, Lapindo, korban Lumpur semuanya telah bersalah karena melakukan kesalahan.
one
wrong + one
wrong =//= one right
one
wrong + one
wrong =
two wrongs