//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: "YANG LAIN"  (Read 57328 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #135 on: 04 January 2009, 01:25:27 AM »
 Realitas Mutlak sebagai Subyek ;

Realitas Mutlak sebagai yang tidak ditentukan menuntut dari dirinya sendiri untuk diwujudkan. Ini hanya mungkin melalui perwujudan batiniah yang gradual dari Subyek. Dengan itu Krisna tiba pada fase kedua filsafatnya, yang didalamnya ia mendefenisikan Realitas Mutlak sebagai Subyek . Arti ini diambil Krisna dari rumusan Uphanishad, yaitu "Tat tvam asi" (Engkau adalah itu atau Itulah Engkau).
Didalam buku Krisna, The Secret of Freedom. ia sendiri menjelaskan antitesis antara Subyek dan Obyek, antitesis yang mengantar dia kepada pemahaman bahwa Realitas Mutlak selalu merupakan Subyek dan bahwa Obyek hanyalah semu. Antitesis ini yang muncul secara gradual dalam proses berpikir manusia merupakan kategori fundamental. Misalnya, ia menjelaskan antitesis itu sebagai berikut ; 'Obyek adalah apa saja yang diartikan....Subyek adalah apa yang tidak diartikan". Obyek dikenal sebagai sesuatu yang terpisah dari Subyek, sementara Subyek dikenal dalam dirinya sendiri. Obyek terjadi hanya melalui alienasi diri dari subyek dan mempunyai arti hanya dalam hubungan dengan Subyek. Antitesis semacam itu diolah Krisna secara rinci dalam konsepnya tentang psikologi trasenental dan penerangan psikologi ini pada jenjang-jenjang (Stadium) subyektivitas.

Psikologi Transendental berupaya secara umum untuk mengenal hal pengetahuan (knowing) melalui pengolahan spiritual akan sikap subyektif. Psikologi ini menganalisis bukan hanya proses kesadaran subyek dalam upaya pembebasan diri dari subyek untuk memeroleh kebebasan subyek, tetapi juga modus kebebasan yang sama sekali tidak menunjuk pada Obyek. Psikologi trasendental berpusat pada hubungan antara Subyek dan Obyek, tetapi pada waktu yang sama pada subyek murni sebagai kebebasan.

Dalam hubungan dengan pengolahan spiritual sikap subyektif, Krisna mengemukakan tiga modus atau jenjang umum subyektivitas yang di dalamnya berlangsung proses pembebasan subyek dari obyek. Tiga stadium itu ialah ; Subyektivitas Jasmani, Subyektivitas Psikis, Subyektivitas Spiritual.

Subyektivitas Jasmani adalah "aku" dilengkapi dengan "tubuhku" sebagai bagian dari Fisik. Pembebasan subyek dari belenggu tubuh adalah satium pertama subyektivitas menuju stadium kedua, yaitu subyektivitas Psikis. Subyektivitas Psikis mempunyai kegiatannya sendiri dan terarah kepada Obyek dengan bantuan imajinasi, ide, dan pemikiran. Dalam jenjang ini proses pembebasannya berjalan melalui kegiatan subyek untuk membebaskan pikiran dari obyek pemikiran yang tak dikenal. Untuk itu stadium ketiga, yaitu subyektivitas spiritual menjadi penting.

Subyektivitas spiritual bermula dari 'rasa" . Rasa bersifat subyektif tanpa merujuk kepada satu obyek tertentu. Karena itu, rasa adalah kebebasan yang tidak bergantung kepada kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipikirkan. Subyek mersa bebas dari segala obyek yang dipikirkan dalam sikap subyektifnya ketika intropeksi berhasil dihayati. Intropeksi merupakan stadium subyektivitas murni dan absolut yang di dalam nya hanya terdapat kebebasan subyekyang bersifat murni semata-mata.

Pengolahan spiritual terhadap sikap subyektif merupakan satu usaha untuk perwujudan diri yang memuncak pada pencapaian kebebasan absolut. Pada setiap jenjang di atas subyektivitas menuntut pembebasan dari obyek-obyek semu menuju kepada jenjang terakhir ketika sikap subyektif menjadi "satu tuntutan spiritual yang sadar untuk intuisi subyek selaku kebebasan absolut, yaitu subyek yang secara absolut tidak bersifat obyektif . Pada puncak dari perwujudan diri tinggal realitas mutlak sebagai Subyek Murni.


Realitas Mutlak sebagai Alternatif ; (Terakhir...)   ^:)^  _/\_

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #136 on: 04 January 2009, 01:26:11 PM »
Posting Hendarko ;

Tulisan di awal thread nuansa Levinasnya kental sekali.

Descartes , "cogito, ergo sum.", "Aku berpikir, jadi/maka aku ada."
Levinas , "Respondeo, ergo sum.", "Aku bertanggung jawab, jadi/maka aku ada."


Komentar singkat,
Kedua pemikiran di atas bersumber pada "AKU", Levinas setali tiga uang dengan R. Descartes, malah justru lebih menguatkan keber-ada-an "AKU" dengan konsepnya tentang "YANG LAIN".

Hal ini bertolak belakang dengan ajaran Buddha Gotama, terutama Anatta, tiada AKU/Diri.
(Silakan membaca buku terbaru terbitan DC, tulisan YM. Mahasi Sayadaw, softcopy dapat didownload di situs Dhammacitta ini)

Apabila tiada "AKU" , apalagi dengan "YANG LAIN".
"Yang Lain" timbul/di-ada-kan, karena memegang konsep "AKU" ada.


Xuvie posting ;

Makanya berkebalikan dr tesis 'cogito ergo sum', saat 'aku' ini tidak berpikir.. ya tidak ada 'aku'.. buddhism banget tuh heheh

Setuju, pertama dgn adanya konsep 'aku' ya kemudian muncul konsep 'yang lain' dalam upaya menjawab misteri yg ada..
yg bermain itu kan 'aku'



Tergelitik saya  :outoftopic: untuk menanggapi postingan konsep "aku" diatas, sebelum melanjuti Perjalan mencari Tuhan ke India yang tertinggal satu serie ; Realtas Mutlak sebagai Alternatif.
Latihan kebijaksanaan berpusat pada pengembangan kebijaksanaan (vipassana-bhavana), yaitu cara pandang yang mendalam dan menyeluruh terhadap sifat keberadaan hidup. Cara pandang tersebut memungkinkan pemahaman kebenaran dari keberadaan hidup kita dalam ruang lingkup yang dapat lansung kita capai, yaitu dalam pengalaman kita sendiri. Pada umumnya kita tenggelam dalam pengalaman kita sehari-hari. Kita juga mengidentifikasikan diri kita dengan pengalaman itu dengan begitu menyeluruhnya sampai-sampai kita tidak lagi memahaminya. Kita menjalani pengalaman itu namun tidak memahami sifatnya. Karena ketidakmampuan kita melihat inilah maka pengalaman itu akhirnya tidak kita pahami.

Pengalaman kita dipenuhi oleh kebodohan batin berupa anggapan tentang ; ketidakberubahan, kepuasan, dan tentang Inti diri. Di antara penyimpangan pemahaman tersebut, yang terpatri paling dalam dan yang paling sulit dilenyapkan adalah kebodohan batin berupa anggapan mengenai adanya inti diri. Gagasan ini menyatakan bahwa dalam Inti keberadaan hidup kita terdapat suatu "aku" yang benar-benar ada dan yang kita anggap merupakan diri kita sendiri. Buddha mengajarkan bahwa gagasan mengenai inti diri adalah Hal yang Salah, yaitu sekedar pengandaian yang tidak merujuk pada sesuatu yang benar-benar ada. Namun, walaupun memang berupa pengandaian belaka, gagasan mengenai inti diri tersebut tidaklah berakibat ringan. Sebaliknya gagasan tersebut membawa akibat yang bisa sangat fatal. Karena kita menjadi kan pandangan tentang diri tersebut sebagai titik pandang yang kita pakai untuk memandang dunia ini, maka pikiran kita membagi segala sesuatu menjadi dualitas "aku" dan "bukan aku", apa yang merupakan "Miliku" dan yang "bukan Miliku". Karena terperangkap dalam kedua kutub pandang ini, kita lalu akan menjadi korban kotoran batin yang berasal dari ke dua kutub pandang ini. Kita juga akan terdorong untuk MEMILKI dan MENGHANCURKAN  _/\_ , dan pada akhirnya kita akan menjalani penderitaan yang pasti akan tiba. ^:)^

Untuk membebaskan diri kita dari semua kotoran batin dan penderitaan, pandangan salah mengenai "inti diri" yang menopang kotoran batin dan pendertaan tersebut harus dilenyapkan dan dihancurkan dengan pemahaman mengenai tiadanta "Inti diri". Inilah yang sebenarnya yang harus dilakukan dalam PENGEMBANGAN KEBIJAKSANAAN. (KUTIPAN DARI BHIKKHU BODHI)

Semoga bisa meditasikan tentang "aku" yang di maksud Sang Buddha. ;D

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #137 on: 04 January 2009, 02:30:45 PM »
Realitas Mutlak sebagai Alternatif ;

Realitas Mutlak menurut Krisna dapat dimengerti sebagai satu yang bersifat Alternatif dalam Lingkup Pemahaman tentang kesadaran dan hubungan antara isi kesadaran dan kesadaran sendiri. Ada tiga bentuk kesadaran, yaitu ; Mengetahui (knowing), Menghendaki (Willing). Merasa (feeling). Di dalam setiap bentuk kesadaran, hubungan antara isi kesadaran dan kesadaran dijalin secara berbeda. Karena itu, ketiga bentuk kesadaran itu mengungkapkan isi kesadaran itu dalam rumusan mereka secara berbeda pula.

Pada soal "Mengetahui"(knowing), isi kesadarannya dirumuskan sebagai kebenaran, dalam arti bahwa Realitas Mutlak adalah Kebenaran. Pada soal 'Menghendaki" (Willing), isi kesadaran dirumuskan sebagai kebebasan, dalam arti bahwa Realitas Mutlak adalah Kebebasan. Dan dalam soal "Merasa"(feeling), isi kesadaran dirumuskan sebagai Nilai, dalam arti Realitas Mutlak adalah Nilai.

Perumusan semacam itu tidak membawa arti bahwa ada tiga realitas mutlak. Hanya ada Realitas Mutlak di dalam hal 'Mengetahui", ada Realitas Mutlak di dalam hal "Menghendaki" dan ada Realitas Mutlak di dalam hal 'Merasa". Ketiga perumusan tentang Realitas Mutlak itu dimengerti bersama-sama, tetapi tidak dimengerti sebagai yang ada bersama-sama. Maksudnya, perumusan semacam itu mengungkapkan Realitas Mutlak yang tampil atau sebagai Kebenaran atau sebagai Kebebasan, atau sebagai Nilai. Inilah Sifat Alternatifnya Realitas Mutlak dalam perumusannya, dan sifat ini justru memberi ciri khas pada Filsafat Alternatif yang dikembangkan Krisna.

Filsafat Alternatif yang dikembangkan Krisna di mengerti sebagai satu jalan alternatif filsafat antara filsafat dogmatis dan filsafat integratif. Filsafat dogmatis menekankan bahwa hanya ada "satu" Realitas Mutlak dan hanya ada "satu" jalan menuju Realitas Mutlak, sementara filsafat integratif menegaskan bahwa ada banyak jalan menuju "satu realitas mutlak yang sana". Filsafat Alternatif Krisna menolak kedua pandangan itu dan menegaskan bahwa ada banyak jalan menuju banyak puncak yang manusia pilih. Puncak yang manusia capai tidak menunjuk pada satu realitas mutlak tertentu, tetapi realitas mutlak tampil pada puncak sebagai "Satu Alternatif" yang manusia pilih dan yang padanya manusia menjalankan komitmennya. Dalam Filsafat Altenatif tersedia satu sistem logis yang didasarkan pada pilihan terhadap satu alternatif diantara banyak alternatif yang lain.

Mengetahui, Menghendaki, Merasa, adalah kegiatan kesadaran yang memiliki prosesnya sendiri untuk menuntun manusia kepada Realitas Mutlak. Proses "Mengetahui" berjalan menuju puncak, yaitu menuju kebenaran mutlak. Proses ini ditempuh dalam empat tingkatan ; pemikiran empiris, yang mencakup obyek yang ditanggapi dan yang dibayangkan ; Pemikiran Kontemplatif atau obyek murni yang mencakup isi obyek yang tidak dapat ditanggapi ; Pemikiran Spiritual yang menolak sikap obyektif tetapi menerima obyek sebagai simbol ; Pemikiran Transendental yang berisikan Kebenaran Absolut.

Proses Menghendaki berjalan menuju puncak yaitu Kebebasan Mutlak. Proses ini ditempuh melalui "Yoga" yang tidak lain dari pada kegiatan subyek yang sadar akan diri untuk tidak mengetahui realitas mutlak, tetapi menjadi bebas di dalam dirinya (Samadhi).

Proses "Merasa" berjalan menuju Realitas Mutlak sebagai Nilai. Nilai adalah Rasa Mutlak. Rasa diarti kan Krisna sebagai "atau KEGEMBIRAAN ESTESIS atau sesuatu yang digembirakan secara 'estetis". Puncak dari proses "merasa" adalah pencapaian Rasa Estetis yang di-identikkan dengan isi estetis atau rasa mutlak. Perjalanan Rasa pun menempuh tingkatan, yaitu Rasa Primer yang adalah rasa sentuhan langsung dengan obyek ; Rasa Simpatik yang menyangkut rasaku dengan rasa dari pribadi lain ; Rasa Kontemplatif yang menyentuh pengalaman rasaku akibat hubungan antar dua pribadi yang lain ; Rasa Estetis yang adalah Pencapaian Rasa Mutlak.

Selesai sudah perjalanan sangat singkat ke India melalui pemikiran cendikiawan Filsafat India, entah di dalam merangkum ini apakah Krisna juga masuk kan Ajaran Dhamma kita atau tidak.?

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #138 on: 04 January 2009, 02:37:11 PM »
Upasaka Posting ; Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...

Sama sekali saya tidak ada kemampuan untuk "mengguncangkannya", lantas terpaksa saya memakai kata ;

U = ntung

S = aya

A = pa.

 ;D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: "YANG LAIN"
« Reply #139 on: 04 January 2009, 04:25:18 PM »
Upasaka Posting ; Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...

Sama sekali saya tidak ada kemampuan untuk "mengguncangkannya", lantas terpaksa saya memakai kata ;

U = ntung

S = aya

A = pa.

 ;D

Maksud saya, konseptional artikel Anda itu belum mampu memberikan satu cara pandang baru yang berbeda dari selama ini mengenai konsep anatta di Buddhisme...  :)

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #140 on: 04 January 2009, 06:03:16 PM »
Upasaka Posting ; Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...

Sama sekali saya tidak ada kemampuan untuk "mengguncangkannya", lantas terpaksa saya memakai kata ;

U = ntung

S = aya

A = pa.

 ;D

Maksud saya, konseptional artikel Anda itu belum mampu memberikan satu cara pandang baru yang berbeda dari selama ini mengenai konsep anatta di Buddhisme...  :)

Oh..,malah saya tidak berpikiran masuk ke koridor Anatta di Buddhisme...saya hanya mau berdiri diatas Kebenaran Universal dengan Ajaran Buddhisme, maka judulnya pun "Yang Lain",serta dari awal sengaja saya masukan ilmu Filsafat baik Barat mau pun akhirnya saya pilih Filsafat dari India demi go back to the basic nya kebudayaan Hindu nya Sang Buddha Gautama   :) , paling tidak bila berbicara nama Tuhan, saya tidak sendirian lagi khususnya di thread ini.

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: "YANG LAIN"
« Reply #141 on: 04 January 2009, 06:09:17 PM »
 [at] sis sukma

hemmm...maap untuk bbrp artikel terakhir ini saia kurang bs menangkap apa isinya....
soalnya panjang buanggeet...jd binun mo comment apaan...
yg dikasi artikel terus sih....ini artikelnya sis sukma yg tulis sndr ato cuma copas saja?
kalo copas, kenapa tak sekali-sekali anda mengutarakan pendapat sendiri saja?

yg pasti dari sudut rasional, saia tak menangkap apa yg bisa dijadikan alasan kuat
bahwa si Tuhan memang nyata adanya....

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #142 on: 04 January 2009, 06:33:11 PM »
Reenzia, siap ini posting ini ya saya masuk kedalam pertanyaan Ree.

Upasaka Posting ; Masih saja mendeskripsikan Tuhan sebagai personal...?? 

Boleh beri masukan ya.., banyak orang salah persepsi dengan Tuhan sebagai Personal atau Pribadi. Suatu cara di mana "Yang Lain" menampakkan Diri-NYA...tapi apa itu Diri, Personal atau Pribadi untuk Tuhan.? Jawaban atas pertanyaan ini cukup sulit di jelaskan lewat jalan pintas. Namun, pertama-tama mesti di pahami, Wajah,Personal atau Pribadi yang di maksudkan di sini bukan dalam pengertian "Fisis-Biologis", Personal/Pribadi atau Wajah di sini tidak di mengerti sebagai badan jasmani manusia.

Pada prinsipnya, Metafisika melampaui atau mendahului Ontologi. Makna Personal/Pribadi atau Wajah yang Metafisik mesti dilihat seturut pengertian Metafisika itu sendiri. Point "Metafisika" mengandung pengertian --ta meta ta physika--, yang berarti melampaui yang Fisis, yang berada di seberang hal-hal yang Fisis. Wajah / Personal yang Metafisik serempak menampakkan aspek transendensi di dalam dirinya, yaitu aspek yang mengandung Infinitas. Wajah dan Infinitas dibicarakan dalam satu kesatuan karena keduanya saling mengandaikan, Wajah/Personal menafifestasikan suatu Infinitas. Manifestasi seperti ini di namakan Epifani, dalam Epifani Wajah/Personal mewahyukan sesuatu yang hidup. Ada Kehadiran Yang Hidup.....

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #143 on: 04 January 2009, 06:57:36 PM »
[at] sis sukma

hemmm...maap untuk bbrp artikel terakhir ini saia kurang bs menangkap apa isinya....
soalnya panjang buanggeet...jd binun mo comment apaan...
yg dikasi artikel terus sih....ini artikelnya sis sukma yg tulis sndr ato cuma copas saja?
kalo copas, kenapa tak sekali-sekali anda mengutarakan pendapat sendiri saja?

yg pasti dari sudut rasional, saia tak menangkap apa yg bisa dijadikan alasan kuat
bahwa si Tuhan memang nyata adanya....

Baik, kita bicara yang Rasional aja yah ;

Setiap kebudayaan pada umumnya setuju bahwa yang BAIK harus dilakukan dan yang JAHAT harus dihindari. Mari kita bicara Norma Moral tertentu yang berlaku jauh sebelum Sang Buddha Gautama lahir.

Setiap orang di bumi ini, dan setiap kebudayaan dalam Sejarah, "Memuji Keberanian dan Mengecam Kepengecutan". Tidak ada ceritera-ceritera epik lama yang menghormati orang yang lari meninggalkan teman-temannya dalam pertempuran. Sikap uiversilitas seperti ini meluas pada berbagai norma dalam bidang-bidang lain kehidupan juga. Suatu contoh ; walaupun suku-suku berbeda dalam hal-hal khusus mengenai moralitas seksual, tidak ada suatu masyarakat yang tidak menerapkan aturan tertentu mengenai seksualitas manusia. Rasa Pengertian Moral ini sebutlah ; "hati nurani" memerlukan Standard di mana orang menimbang permasalahan keadilan.

Moral bukanlah semata-mata suatu masalah preferensi pribadi. Sedikit sekali orang yang dapat menerima pembunuhan berantai atau perkosaan sebagai suatu gaya hidup alternatif. Namun, setiap kecaman atas tindakan-tindakan ini memerlukan pengertian tentang suatu Standard Universal yang sudah pasti. Setiap pengakuan atas hak-hak asasi dan kewajiban manusia lintas budaya se-bumi mengandaikan pengakuan atas hak dan kewajiban dasar yang dinyatakan oleh Penguasa Tertinggi. Dan Penguasa itu di sebut orang "Tuhan".

Reenzia, bagaimana orang sedunia bisa sepakat dengan nilai moral diatas.?

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: "YANG LAIN"
« Reply #144 on: 04 January 2009, 07:18:55 PM »
 [at] sis sukma

nah..kebenaran yg anda sebutkan diatas, seperti moral, norma, kebudayaan, tradisi, trend, adat istiadat, dan itu semua kan adalah kebenaran konvensional yang terbentuk dari hubungan sosial manusia, bukannya kebenaran hakiki

kebenaran konvensional tsb tidak mutlak
tiap jaman, daerah, kebiasaan, lingkungan, budaya membentuk kebenaran konvensional
yang berbeda sesuai dengan tingkat intelegensi, dan kebiasaan dilingkup masyarakat itu sendiri

special thankz untuk xuvie atas refrensi vocab saia :))
« Last Edit: 04 January 2009, 07:23:57 PM by Reenzia »

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #145 on: 04 January 2009, 07:31:55 PM »
Nah, sekarang ini banyak orang menyatakan bahwa ada perilaku-perilaku tertentu yang sudah biasa terjadi dimana- mana dan terutama dikalangan masyarakat Barat. Misalnya banyak orang mendustai pasangan hidupnya, memalsukan angka laporan pajak, dan bahkan merencanakan pemusnahan bayi mereka yang masih dalam kandungan.

Apakah mereka ini sungguh tahu bahwa mereka melakukan hal yang SALAH.? Jawabannya aku yakin ; YA.!

Mereka tahu pada kadar tertentu, melakukan hal-hal yang SALAH. Aku kenal beberapa orang yang berbohong, bahkan biasa berbohong ; namun, pembohong yang paling hebat sekalipun tidak mau dibohongi oleh orang lain. Banyak orang berselingkuh ; tetapi orang yang paling sering selingkuh pun tidak mau di balas dengan di khianati. Para penipu pajak tidak ingi di dustai orang lain. Dan tidak seorang pelaku aborsi pun yang menginginkan peralatan yang di gunakan untuk aborsi itu memotong anggota badan atau bagian tubuhnya yang Vital. Maka mereka yang bertindak melawan kaidah moral yang paling dasar pun tetap berpegang pada kaidah-kaidah itu terhadap hal-hal yang melawan dirinya, dan berdasarkan rasa keadilan yang paling dalam. Mereka mungkin bertindak tidak adil, tetapi mereka itu tetap mengharapkan orang lain berlaku adil pada mereka.

Bukanlah suatu kebetulan bahwa pembunuhan, pencurian, dusta, dan perzinahan ada diantara dosa-dosa yang terlarang di dalam Sepuluh Perintah Allah, yaitu Hukum Dasar yang diberikan Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Namun tidak ada warna yang khas dalam Hukum-Hukum ini, bukan warna yang khas "Yahudi" dan juga bukan khas "Christiani". Hukum-Hukum itu berlaku Umum, Universal.

Ada orang yang meragukan adanya kemungkinan Norma-Norma yang berlaku Universal. Namun, pernyataan-pernyataan dasar mereka, seperti alasan yang melawan logika bersifat kontradiktif (melawan diri sendiri) 

Yang saya mau bahas pada kalimat yang di bold biru ini, dari mana bisa terjadi kesepakatan tanpa diatur di seluruh bumi dalam hati nurani si manusia.? apakah karena hukum sebab-akibat.? atau adakah kekuatan "Yang Lain"? 

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #146 on: 04 January 2009, 07:53:28 PM »
[at] sis sukma

nah..kebenaran yg anda sebutkan diatas, seperti moral, norma, kebudayaan, tradisi, trend, adat istiadat, dan itu semua kan adalah kebenaran konvensional yang terbentuk dari hubungan sosial manusia, bukannya kebenaran hakiki

kebenaran konvensional tsb tidak mutlak
tiap jaman, daerah, kebiasaan, lingkungan, budaya membentuk kebenaran konvensional
yang berbeda sesuai dengan tingkat intelegensi, dan kebiasaan dilingkup masyarakat itu sendiri

special thankz untuk xuvie atas refrensi vocab saia :))

Contoh ;

Ketika orang mengunjungi kamp pembantaian di Auswitch, orang-orang tidak tersenyum dan berkata ; "Para Algojo Auswitch itu mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan ku. Dunia ini memang sangat kejam!". Tidak.! mereka berkata "Itu jahat sekali". Seseorang tak perlu mengadakan telaah untung-rugi untuk mengecam pembunuhan dan tindakan sadis yang bersifat massal itu. Darah para korban sepertinya berseru-seru meminta keadilan dari tempat-tempat itu.

Orang biasanya akan segera mengenali mana yang JAHAT, walaupun mereka lamban mengakui Kebaikan. Orang bisa saja melihat suatu tindakan yang tampaknya bersifat kepahlawanan dan membayangkan adanya motif yang mementingkan diri sendiri atau sebaliknya -hasrat untuk menjadi terkenal, keinginan untuk mendapat pujian, tetapi sedikit sekali orang yang lamban mengecam sesuatu yang Jahat, tapi sangat cepat Claim Tuhan itu tidak ada, mana keadilan, etc   ^:)^

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: "YANG LAIN"
« Reply #147 on: 04 January 2009, 08:39:24 PM »
Quote
Nah, sekarang ini banyak orang menyatakan bahwa ada perilaku-perilaku tertentu yang sudah biasa terjadi dimana- mana dan terutama dikalangan masyarakat Barat. Misalnya banyak orang mendustai pasangan hidupnya, memalsukan angka laporan pajak, dan bahkan merencanakan pemusnahan bayi mereka yang masih dalam kandungan.

Apakah mereka ini sungguh tahu bahwa mereka melakukan hal yang SALAH.? Jawabannya aku yakin ; YA.!

salah ato tidak nya itu kan tergantung trend, hukum dan adat istiadat setempat
di jaman yg lain, trend memusnahkan bayi mrk tidak selalu adalah hal yg salah

selingkuh dan diselingkuhi pun juga merupakan trend, cara pikir anda seperti ini
dimana anda menilai suatu hal baik ato tidak itu terpengaruh oleh kebiasaan saat ini

contohnya saja saat ini, ada yg berpendapat euthanasia yg dilakukan ketika
ibu yg akan melahirkan nyawanya terancam oleh bayi yg dikandungnya sendiri
ada bbrp pendapat bahwa menyelamatkan sang ibu lebih penting
karena sang ibu telah mempunyai banyak hubungan sosial dengan org lain
sehingga dengan meninggalnya ibu dapat berpengaruh besar pada org2 yg telah mengenalnya

ada pula yg berpendapat bahwa menyelamatkan si anak lebih penting
karena permintaan dari sang ibu atau sang ayah, ada juga yg berpendapat
bahwa si anak tak pantas mati karena tak berdosa, ia berhak untuk hidup
dan si anak harusnya diberikan hak untuk menjalani hidupnya

semua itu hanyalah pendapat dan argumentasi semata
argumentasi berdasarkan tingkat intelegensi dan sudut pandang masing-masing org

sedangkan dalam buddhist, cara pandang dan argumentasi tersebut memang semua bisa benar
tapi benar didalamnya adalah benar secara konvensional, bukanlah kebenaran mutlak

buat mengenali mana yg jahat atau tidak itu juga dilihat dari sudut subjektif masing-masing pribadi

negara a dan negara b berperang karena ada alasan masing-masing
bagi negara masing-masing mrk mempunyai nilai kebenaran yg belum tentu sama
masing-masing melihat dari sudut subjektif masing-masing

saia pun yakin mrk juga yakin atas kebenaran mereka sendiri
keyakinan dan kebenaran mereka sendiri yang ternyata adalah bertentangan
dan akhirnya berakibat perang diantara mereka

mengenai mengclaim Tuhan ada atau tidak, terlepas dari apa yg telah tertulis
di kitab atau tipitaka maupun dimanapun
bagi saia sendiri itu tidak penting, saia sendiri tak mengatakan Tuhan itu benar ada atau tidak
karena memang tak dapat dibuktikan sendiri oleh saia

tapi hingga saat ini, saia sendiri tak menemukan tanda maupun bukti apapun mengenai kehadiran-Nya
bagi saia memikirkan mengenai-Nya sama saja memikirkan sesuatu yg belum jelas kebenarannya
so buat apa dipermasalahkan? bukankah itu adalah tindakan yg useless?

pernyataan terakhir saia mengenai Tuhan, lagi-lagi terlepas dari apa yg tertulis,
adalah saia belum mengakui adanya Tuhan, tapi juga belum mengakui tidak adanya Tuhan
tapi 99% saia meragukan benar adanya mahluk itu sih, soalnya dari banyak nya refrensi,
pengakuan, bukti-bukti ternyata 100% mematahkan pemikiran rasional
makin banyak mengecewakan tentang keberadaan-Nya
maka makin besar keraguan saia...

apalagi ditambah dengan banyaknya orang yg mengakui kebenaran tentang si Dia
tapi argumentasi, pengakuan dan pernyataan tersebut malah dengan sangat mudah
dipatahkan oleh pemikiran rasional, maka si Dia makin diragukan adanya




« Last Edit: 04 January 2009, 08:42:32 PM by Reenzia »

Offline 7 Tails

  • Sebelumnya RAIN
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 864
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: "YANG LAIN"
« Reply #148 on: 04 January 2009, 08:44:14 PM »
Ketika orang mengunjungi kamp pembantaian di Auswitch, orang-orang tidak tersenyum dan berkata ; "Para Algojo Auswitch itu mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan ku. Dunia ini memang sangat kejam!". Tidak.! mereka berkata "Itu jahat sekali". Seseorang tak perlu mengadakan telaah untung-rugi untuk mengecam pembunuhan dan tindakan sadis yang bersifat massal itu. Darah para korban sepertinya berseru-seru meminta keadilan dari tempat-tempat itu.

yakin ama contohnya?
korban keganasan

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: "YANG LAIN"
« Reply #149 on: 04 January 2009, 09:03:46 PM »
Quote
14/11/08 16:22
Gereja: Tidak Ada Komuni Bagi Pendukung Obama


Columbia, Carolina Selatan (ANTARA News) - Seorang pendeta Gereja ka****k Roma di Carolina Selatan berkhotbah pada jemaatnya bahwa mereka tidak boleh menerima Komuni Suci jika mereka memilih Barack Obama karena Presiden terpilih dari Partai Demokrat itu mendukung aborsi dan menyebut ka****k pendukung Obama telah bekerjasama dengan iblis.

Pendeta Jay Scott Newman mengatakan dalam satu surat yang ditujukannya Minggu kepada para jemaat Gereja ka****k St. Mary, Greenville, bahwa mereka telah menaruh jiwanya dalam bahaya besar jika menghadiri Komuni Suci tanpa melakukan dulu "pengakuan dosa" karena telah memilih Obama.

"Bangsa kita telah memilih politisi pendukung aborsi paling radikal selama karirnya di Senat dan kampanye presidensialnya, sebagai pemimpin negara ini," tulis Jay yang menyebut nama Obama secara penuh, termasuk nama tengah presiden AS baru itu, Hussein.

Memilih politisi proaborsi saat ada alternatif prokehidupan yang lebih terpercaya, sama artinya bekerjasama dengan iblis, dan jemaat ka****k yang mendukung politisi itu telah menempatkan dirinya berada di luar Komuni penuh Gereja ka****k dan akan menghadapi hukum Tuhan, tegasnya.

"Orang yang berada dalam kondisi seperti itu tidak boleh menerima Komuni Suci sampai dia berekonsiliasi dengan Tuhan di bawah Sakramen Pengakuan Dosa. Jangan sampai mereka memakan dan meminum kutukannya sendiri," kata Pendeta Jay.

Sepanjang kampanye Pemilu 2008 ini, uskup-uskup bersuara jauh lebih nyaring mengenai aborsi dibanding empat tahun sebelumnya.

Mereka mendesak para politisi dan pemilih ka****k menempatkan isu aborsi sebagai bahan pertimbangan terpenting dalam merumuskan kebijakan dan menentukan kandidat mana yang boleh dipilih.

Sejumlah kecil pemuka gereja bahkan menyebut para jemaat telah merusak jiwa suci mereka jika memilih kandidat yang mendukung aborsi.

Namun, para uskup berbeda pendapat dalam soal apakah para pengambil kebijakan dan pemilih ka****k dilarang menerima Komuni jika mereka tidak mengikuti ajaran gereja mengenai aborsi.

Sebenarnya, masing-masing uskup mempunyai kebijakannya sendiri-sendiri, tergantung paroki atau lingkup keuskupannya.

Dalam pertemuan tahunan lalu, para uskup Gereja ka****k AS dengan sangat jelas menentang kebijakan Obama yang mendukung hak-hak warga negara untuk melakukan aborsi.

Tetapi, berdasarkan jajak pendapat nasional, 54 persen orang ka****k justru memilih Obama yang adalah seorang pemeluk Protestan.

Sementara di Keresidenan Greenville --secara tradisional dikenal salah satu diantara wilayah-wilayah paling konservatif-- 61 persen pemilih memberikan suaranya kepada kandidat Republik, sedangkan Obama hanya mendapat 37 persen.

"Larangan mengikuti Komuni bukanlah upaya partisan. Kalaupun kandidat Republik yang proaborsi dan kandidat Demokrat yang justru prokehidupan, apapun yang telah saya tuliskan tak akan berubah," tandas Jay.

Pada Pemilu 2004, kalangan ka****k konservatif mengkritik kandidat Demokrat John Kerry karena mendukung aborsi, dan tidak sedikit yang mengingatkan John untuk tidak menerima Komuni Suci karena pandangannya berseberangan dengan ajara gerejani.

Namun, Biarawati Mary Ann Walsh, juru bicara untuk Konferensi Uskup ka****k AS justru mengatakan dia tidak mendengar gereja-gereja lain akan mengambil posisi anti kemenangan Obama seperti ditunjukkan Pendeta Jay.

Bahkan, sebuah kelompok ka****k Demokrat yang berpusat di Boston menyebut larangan menerima Komuni Suci itu terlalu ekstrem.

"Romo Newman keterlaluan. Dia bertindak di atas kewenangan parokinya dengan mengatakan apa yang dikerjakannya benar. Sayang, dia telah mengorbankan kepentingan para jemaat yang telah memilih Senator Obama dan Biden. Akan ada risiko spiritual akibat perkataannya itu," komentar kelompok itu.

Sebaliknya, seorang pria yang selama 18 tahun setia menjadi jemaat Gereja St. Mary menyambut pesan Newman dan memperkirakan larangan itu akan mengilhami diskusi lebih mendalam mengenai aborsi di gerejanya.

"Saya tak bisa memahami seseorang yang mengaku kr****n, khususnya ka****k, lalu memilih kandidat yang pro aborsi. Kalian sedang membicarakan pembunuhan anak tidak berdosa," kata Ted Kelly (64) yang dalam sisa hidupnya mengabdikan diri sebagai relawan untuk gereja St. Mary. (*)

http://www.antara.co.id/arc/2008/11/14/gereja-tidak-ada-komuni-bagi-pendukung-obama/

mana yg bener nih?
umat gereja ada disegala penjuru dunia loh
barack obama juga bukan org yg bisa dianggap enteng
bahkan belakangan dia jadi primadona bahkan di Indonesia  ^-^

 

anything