//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: 7 cara mengembangkan kebijaksanaan (panna)  (Read 8007 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
7 cara mengembangkan kebijaksanaan (panna)
« on: 06 May 2009, 12:51:17 PM »
7 cara mengembangkan kebijakasanaan

Dalam komentar Abhidhamma (Sammohavino-dani) menunjukkan 7 cara untuk mengembangkan kebijaksanaan pada bab Satipatthana.

1. Paripucchakata        : "Banyak bertanya mengenai gabungan, unsur2, lingkungan, indria, kekuatan batin, faktor2 penerangan sempurna,
                                  tahap2 Jalan (beruas 8), Jhana, Samatha dan vipasanna.

2. Vatthu-visada-kiriya  :  " Pemurnian dasar2(luar-dalam), yaitu dengan kesadaran penuh mengubah segala sesuatu di dalam dan di luar
                                    menjadi murni. Artinya rambut ,kuku,dan janggut tidak terlampau panjang, tubuh tidak dipenuhi keringat dan
                                    kotoran. Pakaian tidak rusak dan kotor. Tempat tinggal terjaga kebersihannya. Jika tubuh kita kotor luar dalam
                                    kebijaksanaan yg timbul akan seperti nyala api di dalam pelita yg kotor. Agar memiliki kebijaksanaan terang dan
                                    jernih, kita harus menjaga tubuh dan lingkungan tetap bersih.

3. Indriya-samatta-patipadana : " menjadikan indria sempurna, artinya mengubah indriya (saddha/keyakinan, viriya/energi,sati/kesadaran
                                              penuh,samadhi/konsentrasi, panna/kebijaksanaan) menjadi sangat seimbang.



Kelima sumber daya itu (panca bala) itu harus tetap seimbang dalam perkembangannya, sesuai dengan fungsi masing2: Saddha/keyakinan memungkinkan kita tetap teguh dalam bekerja, viriya memungkinkan kemampuan kita berkembang, memberikan dukungan dan semangat; kesadaran penuh/sati meneguhkan subjek meditasi; konsentrasi/samadhi menghindarkan kita dari kekacauan; sedangkan ,kebijaksanaan/panna membuka mata batin kita, untuk melihat dan mengerti. Kalau salah satu tidak seimbang ,yg lainnya akan kacau.

Jika keyakinan terlampau kuat, kita harus meninjau kembali hakikat objek yg diperhatikan , atau mengubah cara kita memperhatikan. Jika viriya terlampau kuat, kita harus mengembangkan ketenangan. Begitupun 3 sumber daya lainnya yg diatur sedemikian hingga kita tidak terlampau bersemangat pun tidak menjadi malas. Semangat yg berlebihan muncul dari keyakinan, energi/viriya, dan kebijaksanaan, sedangkan kemalasan cenderung merembes dari konsentrasi. Kesadaran penuh/sati akan melindungi kita dari kedua hambatan itu.

Dengan keyakinan dan kebijaksanaan yg seimbang, seseorang akan mencari dasar yg kuat sebelum mempercayai sesuatu. Melulu keyakinan yg kuat tanpa dibarengi kebijaksanaan, orang akan cenderung mempercayai sesuatu secara membuta. Ia akan mempercayai org yg tidak patut dipercaya. Ia akan keliru menganggap ajaran salah sebagai ajaran benar, dan keyakinannya menjadi sia-sia dan membuatnya kecewa. Sebaliknya kebijaksanaan yg kuat tanpa diiringi keyakinan akan mengarah pada kepicikan yg sukar disembuhkan, seperti menyembuhkan orang yg sakit karena obat. Ia cenderung menuju ke jalan yg salah.

Sebagai contoh , dalam hal berdana ada kehendak untuk memberi (cetana-dana) dan sesuatu yg diberikan (vatthu-dana). Pemberian itulah yg akan mendatangkan manfaat dimasa mendatang bagi si donatur. Seorang yg terlalu pintar mungkin berpendapat bahwa keinginan memberi saja sudah cukup. Pandangan ini jelas salah dan bisa menghantar ia ke alam yg lebih rendah. Hal seperti ini tidak akan terjadi bila keyakinan dan kebijaksanaan betul2 seimbang.

Konsentrasi dan energi yg seimbang akan menjaga kita dari kemalasan atau semangat yg berlebihan, dan akan menghantar ke pencerapan (apanna). Bila konsentrasi kuat dan energi lemah, kemalasan akan timbul. Ketenangan yg nampak sering dianggap sebagai konsentrasi yg baik padahal suatu ekspresi kemalasan. Bila energi kuat dan konsentrasi lemah, akan muncul semangat yg berlebihan. Ia akan terganggu, tergoda, atau terpecah perhatiannya; ia akan merasa tertekan, berpikir bahwa apa yg dilakukannya tidak sesuai untuknya dan lebih baik mencoba yg lain.

Keseimbangan antara konsentrasi di satu pihak dan keyakinan serta kebijaksanaan di lain pihak, juga akan menghantar pada pencerapan (appana samadhi). Konsentrasi yg dibarengi kebijaksanaan akan menghasilkan pengertian yg kuat, sedemikian hingga si meditator mampu menembus hakikat keberadaan pada saat ia memasuki pandangan terang (vipasanna).

Kesadaran penuh/sati harus tetap kuat dalam segala hal. Ia sangat diperlukan seperti garam yg menyedapkan setiap masakan atau perdana menteri yg mengabdi kepada raja.

Yang Ariya U Bode menyimpulkannya sebagai berikut :
Keyakinan berlebih menimbulkan fanatisme; Kebijaksanaan berlebih membikin keras kepala; Energi berlebih membuat batin kacau; Konsentrasi berlebih mendorong pengasingan diri; tetapi kesadaran penuh tidak berakibat jelek.


4. Duppanna-puggala-parivajjanam   : "Menghindari orang2 yg tidak memiliki kebijaksanaan dalam arti tidak bergaul dengan orang2 bodoh yg
                                                    tidak memiliki kebijaksanaan yg menembus hakikat segala sesuatu ".

5. Panna-vanta-puggala-sevana      : " Bergaul dengan orang yg memiliki kebijaksaan, yaitu bergaul dengan orang yg memiliki kebijaksanaan
                                                   mengenai timbul dan tenggelamnya pikiran.

Cara yg keempat dan kelima ini menggunakan contoh dari tingkat yg tertinggi (Ukattha). Jadi kita tidak usah mengambilnya mentah2, dan menghindari pergaulan dengan mereka yg belum mencapai tingktan tersebut. Org2 yg mengetahui cara benar berdana, yg tahu melaksanakan ajaran dan hal2 yg berhubungan dengan Dhamma- layak kita dekati. Begitu pula kita bergaul dengan mereka yg dapat menjawab pertanyaan2 kita, tanpa membedakan tingkat sosial mereka, seperti halnya seorang bhikkhu tidak membeda-bedakan saat ia berkeliling mengumpulkan dana.

Untuk mengembangkan kebijaksanaan, seseorang pertama-tama harus bertanya kepada orang bijak. Dengan cara itu ia memperoleh kebijkasanaan dari mendengar. Bila kemudia ia dibingungkan oleh beberapa masalah, ia harus merenung dan memikirkannya. Dengan cara itulah ia memperoleh kebijaksaan dari berpikir.

Dalam sebuah percakapan degn suku Kalama, Sang Buddha menyarankan pendekatan ini. Ketika itu suku Kalama mengadu kepada Beliau,

"Yang Mulia, para pertapa dan brahmana datang ke Kesaputta.... ketika mendengarkan uraian mereka , kami menjadi ragu2 dan tidak bisa menentukan mana yg benar dan mana yg salah ." 

Maka Sang Buddha menjawab, secara ringkas, sebagai berikut,  " Kalian harus menerima suatu pandangan, jika setelah merenungkannya, kalian tidak menemukan kesalahan di dalamnya ."

Ini menunjukkan kepada kita bahwa pada tahap awal kebijaksanaan diperoleh  dari mendengarkan uraian org lain. Kemudian kita harus merenungkannya, untuk menemukan ajaran yg benar.

Di dalam Maha-Dhammapala Jataka (n.447), dikisahkan Dhammapala menghadap ayahnandanya untuk mempelajari mengapa anggota keluarga mereka berumur panjang. Jawaban sang ayah adalah demikian : " Kita mendengar apa yg dilakukan oleh si dungu dan para bijaksana; Lalu kita melakukan apa yg tidak dilakukan si dungu; dan mengikuti teladan para bijaksana; Karena itulah tidak ada anggota keluarga kita ygg meninggal di usia muda."

Hal ini juga menunjukkan bahwa pertama-tama kita memperoleh kebijaksanaan dari mendengar, kemudian dari berpikir.

"Bergaul dengan para bijaksana" tidak melulu kita hidup dengan mereka, melainkan juga kita belajar dari mereka. Bergaul dengan si dungu bukan berarti kita lalu melekat pada mereka, melainkan untuk memperbaiki mereka - seperti yg dilakukan Sang Buddha saat mendatangi Uruvela-Kassapa. Bergaul dengan si dungu berarti menerima praktik dan kepercayaan mereka yg salah. Hanya jika memperoleh pengetahuan dari para bijaksana seseorang dapat dikatakan bergaul dengan mereka.

6. Gambhira-nanna-cariya-paccavekkhana. : " Merenungkan kualitas kebijaksanaan yg mendalam, yaitu yg berhubungan dengan subjek2 yg
                                                              mendalam seperti gabungan, unsur, dsb."

Seperti besar-kecilnya api tergantung dari ukuran benda yg terbakar, kebijaksanaan diukur dari apa yg diketahuinya. Dikatakan kecil,nyata, atu mendalam tergantung apakah yg diketahui itu kecil, nyata, atau mendalam.

Kebijakasanaan yang berasal dari pengetahuan tentang pokok2 Dhamma seperti gabungan, unsur, dsb. Itulah yg dimaksud kebijaksanaan yg mendalam. Kebijaksanaan demikan dapat berkembang terus hingga seluas dan sedalam Buddha-Dhamma. refleksi analitis terhadap Dhamma yg mendalam merupakan dasar pengembangan kebijaksanaan.

7.  Tadadhi-muttata : " mendekatkan diri ke kebebasan, artinya mendekatkan batin ke manfaat yg timbul dari faktor2 pencerahan dengan
                                cara menyelidiki Ajaran. Dalam hal ini harus dipahami bahwa perkembangan batin itu mencapai puncaknya saat timbul
                                nya  jalan Arahat.




Sumber : "Empat kesempurnaan" oleh Sayagyi U ba Khin hal 28. Penerbit Karaniya

 _/\_


Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

JJ Lee_

  • Guest
Re: 7 cara mengembangkan kebijaksanaan (panna)
« Reply #1 on: 06 May 2009, 01:50:22 PM »
 _/\_

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: 7 cara mengembangkan kebijaksanaan (panna)
« Reply #2 on: 12 May 2009, 03:02:47 PM »
ufs! hebat banget!

 

anything