apakah biku boleh menggunakan sarana2 untuk membabarkan dharma?
seperti bolehkah mengarang buku? membuat portal? mengakses internet? dll.
Jawaban semuanya akan sama. Tergantung tujuan si biku itu bukan?
Lagu - yang isinya dharma Buddha adalah sarana untuk menbabarkan dharma. (setidaknya itu yang saya yakini), jadi kenapa tidak boleh? Jadi balik lagi, ke motivasi masing2 biku yang melakukan.
jika semua kembali ke motivasi masing2 Bhikkhu, apalah lagi gunanya Vinaya...
Toh, semua Bhikkhu bebas melakukan apa saja, yg penting 'motivasi'nya..
Apakah dalam bayangan anda, menikmati lagu selalu diasosiasikan dengan bergoyang2?
Dan apa definisi bergoyang? mengangguk2kan kepala apakah termasuk bergoyang?
mengedipkan mata itu bergoyang gak? tersenyum apakah termasuk bergoyang?
itu hanya penjelasan sy untuk menggambarkan "jika saja Siddharta menikmati alunan musik tsb"...
Tidak perlu kita persoalkan goyang, kedipan mata atau bagaimananya...
Justru kalau kita terlalu kaku dengan kata per kata, sementara kita tahu, kata2 itu adalah penafsiran seseorang, yang dari satu bahasa ke bahasa lain bisa berbeda arti, maka disitulah kita terjebak dengan 'sematik' dan tidak lagi 'holistik'
Justru itu, org2 seringkali terjebak dalam pandangan terbalik ini.
~ Pelanggaran vinaya bisa saja terjadi, asal saja motivasi (pemahaman) nya benar
padahal yg benar adalah:
~ Jika saja
motivasi benar (yg dilandasi pemahaman benar), justru tidak akan terjadi pelanggaran2Vinaya adalah 'peraturan'. Suatu peraturan haruslah ditaati secara disiplin.
Tambahan lagi -ini yg terpenting- si praktisi harus menyadari dan mengerti mengapa peraturan tsb dibuat.
Jika ia memahami mengapa suatu peraturan dibuat, tentu tidak akan terjadi keteledoran yg disengaja itu.
Bahasa itu ekspresi bukan? pembabaran dharma itu ekspresi keindahan dharma bukan?
Maaf, sejauh yg saya tau, Bahasa bukanlah ekspresi.
Bahasa adalah sarana / bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan / konsep.
Sedangkan Ekspresi, berhubungan dengan emosi.
Apa perlu pembabaran Dhamma disertai emosi (kegirangan, misalnya?).
Kalau untuk agama lain, tidak heran, mereka berteriak2 plus nyanyian2 membahana dlm 'mengekspresikan' cinta mrk kpd Tuhan/Roh Kudus, bahkan sampai pingsan segala...
Bayangkan jika dalam kebaktian kita menggunakan organ, drumset, gitar listrik dan nyanyian2 pujian yg 'mengekspresikan' betapa indah dan berharganya Dhamma dari Sang Buddha... disertai tepukan2.
ekspresi... ekspresi... ekspresi... tunjukkan syukur dan cintamu.... pujilah Sang Buddha.. Dhamma bagaikan permata sempurna....Beberapa umat mungkin akan keluar air mata saking berterima kasihnya kpd Sang Buddha, beberapa bahkan bisa sampai pingsan.
Apakah Bro Henrychan setuju cara pembabaran Dhamma tsb?
Jika tidak, apa sebabnya?
Motivasinya sudah benar loh...
::