Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Alucard Lloyd on 03 September 2014, 11:00:03 AM

Title: sila ke enam
Post by: Alucard Lloyd on 03 September 2014, 11:00:03 AM
halo semua member dc mohon bantu saya untuk mendapat pencerahan.
dalam sila keenam dikatakan tidak makan setelah lewat waktu tengah hari.
dan dikatakan juga tidak makan di waktu yang salah.
pertanyaan saya apakah yang di maksud waktu yang salah?

apakah kita sebagai manusia salah untuk makan di sore hari atau malam hari?
Title: Re: sila ke enam
Post by: dhammadinna on 03 September 2014, 11:42:00 AM
salah satu sila dalam atthasila..

Intinya, sila ke-6 itu adalah menghindari makan di waktu yang salah, dalam hal ini diartikan sebagai "setelah tengah hari".

Kenapa disebut sebagai "waktu yang salah"? kalau saya baca di Majjhima Nikaya 66 (http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_66:_La%E1%B9%ADukikopama_Sutta), malam hari disebut sebagai waktu yang salah bagi seorang bhikkhu yang mengembara untuk menerima dana makanan  karena:

1. “Pernah terjadi, Yang Mulia, para bhikkhu itu mengembara untuk menerima dana di malam hari yang gelap gulita telah terperosok ke lubang kakus, jatuh ke saluran air kotor, menabrak semak berduri, dan menabrak sapi yang sedang tertidur;

2. mereka telah bertemu dengan para penjahat yang telah melakukan kejahatan dan yang sedang merencanakan kejahatan,

3. mereka digoda secara seksual oleh perempuan-perempuan.

4. Suatu ketika, Yang Mulia, aku sedang berjalan untuk menerima dana makanan di malam yang gelap gulita. Seorang perempuan yang sedang mencuci panci melihatku dengan cahaya kilat halilintar dan ia berteriak ketakutan: ‘Kasihanilah aku, setan telah datang padaku!’ aku memberitahunya: ‘Saudari, aku bukan setan, aku adalah seorang bhikkhu [449] yang sedang mengumpulkan dana makanan.’ – ‘Maka, engkau adalah seorang bhikkhu yang ibu dan ayahnya telah mati!  Lebih baik, bhikkhu, engkau membelah perutmu dengan pisau daging yang tajam daripada berkeliaran mencari dana makanan demi perutmu di malam yang gelap gulita ini!’

dan yang terakhir (di sutta sebetulnya disebut pertama kali):

5. Kemudian ada suatu kejadian ketika Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: ‘Para bhikkhu, tinggalkanlah makan di malam hari, yang adalah di luar waktu yang selayaknya.’ Yang Mulia, aku kecewa dan sedih, dengan pikiran: ‘Sang Bhagavā memberitahukan kami untuk meninggalkan makanan yang lebih mewah dari dua kali makan kami, Yang Sempurna memberitahukan kami agar meninggalkannya.’ Suatu ketika, Yang Mulia, seseorang telah memperoleh sup pada siang hari dan ia berkata: ‘Sisihkanlah itu dan kita akan memakannya bersama pada malam hari.’ [Hampir] semua makanan dipersiapkan pada malam hari, sedikit pada siang hari. Demi cinta kasih dan penghormatan kepada Sang Bhagava, dan karena malu dan takut akan pelanggaran, kami meninggalkan makan di malam hari, yang di luar waktu selayaknya.


yang warna ungu ini saya kurang paham. Mungkin maksudnya tentang kesederhanaan 'makan secukupnya'?

note: link MN 66: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17773.msg290598.html#msg290598,

__________________________

Berdasarkan sutta itu, hal-hal yang menjadikan malam hari sebagai "waktu yang salah" (nomor 1-4), tidak berlaku bagi umat awam yang sebenarnya tidak mengembara mencari dana makanan.

Tapi IMHO, poin ke-lima yang menjadikan atthasila (tidak makan setelah tengah hari) berlaku bagi umat awam. CMIIW.

Tapi kalo seperti itu, memang jadinya lebih relatif sih. Kadar "secukupnya" bagi setiap orang itu beda-beda. Dan waktunya juga tidak harus sebelum tengah hari..

___________________________

Atau sila ke-6 adalah tentang "meniru para arahat"? Karena malam hari adalah waktu yang salah bagi Arahat yang notabene adalah bhikkhu yang mengembara mencari dana makanan di malam hari. Jadi walaupun umat awam, tapi kita meniru para Arahat sehingga kita tidak makan di "waktu yang salah bagi para bhikkhu".

Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 03 September 2014, 02:14:02 PM
jd sila adl tiru2 arahat :o ga skalian nyeker ama pake jubah??
Title: Re: sila ke enam
Post by: Sumedho on 03 September 2014, 03:01:02 PM
soal meniru arahant, ada jg di http://dhammacitta.org/dcpedia/Uposatha#Uposatha_lengkap_dengan_delapan_faktor (http://dhammacitta.org/dcpedia/Uposatha#Uposatha_lengkap_dengan_delapan_faktor)
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 03 September 2014, 03:13:24 PM
soal meniru arahant, ada jg di http://dhammacitta.org/dcpedia/Uposatha#Uposatha_lengkap_dengan_delapan_faktor (http://dhammacitta.org/dcpedia/Uposatha#Uposatha_lengkap_dengan_delapan_faktor)
iye tp apa gunany dunk? knp kalo nyeker ga ditiru??  ::)
Title: Re: sila ke enam
Post by: The Ronald on 03 September 2014, 08:11:29 PM
iye tp apa gunany dunk? knp kalo nyeker ga ditiru??  ::)
apa gunanya??..ada di sini ..silakan baca..

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24471.msg453241.html#msg453241 (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24471.msg453241.html#msg453241)
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 04 September 2014, 08:27:26 AM
apa gunanya??..ada di sini ..silakan baca..

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24471.msg453241.html#msg453241 (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24471.msg453241.html#msg453241)
uda baca ttp isiny cuman ikut2an doang

(6) “‘Seumur hidupnya para Arahant makan sekali sehari, menghindari makan pada malam hari dan di luar waktu yang selayaknya. Hari ini, selama sehari semalam ini, aku juga akan makan sekali sehari, menghindari makan pada malam hari dan di luar waktu yang selayaknya. Aku akan meniru para Arahant dalam hal ini dan uposatha akan kujalankan.’ Uposatha memiliki faktor ke enam ini.

yg ane tanya kegunaanny dimana?? klo misalny dulu arahat mkn 6x shari trus kt jg gitu?? bknny ada slogan yg ktny buddhis ga berdasar tradisi??  :o

Title: Re: sila ke enam
Post by: Sumedho on 04 September 2014, 08:45:42 AM
iye tp apa gunany dunk? knp kalo nyeker ga ditiru??  ::)
good point...

ada banyak hal yg bisa kita pelajari dan kita tiru dari orang lain, atau arahant misalnya, jika memang baik. Tetap gunakan akal sehat, jika tidak bermanfaat yang jangan. Tapi sayangnya banyak yg meniru2 dan meneruskan yg ada dipermukaan dan terlihat dari luar saja, bukan apa inti yang mau dicapai atau juga meniru yg tidak penting sebenarnya.
Title: Re: sila ke enam
Post by: Sumedho on 04 September 2014, 10:21:10 AM
halo semua member dc mohon bantu saya untuk mendapat pencerahan.
dalam sila keenam dikatakan tidak makan setelah lewat waktu tengah hari.
dan dikatakan juga tidak makan di waktu yang salah.
pertanyaan saya apakah yang di maksud waktu yang salah?

apakah kita sebagai manusia salah untuk makan di sore hari atau malam hari?
balik ke inti pertanyaan, apakah salah? salah benar itu sebenarnya relatif. jika tidak ada aturan maka tentu tidak salah. Jika mengambil aturan yg melarang yah tentu salah. Jika menurut bidang lain misalnya, kesehatan, estetika (maksa), hukum atau lainnya tentu masing2 memiliki rule masing2. Tiap "bidang" punya alasan masing2 mengapa dikatakan salah/benar.
Title: Re: sila ke enam
Post by: Alucard Lloyd on 04 September 2014, 11:15:25 AM
jadi pada inti nya tidak ada yang salah juga tidak selalu benar

saya rasa para arhat dan sesepuh zaman dulu melakukan ini karena disiplin dalam menjalankan kehidupan mereka seharu hari.

baik lah dengan ini saya mengerti dan kasus ini bisa berhenti disini.

terima kasih atas pencerahan para member dc semua.
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 04 September 2014, 01:52:30 PM
kalo ane blm ngerti jd msh trus yah drpd bikin trit baru...
cuma mo jwbn aja arahat knp milih mkn jem sgitu?? apa manfaatny?
Title: Re: sila ke enam
Post by: Sumedho on 04 September 2014, 03:34:42 PM
jadi pada inti nya tidak ada yang salah juga tidak selalu benar

saya rasa para arhat dan sesepuh zaman dulu melakukan ini karena disiplin dalam menjalankan kehidupan mereka seharu hari.

baik lah dengan ini saya mengerti dan kasus ini bisa berhenti disini.

terima kasih atas pencerahan para member dc semua.
cuma tambahan aja, sepertinya kalau hanya sekadar disiplin sih terlalu simple imo. Mungkin kita harus mempertimbangkan lingkungan sosial masyarakat dan teknologi juga ketersediaan sumber daya pada waktu itu.

kalo ane blm ngerti jd msh trus yah drpd bikin trit baru...
cuma mo jwbn aja arahat knp milih mkn jem sgitu?? apa manfaatny?
yah kalau mau lanjut silahken saja sih.

seperti sebelumnya tadi, kenapa milih jam segitu harusnya ada hubungan sama keadaan sosial masyarakat saat itu.
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 04 September 2014, 04:12:40 PM
cuma tambahan aja, sepertinya kalau hanya sekadar disiplin sih terlalu simple imo. Mungkin kita harus mempertimbangkan lingkungan sosial masyarakat dan teknologi juga ketersediaan sumber daya pada waktu itu.
yah kalau mau lanjut silahken saja sih.

seperti sebelumnya tadi, kenapa milih jam segitu harusnya ada hubungan sama keadaan sosial masyarakat saat itu.

jd inget ini ni...

(http://i.snag.gy/kdu77.jpg)

makan stlh jem 12 ky monyet naek tangga. skrg smua ga tau sebabny tp diikutin aja...

mgkn krn tradisi ye? tp dimana2 budhis ngakunya ga ikut tradisi...

Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.

binun...   ::)
Title: Re: sila ke enam
Post by: dhammadinna on 04 September 2014, 05:39:28 PM
kalo ane blm ngerti jd msh trus yah drpd bikin trit baru...
cuma mo jwbn aja arahat knp milih mkn jem sgitu?? apa manfaatny?

Baca postingan saya, postingan yang kedua di thread ini.. sebelum komentar, baca dulu..
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 04 September 2014, 06:29:00 PM
Baca postingan saya, postingan yang kedua di thread ini.. sebelum komentar, baca dulu..
uda baca kk sami mawon

5. Kemudian ada suatu kejadian ketika Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: ‘Para bhikkhu, tinggalkanlah makan di malam hari, yang adalah di luar waktu yang selayaknya.’ Yang Mulia, aku kecewa dan sedih, dengan pikiran: ‘Sang Bhagavā memberitahukan kami untuk meninggalkan makanan yang lebih mewah dari dua kali makan kami, Yang Sempurna memberitahukan kami agar meninggalkannya.’ Suatu ketika, Yang Mulia, seseorang telah memperoleh sup pada siang hari dan ia berkata: ‘Sisihkanlah itu dan kita akan memakannya bersama pada malam hari.’ [Hampir] semua makanan dipersiapkan pada malam hari, sedikit pada siang hari. Demi cinta kasih dan penghormatan kepada Sang Bhagava, dan karena malu dan takut akan pelanggaran, kami meninggalkan makan di malam hari, yang di luar waktu selayaknya.

Tapi IMHO, poin ke-lima yang menjadikan atthasila (tidak makan setelah tengah hari) berlaku bagi umat awam. CMIIW.



apa krn buddha yg ngemeng jgn mkn malem, jd diikutin? ktny ga percaya cuman krn hormatin guru?

Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.


jdny balik lg soal tiru2an

Atau sila ke-6 adalah tentang "meniru para arahat"? Karena malam hari adalah waktu yang salah bagi Arahat yang notabene adalah bhikkhu yang mengembara mencari dana makanan di malam hari. Jadi walaupun umat awam, tapi kita meniru para Arahat sehingga kita tidak makan di "waktu yang salah bagi para bhikkhu".


tp ktny jg bkn krn ikut2an tradisi

Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.

 8-} mangkin binun...
Title: Re: sila ke enam
Post by: Kelana on 04 September 2014, 06:45:54 PM
mgkn krn tradisi ye? tp dimana2 budhis ngakunya ga ikut tradisi...

Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.

binun...   ::)

Sebaiknya tidak memotong satu paragraf kalimat asli dari Kalama Sutta. Kebiasaan orang suka memotong-potong kalimat dari Kalama Sutta. Di sana sebenarnya ada terusannya:

......Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, ‘Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut.”

Jadi mengikuti tradisi bukannya tidak boleh sama sekali tapi harus ditelaah dulu apakah berguna, tercela, tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, mengakibatkan kerugian dan penderitaan.

Kalama Sutta bukan mengajarkan agar menjadi antipati dengan berita, kitab, ajaran, tradisi, dll.
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 04 September 2014, 06:53:19 PM
Sebaiknya tidak memotong satu paragraf kalimat asli dari Kalama Sutta. Kebiasaan orang suka memotong-potong kalimat dari Kalama Sutta. Di sana sebenarnya ada terusannya:

......Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, ‘Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut.”

Jadi mengikuti tradisi bukannya tidak boleh sama sekali tapi harus ditelaah dulu apakah berguna, tercela, tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, mengakibatkan kerugian dan penderitaan.

Kalama Sutta bukan mengajarkan agar menjadi antipati dengan berita, kitab, ajaran, tradisi, dll.
iya kk drtd ane tanya gunany apa makan sblm tgh hr? tercelany gmana kalo stlh tgh hr? kalo buddha bilang ga bole mkn ikan tongkol hny krn buddha dianggep bijaksana lantes diikutin aje??

Title: Re: sila ke enam
Post by: dhammadinna on 04 September 2014, 07:43:36 PM
 [at] Meruem:

Para Bhikkhu di jaman itu, pergi mengembara mencari dana makanan. Malam hari adalah waktu yang salah karena memungkinkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan (ada di postingan saya yang km bilang sudah km baca)

Jadi peraturan untuk tidak makan di malam hari, sudah jelas diantaranya untuk menghindari hal-hal buruk ini.

Apakah para bhikkhu di jaman itu menjalani aturan ini hanya karena sekadar menghormati guru dan tidak tau tujuannya? entahlah... saya tidak tau pikiran mereka. Tapi kalaupun mereka tidak makan malam karena itu, maka inipun tidak salah. Bahkan sudah sewajarnya seseorang yang bernaung dalam suatu kelompok, mengikuti aturan yang berlaku di dalamnya (ngerti atau tidak, suka atau tidak).
________________________

Lalu apakah peraturan ini masih relevan di jaman sekarang (kan para bhikkhu tidak perlu mengembara lagi untuk mencari dana makanan)? Menurut saya, selama suatu peraturan itu tidak merugikan, maka tidak ada alasan untuk menghilangkannya.
________________________

Bagaimana dengan umat awam yang ikut-ikutan? menurut saya, umat awam tersebutlah yang sepatutnya merenungkan. Adakah manfaat yang diperolehnya? Adakah kerugian yang diperolehnya? Apa tujuannya melakukan ini?

Sesuatu yang bagi kita tidak bermanfaat, belum tentu tidak bermanfaat juga bagi orang lain. Dan sebaliknya.
Title: Re: sila ke enam
Post by: Anshi on 04 September 2014, 11:31:01 PM
Di zaman Buddha, tidak makan pada waktu yang salah satu paket dengan hanya makan sekali sehari.

"Para Arahat, sepanjang hidup hanya makan sekali, berhenti santap malam, menghindari makan pada waktu yang salah. Saya pun hari ini, siang dan malam ini hanya akan makan sekali (sehari), berhenti santap malam, menghindari makan pada waktu yang salah. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha." (Uposatha-Sutta)

Memang tidak dijelaskan mengapa tidak makan malam. Dugaan saya :
1. Umumnya para petapa sudah mulai meditasi pada siang sampai malam hari. Keluyuran pada senja atau malam hari mempunyai konotasi buruk di zaman Buddha.
2. Bagi yang pernah ikut retret meditasi mempunyai pengalaman bahwa umumnya setiap kali habis makan akan terasa ngantuk. Oleh karena itu makan sekali sehari akan memaksimalkan hasil upaya meditasi.
3. Menurut penelitian, makan malam tidak bagus untuk kesehatan.
4. Di zaman dulu belum ada listrik, malam hari sangat gelap, cukup repot bila makan malam (mempersiapkan makanan, mencuci piring/mangkuk sehabis makan). Apalagi bagi seorang petapa yang tinggal di hutan.
5. Para petapa seyogianya hidup sederhana, termasuk dalam hal makan, cukup sekali saja sehari. Toh masih tetap bisa hidup.
6. Umat melaksanakan Atthasila untuk mempersiapkan diri mengikuti gaya hidup para petapa.

Itulah kira-kira alasan mengapa tidak makan pada waktu yang salah :-)
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 05 September 2014, 08:58:37 AM
Para Bhikkhu di jaman itu, pergi mengembara mencari dana makanan. Malam hari adalah waktu yang salah karena memungkinkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan (ada di postingan saya yang km bilang sudah km baca)

Jadi peraturan untuk tidak makan di malam hari, sudah jelas diantaranya untuk menghindari hal-hal buruk ini.


   uda baca kk... tp itu kan buat bhkhu emng apa efekny buat umt awam??


Apakah para bhikkhu di jaman itu menjalani aturan ini hanya karena sekadar menghormati guru dan tidak tau tujuannya? entahlah... saya tidak tau pikiran mereka. Tapi kalaupun mereka tidak makan malam karena itu, maka inipun tidak salah. Bahkan sudah sewajarnya seseorang yang bernaung dalam suatu kelompok, mengikuti aturan yang berlaku di dalamnya (ngerti atau tidak, suka atau tidak).

   iye bearti sama kea monyet yg nggebugin temen yg naek tangga dunk??



Lalu apakah peraturan ini masih relevan di jaman sekarang (kan para bhikkhu tidak perlu mengembara lagi untuk mencari dana makanan)? Menurut saya, selama suatu peraturan itu tidak merugikan, maka tidak ada alasan untuk menghilangkannya.
________________________

Bagaimana dengan umat awam yang ikut-ikutan? menurut saya, umat awam tersebutlah yang sepatutnya merenungkan. Adakah manfaat yang diperolehnya? Adakah kerugian yang diperolehnya? Apa tujuannya melakukan ini?

Sesuatu yang bagi kita tidak bermanfaat, belum tentu tidak bermanfaat juga bagi orang lain. Dan sebaliknya.

    :o jdny buddha ga jelasin ni manfaatny?? smua tgantung msg2 org mrenungkan?

Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 05 September 2014, 09:18:13 AM
Di zaman Buddha, tidak makan pada waktu yang salah satu paket dengan hanya makan sekali sehari.

"Para Arahat, sepanjang hidup hanya makan sekali, berhenti santap malam, menghindari makan pada waktu yang salah. Saya pun hari ini, siang dan malam ini hanya akan makan sekali (sehari), berhenti santap malam, menghindari makan pada waktu yang salah. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha." (Uposatha-Sutta)


Memang tidak dijelaskan mengapa tidak makan malam. Dugaan saya :
1. Umumnya para petapa sudah mulai meditasi pada siang sampai malam hari. Keluyuran pada senja atau malam hari mempunyai konotasi buruk di zaman Buddha.

   peraturany kan ga lgsg ga mkn mlm duluny bole mkn sore ama mlm. bearti bkn konotasi buruk... makane baca postingan dhammadina tuh yg nomer 2 hehehe  ^:)^


2. Bagi yang pernah ikut retret meditasi mempunyai pengalaman bahwa umumnya setiap kali habis makan akan terasa ngantuk. Oleh karena itu makan sekali sehari akan memaksimalkan hasil upaya meditasi.

   bknny justru lbh bgs mkn mlm?? abis mkn ngantuk bobo de...  |-)


3. Menurut penelitian, makan malam tidak bagus untuk kesehatan.

   mnurut penelitian mana?? alesany apa?  ???


4. Di zaman dulu belum ada listrik, malam hari sangat gelap, cukup repot bila makan malam (mempersiapkan makanan, mencuci piring/mangkuk sehabis makan). Apalagi bagi seorang petapa yang tinggal di hutan.

   ga seprimitip itu keleus... jmn itu uda ada pelita. jem jaga pertama aje msh ada bhikhu ama umat yg dtg nyari buddha. lagian jg ada bulan bintang. blm lg klo dikunjungin dewa tuch... ktny menerangi seluruh utan...  :>-


5. Para petapa seyogianya hidup sederhana, termasuk dalam hal makan, cukup sekali saja sehari. Toh masih tetap bisa hidup.

   klo ini kea nya ane setuju  ^:)^


6. Umat melaksanakan Atthasila untuk mempersiapkan diri mengikuti gaya hidup para petapa.

Itulah kira-kira alasan mengapa tidak makan pada waktu yang salah :-)

   jd tujuany kt ikut2 aturan spy jd ptapa nantiny?? emangny tujuan buddhis jd ptapa??  :o
Title: Re: sila ke enam
Post by: Kelana on 05 September 2014, 10:10:00 AM
iya kk drtd ane tanya gunany apa makan sblm tgh hr? tercelany gmana kalo stlh tgh hr? kalo buddha bilang ga bole mkn ikan tongkol hny krn buddha dianggep bijaksana lantes diikutin aje??

Lalu mengapa Anda bertanya dan menyatakan:
“mgkn krn tradisi ye? tp dimana2 budhis ngakunya ga ikut tradisi...”
Ini berarti anda memang kurang memahami Kalama Sutta sehingga anda bingung.

Jika anda memilih untuk tidak mendengarkan tradisi, apa kata orang, maka kenapa Anda tidak langsung praktikkan dan  cari tau secara langsung apa manfaatnya?

Jika anda memilih untuk mendengarkan pendapat orang, kata Buddha dalam sutta, bukankah mungkin nanti anda akan menjadi termasuk dari salah satu yang ikut tradisi saja?

Dari sutta sudah disampaikan oleh Sdr. Dhammadinna. Singkatnya adalah untuk kenyamanan, pengendalian diri praktisi itu sendiri dan kenyamanan (tidak mengganggu) orang lain. Dalam praktik, beberapa orang menyatakan mereka lebih menjadi lebih eling. Dan tambahan dari saya yaitu mengenai sosial kemasyarakatan, yaitu masyarakat khususnya India pada waktu itu banyak yang bertani, segala aktivitas dimulai pagi hari termasuk memasak makanan, saat itulah saat yang tepat mengumpulkan makanan karena para perumah tangga bisa mempersiapkan menyisakan makanan. Hal ini mempermudah para bhikkhu untuk mendapatkan makanan.

Manfaatnya bagi umat awam? Jelas ada, namum mungkin tidak selengkap untuk para bhikkhu karena sudah beda profesi. Yang jelas ada pengendalian dan pengorbanan diri, apakah dari hasil praktik karena tahu latar belakangnya maupun tidak tahu latar belakang dari sila yang pada dasarnya sifatnya mengatur hal yang berbeda dari kebiasaan kecenderungan kita sehari-hari. 
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 05 September 2014, 11:06:13 AM
Lalu mengapa Anda bertanya dan menyatakan:
“mgkn krn tradisi ye? tp dimana2 budhis ngakunya ga ikut tradisi...”
Ini berarti anda memang kurang memahami Kalama Sutta sehingga anda bingung.

Jika anda memilih untuk tidak mendengarkan tradisi, apa kata orang, maka kenapa Anda tidak langsung praktikkan dan  cari tau secara langsung apa manfaatnya?

   kamsudny bkn anti trdisi tp ga ikut2 cuman krn trdisi tp ga tau gunany  ^:)^



Jika anda memilih untuk mendengarkan pendapat orang, kata Buddha dalam sutta, bukankah mungkin nanti anda akan menjadi termasuk dari salah satu yang ikut tradisi saja?

   ane denger alesannya dulu kk ga maen ikut nyemplung mkny lg tanya ni...


Dari sutta sudah disampaikan oleh Sdr. Dhammadinna. Singkatnya adalah untuk kenyamanan, pengendalian diri praktisi itu sendiri dan kenyamanan (tidak mengganggu) orang lain. Dalam praktik, beberapa orang menyatakan mereka lebih menjadi lebih eling. Dan tambahan dari saya yaitu mengenai sosial kemasyarakatan, yaitu masyarakat khususnya India pada waktu itu banyak yang bertani, segala aktivitas dimulai pagi hari termasuk memasak makanan, saat itulah saat yang tepat mengumpulkan makanan karena para perumah tangga bisa mempersiapkan menyisakan makanan. Hal ini mempermudah para bhikkhu untuk mendapatkan makanan.

   iih... kk jg ga baca postny dhammadina nomer 2...  ntar diomelin lhooo  :-SS 

 ia berkata: ‘Sisihkanlah itu dan kita akan memakannya bersama pada malam hari.’ [Hampir] semua makanan dipersiapkan pada malam hari, sedikit pada siang hari.

nga ada hubngan sm susahny dpt makan klo malem krn makan mlm itu sisa siang2 pny..



Manfaatnya bagi umat awam? Jelas ada, namum mungkin tidak selengkap untuk para bhikkhu karena sudah beda profesi. Yang jelas ada pengendalian dan pengorbanan diri, apakah dari hasil praktik karena tahu latar belakangnya maupun tidak tahu latar belakang dari sila yang pada dasarnya sifatnya mengatur hal yang berbeda dari kebiasaan kecenderungan kita sehari-hari.

   klo praktik menyiksa diri gmn kk? kan sm jg ga minum air dingin ga makan seminggu ada pengendalian dan pengorbanan diri jg. jd bedany apa? ???


Title: Re: sila ke enam
Post by: dhammadinna on 05 September 2014, 12:50:58 PM
iye bearti sama kea monyet yg nggebugin temen yg naek tangga dunk??

untuk umat awam, praktik tidak makan setelah tengah hari bukanlah kewajiban. Jika ada yang memutuskan untuk tidak makan malam, berarti ada alasan di balik keputusannya itu.

Beda dengan monyet, yang melakukan sesuatu secara spontan karena kebiasaan.
____________________________

sedangkan untuk para bhikkhu, ketika mereka memutuskan untuk menjadi bhikkhu maka mereka wajib mematuhi aturan yang berlaku. Keputusan ini mereka ambil secara sadar, dan tau konsekuensinya.

Beda dengan monyet, yang melakukan sesuatu secara spontan karena kebiasaan.

Quote
:o jdny buddha ga jelasin ni manfaatny?? smua tgantung msg2 org mrenungkan?

bagi umat awam, saya belum baca adanya penjelasan tentang manfaat tidak makan setelah tengah hari.

Yang pernah saya baca adalah tentang "makan secukupnya", dan tidak memuaskan nafsu indria.
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 05 September 2014, 04:57:31 PM
untuk umat awam, praktik tidak makan setelah tengah hari bukanlah kewajiban. Jika ada yang memutuskan untuk tidak makan malam, berarti ada alasan di balik keputusannya itu.

Beda dengan monyet, yang melakukan sesuatu secara spontan karena kebiasaan.

   kamsudny monyet yg di gambar.. posting no 13 di atas..
jdny ga ade penjelasanny smua tgantung msg2 pertimbanganny??


sedangkan untuk para bhikkhu, ketika mereka memutuskan untuk menjadi bhikkhu maka mereka wajib mematuhi aturan yang berlaku. Keputusan ini mereka ambil secara sadar, dan tau konsekuensinya.

Beda dengan monyet, yang melakukan sesuatu secara spontan karena kebiasaan.

   yaa klo buat bhikhu ya ndak aneh uda p'aturan organisasi gitu low...

   kk ngak ngerti gbr monyet itu ye? bkn spontan krn kbiasaan tp krn 'tradisi' yg diturunkan ama monyet sblmny.



bagi umat awam, saya belum baca adanya penjelasan tentang manfaat tidak makan setelah tengah hari.

Yang pernah saya baca adalah tentang "makan secukupnya", dan tidak memuaskan nafsu indria.

    oo... :yes: klo ada baca jgn lupa jelasin y...  ^:)^
Title: Re: sila ke enam
Post by: K.K. on 05 September 2014, 05:40:36 PM
Setelah monyet, saya juga jadi ingat kucing. (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,22337.msg398080.html#msg398080) Kehadiran kucing dalam meditasi tidak diketahui secara pasti alasannya, namun karena sudah menjadi kebiasaan, maka dibuatlah cocologi tentang pentingnya kehadiran kucing dalam meditasi. Kisah lengkapnya bisa dibaca di sini (http://paulocoelhoblog.com/2012/09/05/cat-in-meditation-3/).
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 10 September 2014, 10:54:54 AM
Setelah monyet, saya juga jadi ingat kucing. (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,22337.msg398080.html#msg398080) Kehadiran kucing dalam meditasi tidak diketahui secara pasti alasannya, namun karena sudah menjadi kebiasaan, maka dibuatlah cocologi tentang pentingnya kehadiran kucing dalam meditasi. Kisah lengkapnya bisa dibaca di sini (http://paulocoelhoblog.com/2012/09/05/cat-in-meditation-3/).

 :'( kacian kucingny diiket kk... nti abis medit dilepasiny pk cr fangshen ga??  :))

Title: Re: sila ke enam
Post by: seniya on 10 September 2014, 04:06:33 PM
Pendapat Bhikkhu S. Dhammika tentang sila ke-6 ini:

Quote
The sixth of the eight Precepts and ten Precepts is Vikala bhojana vermani sikkhapadam samadhiami, I take the precept not to eat at the wrong time. 'Wrong time' (vikala) has long been interpreted to mean after noon or midday, although I know of no place in the suttas where this is specifically stated. The overall purpose of this rule is clear enough – to encourage moderation in eating (Sn.707) and to keep drowsiness due to a full stomach at bay. But the part about not eating after midday is less clear. The origin story in the Vinaya explaining this rule is unconvincing and obviously a later invention. According to this story, a monk was standing at someone's door late at night. As the woman of the house approached the door a sudden flash of lightening illuminated him, frightening the woman half to death, and to prevent this from happening again the Buddha instituted the rule. The only justification the Buddha gives for this rule is that it is good for the health and he does not mention what the 'wrong time' is other than to say the 'evening' or 'night' (ratti). He said, 'I do not eat in the evening and thus I am free from illness and affliction and enjoy health, strength and ease' (M.I,473). But I can see not reason why eating only in the morning should be any more or less healthy than eating only in the afternoon.

I suspect that the rule has its origins in two things. That eating before noon was already a well-established convention amongst wandering ascetics and the Buddha simply asked his monks and nuns to follow this convention. And the reason why this convention evolved in the first place was probably because, then as now, Indian peasant women cooked all the day's food early in the morning and the main meal of the day was in the morning. In other words, the most convenient time to go for alms gathering (pindapata) was in the morning. Noon was probably used as the cut-off point for not eating because it could be known exactly. Its also pretty certain also that monks and nuns only eat one meal a day because, not doing hard physical labour, they did not need that much food. So it is important to understand that noon is not some magical time, after which consuming food becomes a moral failing. It is just a convenient, and at that time a practical, way of dividing the day.

http://sdhammika.blogspot.com/2009/04/commandments-and-precepts_30.html

Sepertinya sila ini ditetapkan untuk mengikuti tradisi kebiasaan orang India kuno saat itu. Hmmm....  :-?
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 10 September 2014, 04:44:21 PM
Pendapat Bhikkhu S. Dhammika tentang sila ke-6 ini:

Sepertinya sila ini ditetapkan untuk mengikuti tradisi kebiasaan orang India kuno saat itu. Hmmm....  :-?
tp kalo di sutta buddha ada umpamain bhikhu yg ga makan stlh lewat tgh hr yg mewarisi dhamma ntu...
mustiny gpp kan makan sisaan krn telat dtg?? ~X(
Title: Re: sila ke enam
Post by: Shasika on 10 September 2014, 07:07:49 PM
tp kalo di sutta buddha ada umpamain bhikhu yg ga makan stlh lewat tgh hr yg mewarisi dhamma ntu...
mustiny gpp kan makan sisaan krn telat dtg?? ~X(
Ini nih ngeyel ato ngetest sihhh...udah deh cucu kalo ga mau ikutan kagak ada yang maksa juga kok...
Memang sang Buddha menerapkan peraturan dilarang makan diwaktu yang salah demikian untuk meningkatkan kesadaran, dikarenakan tujuan meditasi adalah meningkatkan kesadaran, efek dari jika makan malam hari akan meningkatkan kemalasan, kelambanan (thinamiddha) membuat para bhikkhu jadi kesulitan meningkatkan kosentrasinya karena mengantuk (krn perut kenyang setelah makan mengakibatkan mengantuk). Kita memerlukan tenaga untuk kegiatan di pagi hingga sore hari sehingga kita butuh asupan energi yang didapat dari makan, sedangkan malam kita sudah tidak melakukan kegiatan apa2 jadi tidak membutuhkan asupan energi dari makan lagi, dan akan membantu tubuh untuk membuang racun dalam tubuh dg mengistirahatkan pencernaan, dengan cara puasa tidak makan malam hari adalah juga salah satu cara membuang racun dalam tubuh.
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 10 September 2014, 07:55:16 PM
Ini nih ngeyel ato ngetest sihhh...udah deh cucu kalo ga mau ikutan kagak ada yang maksa juga kok...
Memang sang Buddha menerapkan peraturan dilarang makan diwaktu yang salah demikian untuk meningkatkan kesadaran, dikarenakan tujuan meditasi adalah meningkatkan kesadaran, efek dari jika makan malam hari akan meningkatkan kemalasan, kelambanan (thinamiddha) membuat para bhikkhu jadi kesulitan meningkatkan kosentrasinya karena mengantuk (krn perut kenyang setelah makan mengakibatkan mengantuk). Kita memerlukan tenaga untuk kegiatan di pagi hingga sore hari sehingga kita butuh asupan energi yang didapat dari makan, sedangkan malam kita sudah tidak melakukan kegiatan apa2 jadi tidak membutuhkan asupan energi dari makan lagi, dan akan membantu tubuh untuk membuang racun dalam tubuh dg mengistirahatkan pencernaan, dengan cara puasa tidak makan malam hari adalah juga salah satu cara membuang racun dalam tubuh.
iih... sapa jg mo ikutan?? ane ga ky oma yg member cult buddha mo ngomong ape di ikutin aje

nih ane ksh logika coba oma jwb jgn asbun y...

siang wktny latian
malem wktny bobo
mkn bikin ngantuk pengen bobo

pertinyiinnyi... cocokny makan siang2 ato malem2?
Spoiler: ShowHide
ramalan jwbn oma
klo mkn siang ga bikin ngantuk
klo mkn mlm bikin tinamidha


asupan energi itu mah yg pntg kalori masuk ama kluar seimbang... klo oma pake motor keliling kota siang2 dan dianggurin wkt malem emg oma isi bensiny cuman pagi2 doang? kalo isiny malem2 paginy ilang gt bensiny? itu mah ono garong bbm  :))

lgpl enelan nih buddha ksh aturan dgn alasan gizi dan ngantuk?? ada rujukany ato cuman wangsit oma ni??  ???

uda ah... makin puyeng klo ngomong ama oma... uda dermawan be er pe msh aje ngerecokin....  [-X

ane lg tny serius bgt yg ditulis bhiku dhamika nih...
Title: Re: sila ke enam
Post by: seniya on 10 September 2014, 10:20:31 PM
tp kalo di sutta buddha ada umpamain bhikhu yg ga makan stlh lewat tgh hr yg mewarisi dhamma ntu...
mustiny gpp kan makan sisaan krn telat dtg?? ~X(


Sebenarnya kalo baca suttanya secara lengkap (MN 3 Dhammadayada Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_3:_Dhammad%C4%81y%C4%81da_Sutta)), Sang Buddha di sana memberikan pilihan: menjadi pewaris materi (dalam hal ini makan makananan yang tersisa dan tidak kelaparan) atau menjadi pewaris Dhamma (dengan tidak makan makanan sisa dan kelaparan, namun bisa meningkatkan spiritualnya). Bhikkhu yang baik tentunya memilih untuk menjadi pewaris Dhamma....
Title: Re: sila ke enam
Post by: Meruem on 11 September 2014, 08:42:59 AM
Sebenarnya kalo baca suttanya secara lengkap (MN 3 Dhammadayada Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_3:_Dhammad%C4%81y%C4%81da_Sutta)), Sang Buddha di sana memberikan pilihan: menjadi pewaris materi (dalam hal ini makan makananan yang tersisa dan tidak kelaparan) atau menjadi pewaris Dhamma (dengan tidak makan makanan sisa dan kelaparan, namun bisa meningkatkan spiritualnya). Bhikkhu yang baik tentunya memilih untuk menjadi pewaris Dhamma....

jdny gini kk...
klo ikut bhikhu dhamika jdny yg ga mkn ntu mewarisi tradisi bkn dhamma... tp klo ikut suttany mk bhikhu dhamika yg blg cuman tradisi ngak pas... gmana donk??  ::)

Title: Re: sila ke enam
Post by: seniya on 11 September 2014, 11:26:27 AM
jdny gini kk...
klo ikut bhikhu dhamika jdny yg ga mkn ntu mewarisi tradisi bkn dhamma... tp klo ikut suttany mk bhikhu dhamika yg blg cuman tradisi ngak pas... gmana donk??  ::)



IMO, harus kita akui bahwa kemungkinan memang sila ke-6 ini mengambil dari tradisi setempat, namun bukan berarti tradisi tersebut bertentangan dengan Dhamma. Dhammadayada Sutta menyatakan tradisi tersebut malah dapat membawa pada kemajuan spiritual bagi para bhikkhu sehingga disarankan agar dipatuhi. Jadi, tidak semua tradisi ditolak oleh Sang Buddha
Title: Re: sila ke enam
Post by: Alucard Lloyd on 28 November 2017, 09:14:40 PM
Wow ga terasa saya balik lagi ke diskusi ini,... Tetapi dengan pengertian lebih baik wakaakkkkkk ternyata belajar butuh waktu yang lama,... Setelah mempraktekkan, mencoba dan belajar ternyata sila ke enam adalah tidak makan diwaktu yang salah adalah baik untuk dilakukan karena kita puasa kurang lebih 20 sampai dengan 24 jam yang dimana om dedy Corbuzier lakukan dalam hal ocd nya dan juga yang sekarang lagi gemar diet keto sudah jelas dalam puasa 24 jam tubuh kita mengunakan energi keto agar bisa berfungsi dengan tidak mengunakan bahan bakar karbo lagi. Jadi diet modern jaman sekarang ternyata kuno bagi sang buddha. Dan saya sangat banyak belajar dari dokter fung yang mengatakan beda nya lapar dengan puasa. Kelaparan itu adalah dimana situasi kita sebagai manusia tidak tau kapan bisa makan lagi. Sedangkan puasa sebenarnya tidak lapar dan hanya komitmen untuk tidak makan sampai waktu yang ditentukan. Banyak orang modern sekarang mencoba diet intemet fasting ini sama saja dengan puasa yang dilakukan oleh sang buddha.
Emang bila kita tidak biasa maka akan sulit melakukannya karena menurut pengalaman saya kita akan mulai terbiasa setelah 3 hari menjalankannya karena dari sini lah badan kita mulai beradaptasi dengan cara baru mengolah energi keto hasilnya badan lebih bertenaga tidak gampang cape pikiran lebih fresh badan tidak terasa keras atau bengkak ya pokok nya lebih fit. Tapi perlu di ingat saat waktu makan tentu kita perlu makan an yang bergizi karena jelas apa yang dikata kan buddha tubuh ini butuh nutrisi kita makan karena kita butuh nutrisi bukan sekedar rasa, karbo atau pun lemak tetapi lebih ke gizi.
Ini lah pengalaman saya saat saya menjalankan sila ke 6 secara rutin yang saya lakukan dalam 70 hari. Dan dikatakan buddha makan di waktu pagi menjelang siang hari maka ini baru teori saya kita makan di proses 4 jam dalam lambung untuk dijadikan seperti bubur untuk di proses usus. Dan dalam usus makan itu diporses kurang lebih 7 s/d 12 jam atau lebih tergantung makan an yang kita makan. Jadi bila kita makan jam 10 maka jam 2 makan baru masuk usus dan jam 9 atau lebih makan baru selesai diproses. Pada saat perut kita kosong maka liver kita akan mengganti sumber energi yang tadinnya dari gula sederhana yang ada pada makanan berubah menjadi energi lemak yang di namakan energi keto. Jadi pada saat kita tidur tubuh kita berubah menjadi lebih baik dan lebih sehat. Karena jelas dengan berubahnya sumber energi tubuh kita menjadi keto kita lebih bertenaga lebih baik staminanya. Belum lagi bila hgh kita meningkat maka akan lebih baik lagi.
Jadi bila ingin sehat kuat dan awet muda maka sila ke enam baik untuk di praktekkan.