Chag tsal drol ma nyur ma pa moAku bersujud kepada Arya Tara yang tangkas dan pemberani
Chen mi ke chig lhog dang dra maYang sorot matanya laksana kilasan cahaya kilat
Jig ten sum gon chu kye shel gieTerlahir dari bunga teratai dalam samudra air mata
Ke sar je wa ley ni jung maArya Avalokiteshvara, pelindung triloka. (1)
Pada baris pertama, Tara dikualifikasikan sebagai yang cepat, pahlawan wanita. Baris ini mengungkapkan sejarah asal Tara.
Pujian tersebut menyajikan referensi pada sejarah Tara. Tara Yang Cepat. Tara sebenarnya dianggap sebagai yang tercepat, yang terefektif dalam suatu aktivitas yang paling cepat berbuah di antara semua Buddha. Kemudian berdasarkan teks, Tara tergolong juga sebagai pahlawan wanita yang mulia. Mengapa? Karena beliau telah mengalahkan keempat mara. Kalian telah mendengar tentang mereka, siapakah mereka itu? Mereka adalah kleshamara, skandhamara, mirtyumara; mara dalam konteks yang lebih dekat dengan bahasa kita adalah makhluk-makhluk pengganggu.
Mara jenis keempat juga tergolong dalam roh-roh halus yang mengganggu, makhluk-makhluk hidup di luar diri kita. Namun, mara yang tergolong dalam ketiga kategori sebelumnya tidak perlu dicari terlalu jauh, mereka sangat dekat dengan kita. Bahkan, kleshamara ada di dalam diri kita. Dia tidak lain adalah faktor mental penggangu kita, keenam klesha utama dan kedua puluh klesha sekunder kita. Apakah skandhamara? Ini merupakan ketidaksempurnaan atau tidak sucinya skandha-skandha kita. Dengan kata lain, mara ini merupakan individu kita sebenarnya yang terdiri dari lima skandha yang tidak suci. Mirtyumara merupakan kenyataan akan kematian tanpa kebebasan, tanpa kemampuan untuk memilih, kenyataan bahwa pikiran kita harus meninggalkan tubuh kita.
‘Pandangan mata Tara yang cepat, secepat sambaran kilat’. Dipahami di sini bahwa Tara mampu mencerap dalam sekejap semua fenomena tanpa terkecuali. Kita dapat menginterpretasikannya dengan cara lain. Tara juga cepat dalam belas kasih yang mendalam, belas kasih agung beliau yang memeluk semua makhluk. Garis apakah yang terbentuk antara kecepatan Tara dan belas kasihnya? Dengan Tara membuktikan suatu belas kasih yang luar biasa terhadap para makhluk dan keinginan tulus beliau untuk datang secepatnya menolong mereka, aktivitas beliau dalam hal ini meningkat dan dipercepat sepuluh kali lipat.
Tara seorang pahlawan wanita. Mengapa? Beliau mampu mengatasi dan mengalahkan keempat mara, berarti beliau memiliki kekuatan.
Para mara telah ditaklukkan. Kalian ingat bahwa ada beberapa jenis mara dan di antara mereka terdapat beberapa tingkat kehalusan. Tara telah menaklukkan secara lengkap dan menyeluruh keempat kategori mara. Atau siapakah yang telah menaklukkan para mara? Mereka adalah para Buddha, disebut Sang Bhagava, “Dia yang telah mencapai kemenangan”, menaklukkan para mara.
Mengenai baris kedua, mata Tara cepat bagaikan kilat. Seperti yang baru saya katakan pada kalian, bahwa Tara mampu mencerap pada saat yang sama semua fenomena tanpa terkecuali. Kalimat ini berkaitan dengan kualitas-kualitas pikiran Tara, dalam pengetahuan dan kebijaksanaan.
Sejak kata pertama dalam pujian ini, kita telah memohon berkali-kali belas kasih, kekuatan dan kemahatahuan Tara. Karena Tara telah mencapai kualitas-kualitas yang digunakan untuk membantu para makhluk untuk membebaskan diri dari samsara.
Secara umum, pada saat kita membicarakan kualitas-kualitas para Buddha, kita segera memikirkan tubuh, ucapan dan pikiran. Sementara kualitas-kualitas para Buddha merupakan semua belas kasih, kemahatahuan dan kekuatan mereka. Selebihnya, dikatakan bahwa sejak saat tersebut seorang makhluk memiliki ketiga kualitas: belas kasih, mahatahu dan kekuatan; ia dinyatakan boleh dijadikan sebagai objek perlindungan, karena benar-benar mampu melindungi. Saat kita berpikir pada para Buddha seperti Tara, yang memiliki kualitas-kualitas yang disebutkan dan kemudian kita memanggil mereka, memohon mereka menggunakan kekuatan mereka sehingga kita juga mencapai kualitas-kualitas tersebut, dengan melakukan hal ini kita berlanjut pada berlindung yang kita kualifikasikan sebagai penyebab.
Sebenarnya, ada Buddha yang memberkati para makhluk dengan kualitas-kualitas ini. Telah ada Buddha yang menunjukkan bahwa sangat mungkin bagi kita untuk mendapatkan kualitas-kualitas ini. Kemudian kita, seperti makhluk hidup lainnya, memiliki kapasitas-kapasitas seperti mereka dan kita dapat menggunakannya untuk mendapatkan kebajikan yang tertinggi. Kita berusaha untuk mempraktikkan belas kasih yang agung atau mengembangkan kecerdasan, kebijaksanaan, untuk mendapatkan kemahatahuan pada suatu hari nanti. Kita masih mengambil perlindungan tapi kali ini berlindung sebagai konsekuensi atau hasil.
Baris ketiga menyarankan munculnya Tara di dunia. Kata-kata Tibet Jig ten sum gon berarti Penguasa Dunia, yaitu Avalokiteshvara. Kita mengutip beberapa sumber sejarah tentang asal-usul Tara. Dalam salah satu sejarah tradisi, pada waktu itu Buddha Avalokiteshvara telah berhasil melakukan karya yang sangat luar biasa bagi para makhluk. Beliau telah melindungi makhluk yang tak terhingga banyaknya dari penderitaan, ketakutan akan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Namun begitu selesai mengerjakan karya yang luar biasa ini, beliau mendapati samsara yang baru lagi. Beliau melihat masih dapat ditemukan lebih banyak lagi makhluk yang sedang mengalami penderitaan. Beberapa saat beliau merasa berkecil hati dan membayangkan bahwa tidak akan pernah ada cara untuk menyelesaikannya, tidak akan pernah ada jalan untuk mengeluarkan semua makhluk dari samsara. Karena sangat terpukul beliau menitikkan air mata. Air mata ini menggenang dan dikatakan membentuk dua kuntum bunga teratai. Di atas salah satu teratai tersebut muncul Tara hijau dan di atas yang satunya lagi muncul Tara putih. Mereka memberi semangat kepada Avalokiteshvara agar tidak patah semangat atau berkecil hati dan berjanji akan membantu menolong para makhluk, untuk memungkinkan mereka membebaskan diri dari samsara, meninggalkan penderitaan.
Kedua baris terakhir pada slokha pertama berarti ‘Yang muncul dari sekuntum teratai mekar, yang berasal dari air mata yang mengalir pada wajah Avalokiteshvara’.
Yang kita ikuti adalah tradisi pertama, berkaitan dengan aspek umum Tara. Namun, saya telah memberitahukan interpretasi kedua, yang tidak berkaitan dengan aspek umum Tara akan tetapi salah satu dari aspeknya. Dari sudut ini, bait pertama telah mengacu pada Tara yang disebut Nyurma Pamo, Pahlawan wanita yang cepat. Tara ini berwarna merah. Dalam tangan kanannya, beliau memegang sebuah vas bunga merah yang berisi amrtha dengan suatu kekuatan yang merupakan sari semua kekuatan. Sedangkan tangan kiri Tara merah membentuk suatu mudra.
Berlanjut pada slokha berikutnya, penghormatan-penghormatan lain dipersembahkan kepada Tara. Pertama-tama penghormatan fisik, kemudian pada aktivitasnya. Slokha-slokha yang menghormati tubuh Tara harus terdiri atas dua kategori yaitu menghormati Sambhogakaya Tara dan menghormati Dharmakaya Tara, tubuh Dharma.
Penghormatan kepada Sambhogakaya ada yang berkaitan dengan aspek tenang atau kedamaian Tara dan ada yang berkaitan dengan aspek-aspek kemurkaan Tara. Dalam hal yang pertama, akan ada pancaran cahaya yang sangat terang dari Tara dan warna wajahnya.