Apakah seseorang yg memahami teori Dhamma dengan baik, harus sudah mampu melihat segala sesuatunya sebagai Anatta?
Jika begitu, hanya para Arahat dong yg boleh membahas, sharing dan mengajarkan Dhamma, krn kita semua (termasuk anda tentunya) masih belum terbebas dari pandangan atta.
Kita semua disini saling sharing, saling belajar, saling mengasah pemahaman, yang tentu saja dalam bentuk TEORI. Urusan praktik tentu di dunia nyata. Tapi di forum ini dan di ceramah2 Dhamma, tetap yg disampaikan , yg ditulis, adalah TEORI. Kita disini membahas TEORI, sedangkan PRAKTIK adalah urusan kita masing2, tanggung jawab kita masing2. Tidak perlu memusingkan praktik orang lain. 'Praktik' mutlak urusan masing2.
::
Rekan William yang budiman, dharma itu tujuannya untuk dipraktekkan dan direalisasikan, bukan hanya sekedar memahami teori. Jika ada ketimpangan (ketidakseimbangan) teori dan praktek, dikhawatirkan akan menjadi individu yang dogmatis, teoritis, pragmatis, atau bahkan (maaf) munafik. Ini gejala umum spiritual, dimana banyak ahli kitab (sutta), tapi minim di realisasi, secara mental kurang beretika, toleransi, lemah secara akal sehat (nalar).
Anda baru menunjukkan salah satu contoh, yakni Anda memvonis seseorang yang tidak Anda kenal. Saya tidak kenal Anda, karena itu saya tidak akan memvonis Anda belum lulus sarjana, belum bekerja, belum berkeluarga, belum mencapai kesucian, atau yang lain-lain. Uniknya, seperti gejala yang saya sebut di atas, Anda bisa memvonis seseorang tanpa Anda tahu sedikitpun tentang orang tersebut.
Itulah namanya tendensius dan asumtif (banyak prasangka dan menduga-duga).
Dalam agama Buddha khususnya, sifat seperti ini kurang bermanfaat, sebab lawan dari sifat analisis dan telaah komprehensif, pembuktian dan penyelidikan secara mendalam (ehipassiko).
Praktek yang dimaksud disini tentu bukan perbuatan, karena kita bukan satpam atau hakim untuk yang lain. Praktek yang dimaksud disini adalah praktek pandangan, yakni dalam hal ini
pandangan benar (sesuai Tiga Corak Umum yang diajarkan Buddha). Kalau praktek perbuatan, tentu masing-masing yang berurusan (bertanggung jawab), bukan untuk dibicarakan kepada orang lain. Untuk hal ini saya kira Anda paham, kita bukan membahas/mengkritisi perbuatan, tapi
pandangan yang secara jelas ditunjukkan disini (tentunya boleh dikoreksi sesuai prinsip Anda; saling asah pemahaman).
Bagaimana, bisa dipahami?
Semoga demikian.
Semoga damai adanya.
Salam bahagia untuk Anda dan yang lain.