Yong Cheng,aku quote tulisan kamu soal penulisan pasir di forum tetangga yah.
Tahun 1911 merupakan awal era Bapak Guru. Tradisi kepercayaan terhadap medium sangat kuat di masa itu. Untuk menyelaraskan dengan kepercayaan penduduk setempat, maka dalam Ajaran Ketuhanan telah dipersiapkan kader Triduta, yang saat itu dinamakan juga Ci Sen. Sang Medium yang ada dalam Wadah Ketuhanan jauh berbeda dengan yang biasanya. Para Medium Ketuhanan harus semuanya bervegetaris, mereka umumnya merupakan bocah dibawah usia 15 tahun. Bahkan mereka langsung dibawah asuhan Bapak Guru Agung yang terkenal dengan disiplin. Setelah lulus dari pengujian Bapak Guru Agung, mereka diperbolehkan untuk melakukan penulisan pasir. Dalam pengujian, jika tiga kali tidak berhasil, maka dengan sendirinya mereka akan disisihkan. Dalam pengujian terhadap Triduta, kebijaksanaan Bapak Guru Agung yang melampaui manusia umumnya, sangat jelas terlihat. Setiap orang merasa kagum. Lagipula sistem pengujian Beliau sangat bervariasi dan aneh.
Sebenarnya Bapak Guru Agung tidak memiliki metode tertentu di dalam menguji Triduta. Kadang-kadang Beliau menguji secara individu, ada kalanya ratusan Ci Sen diuji bersamaan. Dalam pengujian berkelompok, Bapak Guru Agung memulai dengan mengundang kehadiran Buddha tertentu untuk memberikan amanat suci. Lalu ratusan Ci Sen dihadapan umum secara serentak menuliskan tulisan pasir. Biasanya hasil amanat suci selalu sama. Bagi yang tidak berkonsentrasi dan terpusat, maka hasil amanat suci yang satu bisa berbeda dengan yang lainnya. Demikianlah yang gagal akan tersisihkan sendiri.
Pernah suatu ketika ratusan Ci Sen diuji secara serentak. Berkatalah Bapak Guru Agung: “Hari ini kita mengundang Boddhisatva Avalokitesvara untuk menyampaikan amanat suci.” Ratusan Medium segera melakukan tugasnya. Perlu diketahui bahwa jauh sebelumnya yang diundang bukan Boddhisatva Avalokitesvara tapi melainkan Boddhisatva Satya Kalama, yang mana hal ini sengaja dirahasiakan Bapak Guru Agung demi menguji para Triduta apakah mampu memasuki suasana jiwa yang manunggal dengan Keilahian, atau barangkali hanya mudah dipengaruhi bahasa semata.
Hasil amanat suci yang muncul ternyata ada 2 versi. Sebagian besar adalah bersumber dari Boddhisatva Avalokitesvara, hanya beberapa Triduta yang telah mencapai tingkat pemecahan konsep keakuan mampu menuliskan amanat suci yang bersumber dari Boddhisatva Satya Kalama.
“Triduta memikul tanggung jawab yang berat. Jika kalian tidak mampu membangkitkan jiwa Ilahi, yang menggunakan intelek keakuan, ketahuilah bahwa raja mara yang akan merasuk untuk menyampaikan tulisan!”