//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Aliran Maitreya  (Read 437917 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Aliran Maitreya
« Reply #840 on: 20 June 2008, 05:14:15 PM »
Riwayat Singkat Thien Ran Ku Fo (Bapak Guru Suci)

Bapak Guru bermarga Zhang nama Kuei Seng alias Kuang Pi adalah titisan pecahan roh Buddha Hidup Ci Kung, sebagai Guru Suci generasi ke 2 masa pancaran putih, Guru Generasi ke 18 pada zaman timur periode akhir. Beliau lahir pada tahun 1889 bulan 7 tanggal 19 imlek. Pada saat Guru Suci lahir, pagoda suci “Thien Than” tempat raja-raja bersembahyang kepada TUHAN (Thien) di Beijing terbakar, di langit terlihat hamparan sinar merah, dan Sungai Kuning (Huang He) yang selalu keruh airnya, pada hari itu mendadak jernih sampai terlihat dasarnya, Ini karena cahaya bola api menerangi umat manusia, dan juga pertanda merubah yang keruh (kacau) menjadi jernih (damai sentosa)

Bapak Guru secara lahiriah nampak aneh dibandingkan dengan orang biasa, kepala beliau berbentuk persegi dan rata atasnya, bayangan pada biji mata ada dua, sangat cerdas, bersifat jujur, dilahirkan di keluarga terpelajar turun temurun. Pedoman keluarga sangat baik. Sang ayah yang berwelas asih mendidik Guru Suci kita sejak beliau masih kecil, secara langsung memberikan pendidikan sastra padanya, secara garis besar beliau sudah mengerti akan kitab dan syair, setelah dewasa mencapai keberhasilan, sehingga beliau mempunyai cita-cita besar.

Saat berumur 22 tahun, beliau merantau ke Nan Jing, Shanghai, mengikuti paman (suami bibi). Profesi beliau pada waktu itu adalah sebagai perwira. Pada suatu hari, tiba-tiba mendapat kabar ayahnya jatuh sakit berat, beliau meninggalkan jabatan pulang ke tempat kelahirannya. Tidak berapa lama ayahnya meninggal dunia. Setelah melewati hari berkabung, beliau menetap ditempat kelahiran menemani ibunya mengurus karya peninggalan, mempertahankan sifat setia dan bisa dipercaya, sehingga terkenal dan dipuji tetangga di daerah sekitarnya.

Pada tahun 1915, Bapak Guru berusia 27 tahun, bertemu dengan Guru Chu yang sedang mengajarkan ajaran I Kuan Tao dari ajaran Khung-tze, Meng-tze, semula beliau tidak berani begitu saja percaya. Sehingga beliau mempersilahkan ibunya dulu untuk mendapatkan TAO (Inisiasi), untuk menyelidiki dengan jelas dahulu apakah ajaran ini sejati atau sesat baru memastikan keputusannya. Setelah sang ibu mendapatkan TAO dan mempelajarinya, ternyata ajaran itu sesuai dengan kebenaran dan sangat bagus, memiliki manfaat yang besar dalam membantu penegakkan moral dan hati manusia, Guru Suci juga mendengar bahwa ajaran itu dapat menolong arwah orang tua supaya terlepas dari siksaan neraka dan naik ke surga. Karena ayah beliau sudah keburu meninggal, beliau merasa belum dapat berbakti kepadanya, tak dapat dihindari ada penyesalan dalam hati, maka beliau mengambil keputusan untuk mendapatkan TAO supaya kelak dapat membalas budi orang tua.

Setelah Bapak Guru mendapatkan Tao, jodoh kelahiran lalu tertampilkan, ketulusan hatinya terus berkembang tanpa ada yang dapat menghalanginya, sejak itu bersama segenap anggota keluarga membina TAO, mendirikan cetya dirumah, mengikuti Guru Chu menjalankan dan membuka ladang Tao baru, mengikat jodoh dengan luas. Dalam beberapa tahun, beliau melintaskan umat sebanyak 64 orang. Karena masa Kakek Guru sudah ditentukan peraturan suci yang menetapkan melintaskan umat sebanyak 100 orang baru dapat mengangkat arwah leluhur satu tingkat di atas, Bapak Guru karena merasa tak mampu melintaskan umat lebih banyak lagi, sehingga merasa sangat risau.

Guru Chu melihat Guru Suci begitu tulus hatinya dan sangat berbakti kepada orang tua, lalu meminta petunjuk Kakek Guru. Kemudian Kakek Guru mohon petunjuk kepada BUNDA SUCI mengatakan: “Dimulai dari orang ini, melintaskan 64 orang di tambah dengan satu jasa, maka siapa yang membina Tao dengan tulus hati, bisa mengangkat arwah leluhur satu tingkat diatas, yaitu arwah ayah dan ibu.”
Ini benar-benar adalah ketulusan hati menggugah, Tuhan mengikuti kehendak manusia.

Pada tahun 1920, Guru Chu meninggal dunia, karena Kakek Guru tidak pernah bertemu dengan Bapak Guru, mendengar kabar orang ini sangat tulus hati membina Tao, kepribadiannya juga menonjol dari orang lain, lalu mengutus seorang murid untuk memanggilnya menghadap. Lalu bertanya: “Guru mu telah tiada, anda ingin menyertai siapa dalam membina dan melaksanakan Tao?” Bapak Guru menjawab: “Mohon petunjuk Kakek Guru, murid akan patuh pada perintah Kakek Guru.” Kakek Guru mendengar demikian, lalu berkata: “Baiklah, kamu ikut saya saja!” Sejak saat itulah Bapak Guru mengikuti dan melayani Kakek Guru menjalankan dan mengembangkan Tao yang mengutamakan ajaran Kongfusius; menghormati Guru dan menjunjung tinggi Tao, dengan ketulusan menjalankan tugasnya dengan baik.

BUNDA SUCI memberikan Firman, Bapak dan Ibu Guru bersama-sama menerima Firman Tuhan (Thien Ming), dan secara formalitas harus berstatus sebagai suami istri, baru bisa mengadakan penyelamatan secara global, pria dan wanita sama rata, sama-sama boleh membina dan menjalankan Tao. Barulah sesuai dengan masa penyelamatan, dimana Tao di turunkan pada rakyat biasa.

Setelah Bapak dan Ibu Guru menerima Firman Tuhan, merasa bingung tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Dan orang-orang menjadi geger dan berkata: “Sejak dahulu kala mana ada orang yang membina Tao sampai jadi suami istri!” Gosip ini tersebar ke mana-mana, menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut, sampai-sampai sangat mengagetkan orang! Bapak dan Ibu Guru bukan main pedih hatinya mendengar ocehan-ocehan itu, merasa tiada tempat untuk berlindung (merasa malu). Tetapi BUNDA SUCI telah berfirman, Kakek Guru juga sudah mengambil keputusan, wadah Tao yang baru harus didirikan kembali, di berbagai tempat para Buddha dan malaikat hadir di cetya untuk membuktikan hal ini. Demikian, orang yang memohon Tao semakin banyak dan tiada hentinya.

Setelah Bapak dan Ibu Guru menerima Firman bersama, membuka ladang Tao baru ke berbagai tempat, menyelamatkan umat secara luas. Karena situasi penuh gejolak, kondisi sangat gawat, didalam dan diluar rumah juga risau tanpa henti, bencana alam dan petaka terus terjadi, umat manusia berada dalam penderitaan dan tidak tenang, negara juga dalam keadaaan darurat. Oleh itu Mensius pernah berkata: “Dunia dalam situasi darurat/kacau, harus diselamatkan dengan Tao.” Oleh itu Tuhan mengutus Guru Suci, Tao yang agung dikembangkan secara luas. Dan Bapak dan Ibu Guru mengemban tugas berat, dengan hormat mengikuti kehendak Tuhan, dengan berkorban diri demi menyelamatkan umat manusia, pagi-pagi keluar rumah dan malam hari baru kembali ke rumah, siang dan malam risau dan bekerja keras takut tidak mampu melaksanakan tugas dengan baik. Sejak kalangan Tao didirikan, dalam waktu yang sangat pendek, kalangan Tao dari Ci Ning berkembang ke Ci Nan, Thien Cin, Beijing, Nanjing, Shanghai, dan berbagai tempat, secara pelan-pelan berkembang pesat.

Pada tahun 1936, pemerintah memerintahkan aparatnya menyelidiki sebuah oraganisasi yang disebut “I Sin Lung Hwa Sheng Ciau Hui” karena pemimpinnya Ma Se Wei menyebut dirinya sebagai Kaisar Ma. Orang-orang yang masuk organisasinya berganti marga menjadi Ma. Mereka memakai pakaian seragam aneh. Sangat berkembang dan terkenal disekitar kabupaten Wei propinsi San Tung. Para penyelidik pemerintah setibanya di propinsi San Tung, Ci Nan, tidak tahu alamat organisasi itu dimana, lalu ada yang memberi petunjuk cobalah Tanya Guru Zhang. Begitu sampai di cetya Bapak Guru, para penyelidik langsung bertanya: “Disini ada orang yang bermarga Ma tidak?” Karena murid Guru Suci sangat banyak, sehingga Guru Suci menjawab: “Ada.” Tanpa bertanya lebih lanjut aparat pemerintah membawa Bapak Guru, Chi Tien Chuan She (Ming Cou), Wang Sing U, dan San Chai, berjumlah lima orang ke Nanjing. Setelah diinterogasi ternyata salah tahan. Karena pejabat sembrono, menjalankan tugas bertele-tele, maka Bapak Guru dan rombongan di tahan selama 300 hari, baru dilepas pada tahun 1937 di musim semi, setelah kembali ke Ci Nan, barulah di ketahui, BUNDA SUCI pernah memberikan wejangan: “Di Cin Ling (Nanjing) akan terdapat 5 tungku tua”, yang dimaksud adalah ujian besar ini.

Karena penyelamatan Tao yang agung secara global tidak begitu lama, walaupun orang yang memohon Tao sangat banyak, tapi yang benar-benar mengerti dan menghayati Tao sangat sedikit. Demi menjelaskan makna Kebenaran Tao, menunjukkan jalan kesadaran pada umat manusia, agar para umat bisa memiliki sebuah pedoman, sehingga tak membina tanpa arah yang jelas (membabi buta), menaruh kecurigaan dan keraguan yang tak terjawab. Maka pada tahun 1937 diterbitkan buku “I Kuan Tao Yi Wen Cie Ta/Jawaban Keraguan/Pertanyaan Mengenai Tao”, sebagai pedoman penyebaran Tao. Setelah itu pada tahun 1939 diterbitkan buku “Can Ting Fo Kui/Peraturan Buddha Sementara” agar membina bisa memiliki peraturan yang bisa diikuti, setiap hari ada sebuah tugas yang harus di kerjakan, meminjam peraturan ini untuk menyelaraskan badan dan hati, terus dilatih sampai memiliki sifat welas asih dan ksatria. Dan pada tahun 1941, memohon BUNDA SUCI memberikan petunjuk, akhirnya diturunkan sebuah buku “Sepuluh Sari Nasehat Bunda Suci” , menjelaskan perubahan situasi langit, masalah besar penyelamatan tiga alam. Sampai saat ini aturan kebenaran Tao sangat jelas, peraturan suci juga sangat sempurna, Tao yang agung dan Firman Tuhan tersebar jelas di dunia fana.

Pada tahun 1938, bertepatan dengan tahun ke 2 peperangan antara Jepang dan Cina, hati manusia berbagai tempat saat itu bergejolak, hidup merasa tidak tenang, ditambah dengan matangnya jodoh hutang karma, nyawa manusia sepertinya tak bernilai bagaikan semut. Karena itu BUNDA SUCI tidak tega, demi untuk menyelamatkan bencana, perlu melatih anak-anak Buddha, untuk menghilangkan dan merubah bencana, sehingga diadakanlah “Li Lu Li Huei/Penggemblengan bagaikan tungku yang membakar” Pesertanya ada yang puluhan sampai ratusan orang, dan waktunya ada yang belasan hari sampai satu bulan lebih. Dalam Sidang Dharma penggemblengan tungku, seperti dimasak dan digembleng dalam tungku, tidak hanya para Buddha yang hadir memberikan penampakan, mencapai tingkatan dimana hal yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Pada tahun 1940 saat diadakan sembahyang Tuhan di musim semi, Bapak Guru kita datang di Thien Cin, bermalam di salah satu umat, BUNDA SUCI memberikan petunjuk untuk diadakan penggemblengan lagi untuk menggembleng orang-orang yang berbakat. Bapak Guru kita memohon berkali-kali: “Ananda tak sanggup memikul tanggung jawab yang berat ini, penggemblengan berat mohon dihapuskan.” BUNDA SUCI menjawab: ”Baiklah, sejak kini langit dan bumi sebagai tungku, penggemblengan berat tidak lagi diadakan” Para Pembina harus menerima ujian dari Tuhan dan manusia, untuk membedakan yang sejati dan yang pura-pura membina, menghilangkan hutang karma, merubah sifat yang tidak baik serta menentukan kedudukannya. Dan setelah itu dalam beberapa tahun kemudian terjadi perang dunia ke 2 peperangan yang paling lama dalam sejarah, gunung dan sungai turut bersedih dan menangis, situasi berubah drastis, orang yang terbunuh tak terhitung banyaknya, dimana-mana terjadi perang. Sepertinya dunia akan kiamat, karena itu orang yang memohon Tao untuk menghindari bencana, berdatangan tanpa henti. Dan Bapak Guru dan Ibu Guru tak ada waktu untuk istirahat dan menetap di satu tempat, khawatir bagaikan api yang membakar, demi menyelamatkan umat manusia agar terhindar dari bencana, selain siang dan malam memohon BUNDA SUCI, juga menyemangati murid untuk membina dan menjalankan Tao. Pada tahun 1945 setelah Jepang menyerah, Tao yang agung telah tersebar di seluruh Negara. Orang yang mendapatkan Tao tak terhitung banyaknya

Pada tahun 1946, umat di propinsi Se Chuan menyambut Bapak dan Ibu Guru sampai di kota Cheng Tu, setahun kemudian pada tahun 1947 di bulan 8 di suatu tempat yang bernama Wang Cia Thang. Bapak Guru menghampiri taman bunga yang dimuka pintu, tiba-tiba nampak sebuah buah dari kembang yang berbentuk aneh rontok dari dahannya, wajah beliau tampak terkejut dan curiga, timbul firasat yang tidak baik, seperti sebuah pepatah: “Bila malang dan mujur akan tiba, ada orang yang dapat firasat dahulu dengan pasti”. Sejak saat itu kesehatan Bapak Guru semakin melemah dan semakin parah, akhirnya pada malam Perayaan Tiong Ciu (bulan purnama), beliau wafat dalam usia 59 tahun

Di saat Bapak Guru sakit, Ibu Guru memohon pada BUNDA SUCI agar memperpanjang umur Bapak Guru, BUNDA SUCI memberikan wejangan: “Menjelang tujuh kali tujuh empat puluh sembilan, langit dan bumi gelap gulita tanpa bintang, lima iblis mengacau dunia, keanehan akan terlihat/terjadi, tanah Negara dicabik-cabik, bersedih hati dikala fajar karena Bapak dan anak berpisah, jagat raya dan manusia bersedih, kemajuan teknologi tak berdaya, ilmu gaib akan bangkit, berbagai agama dan aliran akan muncul merajalela, badai akan merontokkan buah-buah dibawah pohon, untuk berteguh iman mempertahankan Tao harus tahan hinaan, dunia akan kacau bagaikan ekor kuda. Tapi tergantung engkau akan menuju kemana. Tahun ini ting-hai 36 penuh, budi api (lambang Bapak Guru – penerjemah) akan melapor diri kembali ke Surga, pohon telah berbunga tinggal menanti buahnya, sang Guru dan murid akan berpisah ditengah musim rontok (Tiong Chiu).” Dalam wejangan menjelaskan keseluruhan situasi jodoh akhir jaman, serta hasil akhir perjalanan dan riwayat satu generasi Guru Penerang

Lima hari setelah wafatnya Bapak Guru, Ibu Guru memohon petunjuk, Ci Kung Huo Fo hadir di cetya memberikan wejangan: “Makam didirikan di sisi danau Si Hu, dekat Yii Ciao Thang, membelakangi gunung Nan Phing, menghadap ke timur ke gunung Feng Huang, disebelah kiri adalah danau Si Ce, sedangkan gunung disebelah kanan adalah gunung Yii Huang.” Tanggal 15 bulan 9, para murid menyewa sebuah pesawat terbang membawa dan mengantar jenazah Bapak Guru ke Shanghai, esok hari (tanggal 16) dengan mobil khusus diangkut lagi sampai di Hang Cou, Si Hu dikaki gunung Nan Phing kebun Lu Ling dan jenazah diistirahatkan disitu sambil memilih hari baik untuk dimakamkan. Murid-murid beliau yang datang dari berbagai tempat untuk memberi penghormatan terakhir tiada hentinya. Diantara para pendeta Buddha dikelenteng-kelenteng di Hang Cou sejak tanggal 1 bulan 9 ramai tersiar kabar: “Buddha Hidup Ci Kung telah kembali” kelenteng-kelenteng itu dipugar, mereka semua membaca paritta-paritta. Sampai tanggal 16 bulan 9 Pagoda Ci Kung di kelenteng Hu Pao selesai dibangun dan diadakan upacara pembukaan. Umat yang datang untuk memberi penghormatan tiada hentinya. Bapak Guru adalah titisan roh Buddha Hidup Ci Kung yang turun ke dunia, tapi kini telah wafat dan kembali ke Si Hu, Hang Cou.

Setelah Bapak Guru mencapai kesempurnaan, semua tanggung jawab berat penyebaran Tao dipikul Ibu Guru. Pada tahun 1949 Shen Cou berganti pemerintahan, daratan China dikuasai kaum komunis, hubungan beliau dengan para pendahulu yang pergi ke Taiwan terputus. Kemudian berkat pertolongan para pendahulu dari Hongkong, beliau hijrah ke Hongkong. Sampai pada tahun 1954 atas usaha maha sesepuh dan pendahulu lainnya dijemput ke Tai Cung dan tinggal disana. Akhirnya pusat wadah Tao berpindah ke Taiwan. Telah tercipta sebuah babak baru perkembangan Tao, dimana Tao dikembangkan ke seluruh pelosok dunia.

Lampiran:

Bapak Guru kita adalah titisan Buddha Ci Kung, yang dilahirkan pada jaman menjelang runtuhnya dinasti Sung, nama beliau pada waktu itu adalah Li Siu Yen. Pada kelahiran sebelum itu beliau sebagai salah seorang dari 18 lohan yang bernama Pertapa Penakluk Naga, juga disebut Lohan berbaju Ungu. Setelah diingatkan oleh seorang pendeta tinggi di biara Ling Yin, Hang Cou, beliau lalu berpura-pura sinting dan bodoh menyembunyikan sifat aslinya, seperti bunyi kata-kata dari sebuah kitab suci Pusaka Pembina: “Berkelana ke selatan, utara, timur dan barat, wajah asli disembunyikan nama berada diatas, tiga kegaiban tiada yang tahu, semua hanya menertawakan Ci Kung orang dungu.”

Roh Bapak Guru pada tahun 1978 juga pernah memberikan wejangan sebagai berikut: “Orang menertawakan aku sinting, sebetulnya tidak. Aku dinamakan Ci Kung. Aku berkelana keseluruh penjuru, ringan tiada beban, murid-muridku bila meniru aku pura-pura bodoh, engkau adalah Ci Kung kecil, Ci Kung menolong masalah pribadi juga akan menjadi kepentingan umum (Ci Kung mengandung 2 arti: 1. Penolong Publik 2. Penolong Adil)

Beliau juga pernah bertutur:
“Ha ha... ada orang membuat Hikayat Ci Kung, menuturkan aku minum-minuman keras dan makan-makanan dari yang berjiwa, masih beruntung tidak digambarkan Ci Kung beranak istri punya keluarga, itu lebih gawat lagi! Kesalahan ini turun-temurun, sangat menggelikan. Sejak lahir nasibku memang sudah ditentukan, sejak remaja berniat jadi pendeta. Lalu setelah diingatkan oleh pendeta tinggi dari biara Ling Yin, baru aku tahu aku adalah titisan Lohan Berbaju Ungu, karena masa itu adalah dinasti Sung sedang mengalami kesulitan besar, maka aku khusus diutus ke dunia untuk menolong negara, aku menyembunyikan sifat asliku, berpura-pura mabuk dan makan daging, mengingatkan orang-orang yang bodoh dan sesat, merubah situasi yang buruk, tapi belakangan ada orang yang mengatakan Ci Kung juga minum arak dan makan daging, salah pengertian ini terus berlanjut, betul-betul dari kesalahan pengertian yang sedikit menjadi fatal. Di dunia ada kaum padri yang taat pada pantangan dan aturan, maka tidak mungkin ada Lohan yang minum arak makan daging. Aku disebut sebagai Buddha, hal ini harus dapat anda bedakan mana yang benar mana yang tidak, mana yang pualam, mana yang batu biasa. Jangan Salah.”
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Aliran Maitreya
« Reply #841 on: 20 June 2008, 05:57:43 PM »
nyandhana,

 :D Mantap! Ada lagi ga? ;D

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Aliran Maitreya
« Reply #842 on: 20 June 2008, 06:35:22 PM »
lagi nunggu royalti nih dari nyanadhana  :-w :hammer: ;D
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Aliran Maitreya
« Reply #843 on: 22 June 2008, 04:00:40 AM »
Nyana...Bayar royalti lho... :))

Ajaran aliran Maitreya BAIK, tapi BEDA dengan Buddhism..
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Aliran Maitreya
« Reply #844 on: 23 June 2008, 09:27:17 AM »
To Yong Cheng,
heheheh, kamsia yah udah nulis sepanjang itu jadi aku tinggal copy paste hahahahahaha. ^-^ :)) :)) :)) ^:)^ ^:)^

Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Aliran Maitreya
« Reply #845 on: 23 June 2008, 09:33:08 AM »
ternyata ada kong kalikong di sini  ;D

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Aliran Maitreya
« Reply #846 on: 23 June 2008, 09:43:08 AM »
 :whistle:
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Aliran Maitreya
« Reply #847 on: 24 June 2008, 10:36:06 AM »
Banyak kesialan yang menimpa kehidupanku sejak mengikuti aliran maitre
CMIIW.FMIIW.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Aliran Maitreya
« Reply #848 on: 24 June 2008, 10:43:20 AM »
Ceramah tanpa dasar, tanpa pedoman, tanpa ada kitab, banyak kekacauan.
CMIIW.FMIIW.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Aliran Maitreya
« Reply #849 on: 24 June 2008, 10:51:36 AM »
apakah kesialan itu? mohon tidak membaut implikasi negatif agar para anggota tidak berpikir untuk mulai panas2 ria lagi.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Aliran Maitreya
« Reply #850 on: 24 June 2008, 11:45:35 AM »
 [at] atas
hanya yg bodoh akan percaya kalo dia bertobat...

-_-"

 [at] jhonson

cara Hina aliran sesat bukan seperti itu..

selama gk disensor ama Felix..berarti belum valid..:hammer:

;D

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Aliran Maitreya
« Reply #851 on: 24 June 2008, 12:10:09 PM »
Gw sudah jadi korban aliran sesat maitreya. Ancur. Pikiran gw benar2 terkontaminasi oleh racun ajaran sesat maitreya. Otak gw dicuci malah tambah maho. Hanya dhamma sang Buddha lah yg indah diawal, tngah dan akhir. Kalau ceramah aliran maitreya. Kacau diawal, tengah. Dan akhir
CMIIW.FMIIW.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Aliran Maitreya
« Reply #852 on: 24 June 2008, 12:24:15 PM »
anyway, apapun tulisan anda, saya harap tidak membawa dampak negatif di room ini. soal kacau di awal,tengah dan akhir,sebenarnya itu respon anda, saya ga tahu tujuan apa, well consider it be
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Aliran Maitreya
« Reply #853 on: 24 June 2008, 12:26:15 PM »
Wah, jadi barisan sakit hati nih. ;D
Mohon jangan merendahkan aliran Maitreya, sesuai dengan petunjuk yang tersedia.
_/\_
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Aliran Maitreya
« Reply #854 on: 24 June 2008, 12:29:50 PM »
yah betul sesuai kata bro Karuna, aku pikir pikiran kita yang harus lebih bijaksana mencermat, aliran itu sebenarnya hanya caranya yang berbeda dan agak ekstrim, yang kena ya kamunya berarti salah siapa?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

 

anything