//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: BERLINDUNG YANG BENAR...  (Read 4220 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
BERLINDUNG YANG BENAR...
« on: 19 November 2007, 04:02:15 PM »
BERLINDUNG YANG BENAR,
BERLINDUNG YANG BAGAIMANAKAH ?

Ketika seseorang bertemu dengan ajaran yang kita sedang pelajari ini dan mungkin melaksanakannya pada taraf tertentu, kadang kala mereka berharap untuk menjadikan ajaran tersebut sebagai penuntun hidupnya.  Pada saat itu pikiran mereka beralih menjadi seorang pengikut ajaran ini.  Mereka akan menyadari bahwa pelaksanaan ajaran dengan sepenuh hati tidaklah mungkin apabila masih ‘duduk-duduk di bangku’.

Namun kemudian, apakah hal ini bukan pe-label-an terhadap diri sendiri, mengadopsi pandangan, bahkan membatasi seseorang?  Marilah kita meninjau ke dalam penolakan-penolakan ini dulu sebelum kita melangkah kepada pembicaraan lebih lanjut.

Segala sesuatu di dunia ini memiliki label - sebutan, nama.  Nama atau label hanyalah kata-kata yang secara intrinsik maupun ekstrinsik sesungguhnya tidak mengandung bahaya.  Hanya apabila orang-orang menggunakan, mengadopsi untuk membesarkan rasa kepentingan mereka, meningkatkan kesombongan, atau untuk beberapa motivasi tersembunyi misalnya - untuk memperoleh kekuasaan, kekayaan atau prestise - mereka telah menggunakan label tersebut secara salah.  Di dalam label  ajaran yang kita bahas ini tidak mengandung bahaya apapun karena seseorang yang mempraktekkan ajaran ini sungguh-sungguh tidak akan bertengkar dengan mereka yang memiliki kepercayaan berbeda, juga tidak merendahkan penganut kepercayaan yang berbeda tersebut; ia bergembira bahwa ia memiliki beberapa ajaran yang patut dihargai.
Ketika seseorang mengadopsi ajaran ini, ya, ia mengadopsi beberapa pandangan, antara lain, pertama :sebab dan akibat perbuatan; kedua mengerti kenyataan mutlak yang nampak bahwa :
a.   segala sesuatu yang berkondisi (terdiri dari paduan) tidak memuaskan / tidak membahagiakan
b.   segala sesuatu yang tidak memuaskan / tidak membahagiakan ini pasti  memiliki sebab
c.   secara logis karena ada yang tidak memuaskan pasti ada yang memuaskan / kebahagiaan sejati yang dapat direalisasi dengan:
d.   menghancurkan penyebab ketidakbahagiaan melalui cara / jalan / metode yang akan mengarahkan kita untuk merealisasi kebahagiaan sejati

Di dalam menganut suatu ajaran, seseorang umumnya dilibatkan dengan harapan perlindungan, misalnya akan: keselamatan, kekayaan, kesejahteraan, entah dari ruang / bangunan, dari mahluk yang dianggap memiliki kekuatan di luar jangkauan awam, atau dari mahluk yang di-pra-anggap sebagai pencipta / pelindung / pengatur segala sesuatu (termasuk cacat mental / fisik sejak lahir, perbedaan kesejahteraan sejak lahir, perang, pembunuhan, kelaparan, epidemi dan sebagainya).

Perumpamaan cara-cara berlindung
Ada beberapa ilustrasi tentang bagaimana seseorang berlindung di dalam ajaran ini, banyak yang tergolong cara yang ‘bodoh’ dan ada satu cara yang bijaksana, sebagai berikut:
1.   Seseorang berlindung seperti burung beo.  Burung ini cukup pandai dan adaptatif serta dapat me-manage untuk mengulangi kata-kata yang diucapkan manusia - namun mereka tidak memiliki ide apa yang dikatakan oleh manusia itu !  Dengan cara yang sama kita dapat menjumpai penganut ajaran ini hanya mengucapkan kata-kata yang secara umum disebut ‘doa’, namun hanya mengerti tidak lebih seperti seekor burung beo.
2.   Jenis lain cara berlindung adalah dengan cara seperti sapi.  Binatang yang memiliki sedikit intelegensia ini mengikuti pemimpinnya tanpa mengetahui kemana mereka akan pergi, juga, di dalam cara yang sama, beberapa orang mengulang ‘doa’ perlindungan hanya karena pemimpinnya membacakan ‘doa’ tersebut. Seyogyanya janganlah mengajarkan umat untuk menjadi pengikut seperti sapi tersebut; namun mengajarkan ajaran sedemikian sehingga pendengarnya dapat menyelidiki sendiri dan mengetahuinya sendiri, sehingga mereka tidak seperti sapi.
3.   Ibarat keledai adalah ilustrasi lainnya dari cara berlindung yang salah.  Keledai sangat bodoh dan hanya dapat digerakkan dengan hukuman yang berat atau bujukan sebatang wortel.  Demikian pula terjadi pada beberapa orang yang kuat melekat kepada pandangan: mereka hanya dapat digerakkan untuk mengulangi ‘doa’ perlindungan apabila mereka melihat ‘sebatang wortel’ - yaitu beberapa keuntungan baginya, atau ‘sebatang pemukul’ - beberapa hukuman atau kesulitan.  Di dalam ajaran kita ini, ‘batang pemukul’ (ancaman / hukuman)  tak pernah dipergunakan untuk mengkonversi / mengubah pandangan orang lain, juga penggunaan ‘sebatang wortel’ (hadiah / iming-iming) bukan merupakan cara yang baik. Mereka yang membutuhkan ‘batang pemukul’ atau ‘wortel’ dalam mengikuti ajaran / berlindung di dalam suatu ajaran seperti keledai dungu.
4.   Berlindung seperti seekor rusa juga sangat mungkin.  Rusa adalah binatang liar yang penakut yang selalu siaga akan bahaya.  Demikian pula beberapa orang yang karena ketakutan dan didorong oleh ketidak-mengertian menjadi ‘umat ajaran ini.’  Memang benar bahwa dunia ini diancam bahaya dan ketakutan, namun ini bukanlah motivasi yang terbaik untuk berlindung.
5.   Kemudian, terdapat cara berlindung seperti seekor burung gagak.  Dengan matanya yang jalang, burung gagak itu berkeliling selalu dalam pencarian penganan kecil. Apabila berlindung dengan cara ini, maka cara berlindung tersebut dilakukan hanya untuk keuntungan pribadi, dengan kata lain dimotivasi oleh keserakahan.
6.   Seekor kera dapat juga dijadikan ilustrasi. Kera adalah binatang yang hampir tidak pernah tenang, selalu berpindah dan mencari sesuatu yang baru.  Demikian pula apabila seseorang dengan pikiran yang goyah berkata:”Saya berlindung kepada ...”, pikirannya selalu menyimpang ke hal lain dan bahkan ia tidak dapat mengucapkan satu kalimat pun dengan lengkap dan penuh konsentrasi.
7.   Terakhir, berlindung seperti seorang bijaksana.  Metode ini dianjurkan karena motivasinya adalah pengertian yang jelas / benar, bukan kekotoran batin.

Bagaimanakah cara berlindung yang benar ?
•   Berlindung yang benar adalah berlindung tanpa rasa takut akan ancaman (misalnya jika tidak jadi pengikutku kamu akan masuk neraka) juga tanpa tergiur oleh ‘iming-iming / janji (misalnya dengan mengikuti ajaranku kamu pasti masuk surga).
•   Berlindung yang benar adalah berlindung dengan pengertian bahwa semua yang dilakukan dengan sebab yang tidak baik dan tidak benar maka secara alamiah pasti akan menimbulkan reaksi/akibat yang tidak menyenangkan (salah satunya mungkin masuk neraka).
•   Berlindung yang benar adalah berlindung dengan pengertian bahwa semua yang dilakukan dengan sebab yang baik dan benar  pasti akan menimbulkan reaksi/akibat yang baik dan membahagiakan (salah satunya masuk surga).
   
   Kepada siapakah berlindung yang benar ?
•   Berlindung yang benar adalah berlindung kepada guru / nabi pembabar ajaran yang dianutnya bukanlah untuk dilindungi oleh ‘pribadi’ guru atau nabi pembabar pertama ajaran yang dianutnya. Namun seyogyanya  berlindunglah kepada guru / nabi pembabar ajaran yang dianutnya dengan maksud bahwa mereka akan terlindung oleh perbuatannya sendiri yang mencontoh sifat sempurna guru / nabi pembabar ajaran yang dianutnya dalam  hal: kemurah-hatian,  moralitas, tidak melekat pada keduniawian, kebijaksanaan, semangat, kesabaran, kebenaran / kejujuran, tekad yang kuat, cinta kasih tanpa batas, keseimbangan batin,
•   berlindung yang benar adalah berlindung kepada ajaran yang dianutnya bukanlah  berlindung untuk dilindungi oleh ‘materi’ ajaran yang dianutnya. Namun seyogyanya berlindunglah dengan maksud bahwa mereka akan terlindung oleh perbuatannya sendiri dengan melaksanakan secara konsisten ajaran yang dianutnya dengan pengertian benar secara bijaksana dalam rangka mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.
•   Berlindung yang benar adalah berlindung  kepada orang suci dalam ajaran yang dianutnya bukanlah berlindung untuk dilindungi oleh ‘pribadi’ orang suci yang telah berhasil mempraktekkan ajaran yang dianutnya. Namun seyogyanya berlindunglah dengan maksud bahwa mereka akan terlindung oleh perbuatannya sendiri dengan mencontoh usaha orang suci itu dalam melaksanakan ajaran secara konsisten, dengan pengertian dan kebijaksanaan hingga terbebas dari keserakahan, kebencian dan kekotoran batin.

Dengan berlindung seperti ini, diharapkan mereka akan terhindar dari kekecewaan. Di samping itu, mereka menjadi tidak akan pernah mendiskreditkan atau meng- kambing-hitam-kan konsep Tuhan. Mereka justru mendudukkan konsep Tuhan pada proporsi yang sesungguhnya, sebagai Yang Esa dan Suci, konsep yang diagungkan oleh sebagian besar manusia di dunia ini.

Dipetik dari leaflet Pannakatha oleh: Selamat Rodjali

 _/\_  :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

 

anything