//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu  (Read 112604 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #210 on: 20 July 2007, 05:44:52 PM »
Quote
Karena untuk memahami sutra Mahayana Anda memerlukan pemahaman terhadap filosofi Mahayana. Jadi tidak asal mengkritisi begitu saja. Kalau Anda tidak paham filosofi Mahayana kritikan Anda tidak valid. Bagaimana Anda dapat memberikan kritik terhadap fisika kuantum, kalau Anda tidak paham fisika kuantum? Mengkritik memang mudah, tetapi sekarang ini yang perlu kita tanyakan pada diri sendiri: Apakah kritikan kita sudah tepat? Kedua, sutra Mahayana adalah untuk praktik bukan untuk debat intelektual semata.

Sdr. Tan sub forum ini adalah untuk membahas sutta/sutra lepas dari sektarianisme. Kalaupun perlu membahasanya dalam sudut pandangan filosofi Buddhis untuk mencari indikasi logisnya, maka filosofi yang diambil adalah filosofi yang mewakili seluruh sekte, mewakili inti ajaran Buddhisme. Jadi tidak ada yang dirugikan.

So, tidak perlu kita bawa-bawa filosofi khusus Mahayana atau khusus Theravada. Jika harus meng-iyakan, menyetujui apa kata filosofi khusus Mahayana semata, itu namanya bukan studi yang fair. Kalau seperti itu ya di forum Mahayana saja, jadi kita bisa manggut-manggut setuju saja.

Saya jutru heran kepada anda kenapa selalu mengait-kaitkan pembahasan suatu sutra dengan masalah sektarianisme? Jika anda tidak suka ada yang mengkritisi sutra, anda tidak perlu melihatnya, dan jika anda mau berfilosofi ria ala Mahayana, anda bisa berkomentar di forum Mahayana. Gampang kan?


Quote
Pengalaman meditasi, tidak dapat dijadikan bukti akan adanya hantu. Pengalaman meditasi tiap orang beda-beda. Misalnya kalau dalam meditasi saya melihat superman atau Batman. Apakah itu membuktikan kalau superman atau Batman itu ada? Ternyata itu yang Anda anggap sebagai alat non materi. Saya kira suatu alat khusus gitu. :) Jadi sekali lagi, Anda sangat subyektif. Menganggap sesuatu yang tidak sejalan dengan “keyakinan” Anda sebagai logika “sempit.” Padahal sekali lagi “belief” itu di luar logika.

Sdr. Tan, benar bahwa pengalaman meditasi bisa berbeda-beda. Tapi ketika kita membahas “asli” dan “palsu”, kita sepakat bahwa memungkinkan  dan kenapa tidak bahwa dalam spiritualitas “asli” tetap “asli” dan “palsu” tetap “palsu”, jadi inilah indikasi logis bahwa pengalaman meditasi dapat dijadikan bukti bahwa hantu itu ada. Saya tidak meminta bukti dari penggunaan alat materi, tapi andalah yang dengan keras ingin membuktikannya dengan alat materi.

“belief” = keyakinan, sesuatu yang pasti dan perlu bukti, berbeda dengan percaya atau iman (KBBI) , jadi “belief” masuk logika, bukan luar logika.

Quote
Saya tidak tahu, yang pasti kalimat itu dalam terjemahan yang saya miliki ada. Tidak adanya kalimat itu dalam terjemahan yang Anda miliki, bukanlah bukti bahwa terjemahan yang Anda miliki yang paling benar. Jadi pertanyaan saya tetap valid: “Apakah Anda percaya adanya hantu yang disebabkan oleh roh-roh jahat?” Bukti saya adalah tekstual, dalam teks menyatakan demikian. Saya tidak peduli kalau dalam teks terjemahan lain tidak dicantumkan, yang pasti dalam terjemahan yang saya pakai ada dan saya berpatokan pada terjemahan bahasa Inggris yang saya miliki. Lagipula mana mungkin hantu dapat mengkondisikan sakit seseorang? Jelas dari pernyataan Anda, Anda percaya bahwa hantu merupakan penyebab atau setidaknya salah satu penyebab bagi sakitnya seseorang. Kalau Anda menyebut saya berlogika “sempit,” maka saya juga berhak menyebut Anda “irasional.”

Dua orang penerjemah dari saya dan satu penerjemah dari anda. Jelas anda kalah jumlah. Sumber anda saja diragukan, jadi bagaimana saya bisa menjawab pertanyaan anda yang tidak valid? Seperti saya harus menjawab pertanyaan “kenapa bumi itu persegi?”
Agar valid, ada baiknya anda cari bahasa Palinya kemudian terjemahkan, seperti saya berusaha mencari arti kata “zhi” dan “bing”
Bahkan sekarang setelah melihat Ratana Sutta, saya berpikir mungkin saja apa yang kita bahas mengenai kisah dalam Ratana Sutta hanyalah pepesan kosong, tidak pernah terjadi. Dan mengenai Ratana Sutta, baru namanya Case Close. Kalau anda ingin open case silahkan saja, tapi saya tidak ingin menanggapi tanggapan anda karena OT apalagi tidak valid.

Quote
Jadi Anda mengatakan bahwa meditasi Anapanasati “diyakini” (perhatikan saya tulis dalam tanda petik) diajarkan oleh Buddha karena terdapat dalam kanon Pali dan Mahayana? Jelas ini adalah subyektif. Bagaimana jika terdapat ajaran yang terdapat dalam kanon Pali saja, tetapi tidak dalam Mahayana? Apakah Anda masih menganggapnya diajarkan oleh Buddha? Saya yakin Anda akan menjawab “ya.” Karena Anda menganggap bahwa kanon Pali adalah satu-satunya alat untuk mengesahkan “kebenaran.” Perlu saya ulangi lagi, bahwa kami umat Mahayana meyakini semua sutra yang tercantum dalam kanon Mahayana (Taisho Tripitaka) adalah dibabarkan oleh Buddha. Keyakinan ini tidak dapat diotak-atik, terserah Anda hendak menganggap saya “irasional” atau apa. Saya percaya keseluruhan kanon Taisho Tripitaka adalah ajaran Buddha. Titik!
Jadi kriteria Anda di atas sangat subyektif. Anda tidak dapat mengatakan bahwa apa yang diajarkan Buddha harus terdapat dalam dua kanon atau dalam kanon Anda saja. Apa yang HANYA terdapat dalam kanon Mahayana (termasuk metoda mantra) juga kami selaku umat Mahayana yakini sebagai ajaran Buddha. Kalau Anda bersikeras menyatakan bahwa apa yang hanya terdapat dalam kanon Pali sebagai ajaran Buddha, maka saya juga berhak berkeras bahwa apa yang HANYA terdapat dalam kanon Mahayana adalah ajaran Buddha. Kalau Anda mengatakan bahwa apa yang HANYA terdapat dalam kanon Mahayana adalah bukan ajaran Buddha, maka saya juga berhak mengatakan bahwa apa yang HANYA terdapat dalam kanon Pali adalah juga BUKAN ajaran Buddha. Itulah sebabnya saya sebut “case closed.” Tidak ada gunanya diteruskan. Semoga Anda dapat memahami maksud saya ini.

Anda mengatakan “Bagaimana jika terdapat ajaran yang terdapat dalam kanon Pali saja, tetapi tidak dalam Mahayana?”, baru JIKA – kan? Lagipula saya tidak menggunakan 1 indiaksi logis itu semata, dan celakanya anda tidak memperdulikan indikasi logis lainnya yang saya berikan. Yang lainnya adalah mudahnya napas dijadikan obyek meditasi. Setelah itu kita mengkros cek apakah bertentangan tidak dengan ajaran lainnya. Jika ada , perlu diusut kenapa, dst. Studi sutta itu tidak gampang, jadi kita tidak bisa membahasanya dengan emosi dan prasangka yang bukannya memberikan alasan dan indikasi logis sutra yang sedang dibahas malah mempersoalkan sutta lain yang tidak sedang dibahas, sebagai bentuk pembalasan. Jadi itulah kenapa saya katakan anda terlalu terburu-buru menyatakan “case closed.”


Quote
Justru Anda yang salah. Anda tidak paham filosofi Mahayana, maka Anda mengatakan seperti itu. Dalam sutra-sutra Mahayana disebutkan mengenai 84.000 pintu Dharma dalam artian bahwa Buddha mengajarkan banyak metoda untuk mengajar. Tetapi tidak pernah ada dalam sutra Mahayana yang “mendaftar” 84.000 metoda itu satu persatu. Oleh karena itu, pertanyaan Anda merupakan pertanda bahwa Anda tidak paham Mahayana. Baik, coba sampai di sini diresapi dan dipahami terdahulu. Bagaimana saya tahu dan yakin bahwa metode mantra termasuk dalam ke-84.000 itu? Jawabnya sangat sederhana karena termasuk dalam kanon Taisho Tripitaka (jilid ke-18 – 22), yang disebut bagian Tantrayana (Mizhongbu). Ke-84.000 metoda itu sudah dipaparkan dalam keseluruhan sutra-sutra Mahayana. Selain itu, saya hendak jelaskan pula bahwa angka 84.000 itu cuma simbolis. Apakah jumlahnya benar2 84.000? Tidak ada yang tahu dan tidak perlu diketahui. Yang penting kita praktek bukan mendaftarnya satu persatu. Kalau Anda berkeras menganggapnya sebagai angka yang “harafiah,” maka mohon maaf kali ini saya yang mengatakan bahwa “logika” Anda yang “sempit,” Bung!” :))

Sdr. Tan anda sangat mudahnya menyimpulkan bahwa “termasuk dalam kanon Taisho Tripitaka (jilid ke-18 – 22), yang disebut bagian Tantrayana (Mizhongbu)” Tapi anda mengatakan tidak pernah ada dalam sutra Mahayana yang “mendaftar” 84.000 metoda itu satu persatu. Ini tidak valid karena hanya klaiman sepihak (Mahayana).  Ini sama seperti sebuah peraturan mengatakan: 1. guru tidak pernah salah, 2. kalau salah lihat peraturan no.1, dan ternyata yang buat peraturan adalah guru itu sendiri. Sama seperti umat agama K jika ditanya apa bukti tuhan itu ada, mereka HANYA menunjuk kata “tuhan” dalam kitab suci mereka. Please deh ah…

Hanya simbol?? Itu lebih celaka lagi. Simbol mewakili apa, anda belum tahu tapi sudah mengajukannya sebagai alasan bahwa mantra termasuk dalam yang diajarkan oleh Sang Buddha. Bagaimana anda ini ??….

Jadi sorry, nampaknya alasan anda mengatakan saya menggunakan logika sempit hanyalah bagai daun yang berguguran.
Dan sekali lagi saya sampaikan kita bisa dan boleh menggunakan logika sains, logika sempit, tetapi tidak HANYA menggunakannya sebagai logika satu-satunya. Dan penggunaannya juga harus tepat.


Quote
Fakta yang mana? Coba Anda buktikan kalau hantu itu ada. Coba kutipkan pernyataan dari profesor mana yang mengatakan bahwa penyakit itu dipengaruhi hantu atau mengandung faktor dan kondisi hantu? Anda nampak berkeras melogiskan sesuatu yang Anda bela mati-matian. Jadi tidak beda dong dengan orang K. yang berusaha melogiskan kitab suci mereka.

Sdr. Tan, saya tidak membahas hantu ketika saya mengatakan fakta, tetapi mengenai keberadaan faktor dan kondisi dari suatu fenomena yang tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu dalam menulisnya saya memisahkannya dengan alinea yang lain.

GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #211 on: 20 July 2007, 05:45:07 PM »
Quote
Mana bisa gugur? Di terjemahan yang saya punya ada kok. Anda tidak bisa dong secara sepihak mengatakan demikian. Saya juga dapat berkeras pada bukti saya sendiri. Kalimat itu ada. Titik! Jadi saya kira ini tidak ada gunanya diteruskan.

Ya jelas gugur Sdr. Tan, dua orang penerjemah dari saya dan satu penerjemah dari anda. Jelas anda kalah jumlah. Sumber anda saja diragukan. Bagaimana tidak gugur ?:D
Dan saya tidak menjamin bahwa kisah yang berkaitan dalam Ratana Sutta benar-benar ada kisah tersebut, karena ada indikasi bahwa kisah tersebut hanyalah tafsiran dalam kitab-kitab komentar. Walaupun hanya tafsiran, tapi kelogisannya masih ada.

Quote
Jadi pertanyaan saya, apakah logika yang “luas” itu harus menerima sesuatu yang “irasional”? Jika demikian, apakah Anda juga menerima kalau dunia diciptakan dalam enam hari? Mohon dijawab dengan “ya” atau “tidak”? Logika sains jelas adalah sesuatu yang universal dan diterima semua orang. Dalam diskusi jelas tidak bisa Anda memaksakan logika Anda saja, yang Anda sebut “luas” itu. Kalau Anda memaksa ya jadinya seperti debat dengan agama lain. Akhirnya tidak ada titik temu.

Irasional yang bagaimana Sdr. Tan? Kalau kita sudah mengetahui seluk beluk proses suatu fenomena, maka semua menjadi rasional, menjadi logis. Saya tidak mau panjang lebar mengenai hal ini di sini. Bagi anda mungkin ini tidak OT, tapi bagi saya ini sudah terlalu jauh, sorry saya tidak bisa menjelaskannya di topik ini.
Quote
Akhirnya diskusinya muter lagi. Dengan mengatakan di atas Anda sudah menggunakan logika sains, yang Anda sebut sempit itu. Jika demikian halnya, berarti pembacaan Ratana Sutta sebenarnya tidak ada artinya, bukan? Oke deh, sekarang pakai “logika” Anda di atas. Baik deh, gini pertanyaan saya. Kalau hujan tidak turun, dengan hanya dibacakan paritta saja apakah masyarakat Vesali akan terbebas dari penderitaannya? Pertanyaan kedua, kalau hujan turun, tetapi tidak dibacakan paritta, apakah rakyat Vesali akan sembuh?
Mohon dijawab dengan “ya” atau “tidak”? Untuk pertanyaan pertama, jawaban saya adalah TIDAK. Untuk pertanyaan kedua, jawaban saya adalah YA. Tetapi saya tidak memaksa Anda untuk menjawab seperti jawaban saya. Jadi menurut kesimpulan saya, pembacaan paritta itu cuma semacam “show of force” saja.
Mengenai Sutra Penyembuhan Penyakit Kanker, sudah saja jelaskan bahwa Buddha dalam sutra tersebut menjamin bahwa orang yang membacanya akan sembuh: “Mereka tidak akan mengalirkan darah dan nanah lagi. Penderitaan mereka akan dicabut hingga ke akar-akarnya dan penyakit beratnya akan sirna.”. Silakan Anda telaah kembali sutra tersebut. Kami umat Mahayana percaya bahwa sabda seorang Buddha tidak pernah bohong. Itu sudah cukup sebagai indikasi bahwa penderita sembuh, tidak perlu diceritakan lebih jauh. Anda sangat subyektif dengan menyatakan bahwa alur sutra Mahayana harus seperti sutta Pali. Anda tidak punya hak untuk menganggap bahwa Sutta Pali sebagai satu-satunya penentu atau tolok ukur bagi kebenaran. Kami selaku umat Mahayana juga berhak meyakini bahwa sutra kami juga mengandung kebenaran. Jadi argumen Anda bahwa tidak ada “indikasi” kesembuhan dalam sutra Penyembuhan Penyakit Kanker adalah tidak tepat atau tidak valid. Bagi kami sabda seorang Buddha sudah lebih dari sekedar “indikasi.” Apakah Anda sebagai umat Theravada tidak “percaya” pada perkataan seorang Buddha dalam artian menganggap pada sabda seorang Buddha dapat berbohong? Mohon dijawab dengan “ya” atau “tidak.” Terima kasih.

Sdr. Tan saya sampaikan sekali lagi bahwa kita bisa menggunakan logika sains, logika sempit jika diperlukan. Saya hanya mengatakan anda HANYA menggunakan menggunakan logika sains, logika sempit membahas sesuatu yang tidak bisa dipecahkan oleh logika sains, sempit. Kalau kita belajar Biologi apakah kita akan meningggalkan matematika sama sekali? Tidak, karena matematika bisa digunakan untuk menghitung berapa jumlah kaki bebek. Tapi ketika kita menentukan warna daun apa kita perlu matematika? Tidak. Dan di lain kasus lagi kita memerlukan dua-duanya. Ini lah perumpamaan mengenai logika luas.

Masalah sektarian saya pikir, tidak perlu saya tanggapi. Cukup anda saja yang memusingkan hal itu.

Quote
Sudah saya ulas di atas. Kalau HANYA memercikkan air yang sudah dibacakan paritta tanpa ada faktor lain, apakah rakyat Vesali akan sembuh? Mohon dijawab dengan “ya” atau “tidak”.


Quote
Tetapi Anda perlu ingat. Sutra Mahayana tidak hanya itu saja. Masih banyak sutra lain. Kalau sutra Mahayana hanya Sutra Penyembuh Penyakit Berat, maka pendapat Anda saya terima. Tetapi ingat bahwa Buddha juga mengajarkan sutra-sutra Mahayana lainnya. Berarti argumen Anda bahwa Buddha hanya mengajarkan mantra tidaklah tepat. Sutra-sutra Mahayana harus dipandang sebagai satu kesatuan. Tidaklah bijaksana menyatakan bahwa seekor zebra berwarna putih hanya karena Anda melihat warna putihnya saja. Tidaklah pula bijaksana menyatakan bahwa seekor zebra berwarna hitam hanya karena Anda melihat warna “hitam”nya saja.

Hanya satu yang bisa saya sampaikan, yaitu anda perlu menunjukkan adanya indikasi logis bahwa mantra adalah tekhnik yang digunakan oleh Sang Buddha. Alasan anda mengenai 84.000 masih meragukan.


Quote
Logika mungkin tidak sama dengan sains. Tetapi yang pasti logika dan sains tidak mengajarkan kita untuk berpikir “irasional.”

Rational = based on or in accordance with reason or logic (Oxford Dictionary)
Case close!


Karena masalahnya melebar dan tidak fokus lagi pada sutra penyembuh kanker, maka ini terakhir kalinya saya menanggapi masalah yang berkaitan dengan logika. Thanks  |-)
« Last Edit: 20 July 2007, 05:52:58 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #212 on: 20 July 2007, 05:49:57 PM »
bung kelana, setahu saya memang agama Buddha tidak semuanya bisa di logika, coba tolong anda logika, bagaimana logikanya seorang yang memberikan segelas susu hangat ke petapa kurus bisa naik ke surga? logikanya dimana sih?

kalau anda juga masih berpikir agama Buddha itu penuh logika, maka pertanyaan yang paling gampang:
1. Siapa supplier energy di neraka dan siapa supplier emas, berlian di alam dewa? kalau neraka dan alam dewa cuma di alam pikiran, maka sudah selayaknya sutra-sutra direvisi, karena menyesatkan !!!!

2. Di alam petta digambarkan, makhluk2 memiliki tenggorokan yang selebar jarum saja, coba dipikirkan: kalau lehernya cuma selebar jarum, tentu tidak akan kuat untuk menyangga kepala, dan makhluk itu pasti mati. tolong sutra-sutra tentang makhluk di alam petta di revisi, karena TAKHAYUL !!!

Sorry Sdr. Dharmakara, saya rasa saya tidak perlu menjelaskannya panjang lebar lagi, anda baca saja apa yang saya sampaikan ke Sdr. Tan. 8)
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #213 on: 20 July 2007, 10:01:21 PM »
KELANA:

Sdr. Tan, saya tidak pernah mengatakan bahwa  orang yang “tidak menerima logika” saya sebagai orang yang “logika standar” atau “sempit, tetapi saya mengatakan orang yang HANYA menggunakan alat pembanding materi saja maka ia adalah menggunakan logika sains, logika sempit. Dan di sini anda mengakuinya secara tidak sadar, lagi dan lagi mengakuinya dengan mengatakan hantu belum bisa dibuktikan secara sains. Sekali lagi saya sampaikan anda menggunakan logika sains, logika sempit. Jika anda tidak ingin dikatakan bahwa anda hanya menggunakan logika sempit, logika sains semata, maka buktikanlah bahwa anda bisa berlogika diluar dari logika standar itu, bukan justru malah tetap membahas hantu yang tidak bisa di buktikan secara sains (logika standar). Mudah kan. ?

TAN:

Saya kira ini permainan kata-kata. Tetapi pada kenyataannya Anda memegang logika yang “TIDAK HANYA menggunakan alat pembanding materi saja” bukan? Anda menganggap bahwa logika yang tidak seperti itu adalah “logika sempit.” Jadi kesimpulannya, orang yang tidak menganut logika yang “TIDAK HANYA menggunakan alat pembanding materi saja,” adalah penganut logika sempit, bukannya begitu. Oleh karena itu, sama saja dengan mengatakan bahwa orang yang tidak menerima logika Anda sebagai orang yang berlogika “sempit.” Lagipula definisi logika standar dan tidak standar itu dari Anda sendiri, bukan? Satu pertanyaan lagi. Apakah Anda sudah melihat sendiri hantu? Ataukah cuma dari Sutta2/ buku Buddhis saja lalu Anda menerima keberadaan hantu dan mengatakan bahwa orang yang tidak meyakininya hanya ber”logika sempit” alias “standar”?

***

KELANA:

Nah, ini dia, jangan-jangan anda tidak mengetahui bahwa logika itu bukan hanya semata-mata membandingkan sesuatu dengan yang bermateri.
Ya silahkan saja jika umat K itu mengatakan saya memiliki logika sempit karena tidak percaya pada tuhan mereka, tapi apa dasarnya? Saya tidak percaya kepada tuhan mereka karena tidak ada indikasi-indikasi logis ke arah keberadaannya. Kemudian saya justru akan bertanya balik, apa indikasi logisnya bahwa tuhan mereka itu ada? Silahkan mereka memaparkannya, setelah itu mari kita uji. Dan kemudian saya bisa memaparkan salah satu indikasi logis dimana keberadaan tuhan mereka itu tidak ada, yaitu adanya kejahatan. Kejahatan bukanlah suatu materi loh dan sains tidak mengurusi mengenai kejahatan, tetapi kejahatan itu jelas ada.

TAN:

Mereka akan balik bertanya, paparkan juga indikasi logis adanya hantu dan dewa. Akhirnya semua akan balik ke “belief” tadi. Masing-masing agama mempunyai suatu sistim belief yang “diyakini”nya. Itulah yang menjadi kerangka penentu “logis” dan “tidak logisnya” sesuatu. Jadi hal dalam tataran “belief,” apa yang “logis” dan “tidak logis” itu menjadi subyektif. Begitu pula konsep adanya hantu dan dewa dalam agama Buddha. Itu hanyalah “belief” semata. Mungkin tidak ada yang dapat membantah keberadaan hantu dan dewa, tetapi sesuatu yang tidak dapat dibantah keberadaannya bukanlah indikasi bahwa sesuatu itu ADA. Sebagai contoh, adalah monster Loch Ness. Kejahatan itu memang ada, tetapi ia adalah hasil definisi bentukan manusia. Tanpa ada definisi mengenai kejahatan, kejahatan itu tidak ada. Definisi kejahatan juga berbeda antara seorang dengan yang lain dan juga antar agama. Contoh lain adalah batas negara. Batas negara itu ADA karena definisi, kalau Anda memandang bumi dari antariksa, maka di daratan Anda tidak akan melihat garis-garis batas negara tersebut. Jadi batas negara itu dapat pula dikatakan TIDAK ADA.

***

KELANA:

Sdr. Tan sub forum ini adalah untuk membahas sutta/sutra lepas dari sektarianisme. Kalaupun perlu membahasanya dalam sudut pandangan filosofi Buddhis untuk mencari indikasi logisnya, maka filosofi yang diambil adalah filosofi yang mewakili seluruh sekte, mewakili inti ajaran Buddhisme. Jadi tidak ada yang dirugikan.

So, tidak perlu kita bawa-bawa filosofi khusus Mahayana atau khusus Theravada. Jika harus meng-iyakan, menyetujui apa kata filosofi khusus Mahayana semata, itu namanya bukan studi yang fair. Kalau seperti itu ya di forum Mahayana saja, jadi kita bisa manggut-manggut setuju saja.

Saya jutru heran kepada anda kenapa selalu mengait-kaitkan pembahasan suatu sutra dengan masalah sektarianisme? Jika anda tidak suka ada yang mengkritisi sutra, anda tidak perlu melihatnya, dan jika anda mau berfilosofi ria ala Mahayana, anda bisa berkomentar di forum Mahayana. Gampang kan?

TAN:

Masalahnya itu tidak mungkin. Orang yang sakit jantung tidak cukup hanya ke dokter umum, dia harus ke spesialis jantung. Jadi tidak cukup melihat suatu sutra dengan filosofi Buddhis umum, apalagi Sutra Mahayana. Namanya juga sutra Mahayana, ya harus dilihat dari kacamata Mahayana. Tapi kalau Anda masih ngeyel dengan sudut pandang Anda, ya silakan saja.

***
KELANA:

Sdr. Tan, benar bahwa pengalaman meditasi bisa berbeda-beda. Tapi ketika kita membahas “asli” dan “palsu”, kita sepakat bahwa memungkinkan  dan kenapa tidak bahwa dalam spiritualitas “asli” tetap “asli” dan “palsu” tetap “palsu”, jadi inilah indikasi logis bahwa pengalaman meditasi dapat dijadikan bukti bahwa hantu itu ada. Saya tidak meminta bukti dari penggunaan alat materi, tapi andalah yang dengan keras ingin membuktikannya dengan alat materi.

“belief” = keyakinan, sesuatu yang pasti dan perlu bukti, berbeda dengan percaya atau iman (KBBI) , jadi “belief” masuk logika, bukan luar logika.

TAN:

Kalau begitu Anda buktikan secara logis, bagaimana meditasi dapat menjadi alat sahih untuk membuktikan keberadaan hantu? Apakah Anda sudah membuktikan sendiri dengan meditasi bahwa hantu dan alam dewa itu ada? Ataukah Anda hanya mendapatkannya dari buku-buku Buddhis semata? Ataukah itu hanya kesimpulan Anda sendiri?
Kalau Anda belum membuktikan sendiri, jelas Anda sudah berkeyakinan membuta pada meditasi.

***

KELANA:

Dua orang penerjemah dari saya dan satu penerjemah dari anda. Jelas anda kalah jumlah. Sumber anda saja diragukan, jadi bagaimana saya bisa menjawab pertanyaan anda yang tidak valid? Seperti saya harus menjawab pertanyaan “kenapa bumi itu persegi?”
Agar valid, ada baiknya anda cari bahasa Palinya kemudian terjemahkan, seperti saya berusaha mencari arti kata “zhi” dan “bing”
Bahkan sekarang setelah melihat Ratana Sutta, saya berpikir mungkin saja apa yang kita bahas mengenai kisah dalam Ratana Sutta hanyalah pepesan kosong, tidak pernah terjadi. Dan mengenai Ratana Sutta, baru namanya Case Close. Kalau anda ingin open case silahkan saja, tapi saya tidak ingin menanggapi tanggapan anda karena OT apalagi tidak valid.

TAN:

Jumlah tidak menentukan salah dan benarnya sesuatu. Dulu semua orang percaya bumi datar, dan hanya Galileo yang tidak, tetapi toh dunia tidak berubah menjadi datar. Mengenai zhibing sudah dijelaskan, bukan? Anda ragu terhadap sumber saya, karena tidak mendukung pandangan anda. Tetapi sekali lagi, saya tetap berkeyakinan bahwa jumlah bukanlah alasan untuk menentukan benar dan salahnya sesuatu.
Baik, jadi kita anggap kisah dalam Ratana Sutta tidak pernah terjadi?

***

KELANA:

Anda mengatakan “Bagaimana jika terdapat ajaran yang terdapat dalam kanon Pali saja, tetapi tidak dalam Mahayana?”, baru JIKA – kan? Lagipula saya tidak menggunakan 1 indiaksi logis itu semata, dan celakanya anda tidak memperdulikan indikasi logis lainnya yang saya berikan. Yang lainnya adalah mudahnya napas dijadikan obyek meditasi. Setelah itu kita mengkros cek apakah bertentangan tidak dengan ajaran lainnya. Jika ada , perlu diusut kenapa, dst. Studi sutta itu tidak gampang, jadi kita tidak bisa membahasanya dengan emosi dan prasangka yang bukannya memberikan alasan dan indikasi logis sutra yang sedang dibahas malah mempersoalkan sutta lain yang tidak sedang dibahas, sebagai bentuk pembalasan. Jadi itulah kenapa saya katakan anda terlalu terburu-buru menyatakan “case closed.”

TAN:

Jadi kalau hanya ada di kanon Pali saja, apakah Anda menganggapnya ajaran Buddha? Sudah saja jelaskan mudah dan susah itu subyektif. Bagi Anda mudah, belum tentu bagi orang lain juga mudah. Jadi kriteria Anda tidak universal. Lho khan saya sudah memberikan indikasi logis Sutra yang sedang dibahas dengan membandingkannya dengan Sutta. Lagipula, khan saya sudah bilang, kalau Anda tidak mau memahami filosofi Mahayana ya sampai kapanpun menurut Anda tidak “logis.”

***

KELANA:

Sdr. Tan anda sangat mudahnya menyimpulkan bahwa “termasuk dalam kanon Taisho Tripitaka (jilid ke-18 – 22), yang disebut bagian Tantrayana (Mizhongbu)” Tapi anda mengatakan tidak pernah ada dalam sutra Mahayana yang “mendaftar” 84.000 metoda itu satu persatu. Ini tidak valid karena hanya klaiman sepihak (Mahayana).  Ini sama seperti sebuah peraturan mengatakan: 1. guru tidak pernah salah, 2. kalau salah lihat peraturan no.1, dan ternyata yang buat peraturan adalah guru itu sendiri. Sama seperti umat agama K jika ditanya apa bukti tuhan itu ada, mereka HANYA menunjuk kata “tuhan” dalam kitab suci mereka. Please deh ah…

Hanya simbol?? Itu lebih celaka lagi. Simbol mewakili apa, anda belum tahu tapi sudah mengajukannya sebagai alasan bahwa mantra termasuk dalam yang diajarkan oleh Sang Buddha. Bagaimana anda ini ??….

Jadi sorry, nampaknya alasan anda mengatakan saya menggunakan logika sempit hanyalah bagai daun yang berguguran.
Dan sekali lagi saya sampaikan kita bisa dan boleh menggunakan logika sains, logika sempit, tetapi tidak HANYA menggunakannya sebagai logika satu-satunya. Dan penggunaannya juga harus tepat.

TAN:

Pendapat Anda bahwa Mantra BUKAN masuk dalam salah satu di antara 84.000 metoda itu juga tidak valid karena hanya klaiman sepihak (Theravada) saja. Bukannya umat K. itu juga seperti Anda ketika ditanya bukti mengenai hantu dan dewa, yang HANYA menunjuk pada meditasi semata? Pertanyaannya apakah Anda sudah membuktikan sendiri melalui meditasi bahwa hantu dan dewa itu ada? Kalau iya silakan disharing di sini. Apakah hanya Anda dapat dari buku saja dan menganggap bahwa orang yang tidak meyakininya, sempit logikanya? Inilah yang perlu dibedakan pengetahuan dari buku atau pengalaman langsung.

Selain itu dalam Theravada juga ada meditasi mengulang kata “Buddho.” Bukankah itu juga semacam mantra?

***

KELANA:

Ya jelas gugur Sdr. Tan, dua orang penerjemah dari saya dan satu penerjemah dari anda. Jelas anda kalah jumlah. Sumber anda saja diragukan. Bagaimana tidak gugur ?
Dan saya tidak menjamin bahwa kisah yang berkaitan dalam Ratana Sutta benar-benar ada kisah tersebut, karena ada indikasi bahwa kisah tersebut hanyalah tafsiran dalam kitab-kitab komentar. Walaupun hanya tafsiran, tapi kelogisannya masih ada.

TAN:

Komentar (Tika) khan juga dijunjung dalam tradisi Theravada, bukan? Lalu apakah penyakit disebabkan oleh hantu itu logis? Terbukti adanya kalimat bahwa setelah hantunya dieksorsis, maka penyakitnya hilang. Jika demikian apakah Tika perlu direvisi. Saya jelas menolak mentah-mentah kalau penyakit disebabkan hantu. Selain itu, kisah tersebut pasti ada sumbernya dari tradisi Pali sendiri, bukan? Apakah menurut Anda itu hanya karangan para bhikkhu awal?

***

KELANA:

Irasional yang bagaimana Sdr. Tan? Kalau kita sudah mengetahui seluk beluk proses suatu fenomena, maka semua menjadi rasional, menjadi logis. Saya tidak mau panjang lebar mengenai hal ini di sini. Bagi anda mungkin ini tidak OT, tapi bagi saya ini sudah terlalu jauh, sorry saya tidak bisa menjelaskannya di topik ini.

TAN:

Kembali ke keberadaan hantu dan dewa. Bagi sebagian orang itu adalah irasional, tetapi Anda menyatakan bahwa orang yang meyakininya sebagai penganut logika sempit. Kalau begitu bagaimana proses dan seluk beluk terjadinya hantu dan dewa? Silakan dishare di sini agar sesuatunya menjadi rasional.

***

KELANA:

Sdr. Tan saya sampaikan sekali lagi bahwa kita bisa menggunakan logika sains, logika sempit jika diperlukan. Saya hanya mengatakan anda HANYA menggunakan menggunakan logika sains, logika sempit membahas sesuatu yang tidak bisa dipecahkan oleh logika sains, sempit. Kalau kita belajar Biologi apakah kita akan meningggalkan matematika sama sekali? Tidak, karena matematika bisa digunakan untuk menghitung berapa jumlah kaki bebek. Tapi ketika kita menentukan warna daun apa kita perlu matematika? Tidak. Dan di lain kasus lagi kita memerlukan dua-duanya. Ini lah perumpamaan mengenai logika luas.

Masalah sektarian saya pikir, tidak perlu saya tanggapi. Cukup anda saja yang memusingkan hal itu.

TAN:

Ingat bahwa logika sains tidak hanya terbatas pada matematika saja. Warna daun kita tahu dari pengamatan, dimana hal ini merupakan landasan bagi sains. Kini apakah Anda sanggup mengatakan pada saya, apakah warna dewa atau hantu itu?

***

KELANA:

Hanya satu yang bisa saya sampaikan, yaitu anda perlu menunjukkan adanya indikasi logis bahwa mantra adalah tekhnik yang digunakan oleh Sang Buddha. Alasan anda mengenai 84.000 masih meragukan.

TAN:

Saya sudah tunjukkan. Hanya itu yang dapat saya sampaikan pada Anda. Saya tidak masalah bila Anda masih meragukan. Semua orang punya hal untuk menentukan apa yang mereka yakini. Bukan tujuan saya untuk membuat Anda percaya. Tetapi bagaimana dengan meditasi pada kata “Buddho.”

***

KELANA:

Rational = based on or in accordance with reason or logic (Oxford Dictionary)
Case close!


Karena masalahnya melebar dan tidak fokus lagi pada sutra penyembuh kanker, maka ini terakhir kalinya saya menanggapi masalah yang berkaitan dengan logika. Thanks   

TAN:

Kalau begitu bagaimana keberadaan hantu atau dewa dapat dikatakan “in accordance with reason or logic”?

Metta,


Tan

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #214 on: 25 July 2007, 04:43:04 PM »
 [at] TAn
pake QUOTE...item putih gitu bingung liatneeeee

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #215 on: 25 July 2007, 08:09:59 PM »
 [at] KELANA
hehehe.. saya ini orang baru belajar buddha nih.. tolong dijelaskan secara rasional bahwa nibbana itu ada? MANA BUKTINYA??????  kamu baca dari sutta saja atau denger dari temen-temen kamu sih? atau denger dari seorang guru saja? cara membuktikannya gimana?

tolong juga dijelaskan secara rasional bagaimana proses hukum karma yang terjadi dari seseorang yang hobi berdana koq bisa jadi orang kaya...???
terus konon kabarnya sang Buddha pernah mengeluarkan api dan air dari tubuhnya... itu pake alat apa ya? Sang Buddha juga pernah terbang melayang, itu pake rasional sebelah mana ya..?

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #216 on: 26 July 2007, 12:51:49 PM »
sdr Kelana, kalau anda tidak bisa menjawab mana buktinya secara logis dan rasional siapa supplier emas,berlian, permata di alam dewa , kenapa kalau lehernya makhluk alam petta cuma selebar jarum dan tidak patah, lalu tolong jelaskan juga siapa supplier energy panas yang ada di alam neraka, maka seluruh argumen anda bahwa agama Buddha semuanya rasional dan logis gugur !!!


Ya jelas gugur Sdr. Tan, dua orang penerjemah dari saya dan satu penerjemah dari anda. Jelas anda kalah jumlah. Sumber anda saja diragukan. Bagaimana tidak gugur ?:D
Dan saya tidak menjamin bahwa kisah yang berkaitan dalam Ratana Sutta benar-benar ada kisah tersebut, karena ada indikasi bahwa kisah tersebut hanyalah tafsiran dalam kitab-kitab komentar. Walaupun hanya tafsiran, tapi kelogisannya masih ada.

Irasional yang bagaimana Sdr. Tan? Kalau kita sudah mengetahui seluk beluk proses suatu fenomena, maka semua menjadi rasional, menjadi logis. Saya tidak mau panjang lebar mengenai hal ini di sini. Bagi anda mungkin ini tidak OT, tapi bagi saya ini sudah terlalu jauh, sorry saya tidak bisa menjelaskannya di topik ini.
Sdr. Tan saya sampaikan sekali lagi bahwa kita bisa menggunakan logika sains, logika sempit jika diperlukan. Saya hanya mengatakan anda HANYA menggunakan menggunakan logika sains, logika sempit membahas sesuatu yang tidak bisa dipecahkan oleh logika sains, sempit. Kalau kita belajar Biologi apakah kita akan meningggalkan matematika sama sekali? Tidak, karena matematika bisa digunakan untuk menghitung berapa jumlah kaki bebek. Tapi ketika kita menentukan warna daun apa kita perlu matematika? Tidak. Dan di lain kasus lagi kita memerlukan dua-duanya. Ini lah perumpamaan mengenai logika luas.

Masalah sektarian saya pikir, tidak perlu saya tanggapi. Cukup anda saja yang memusingkan hal itu.

Hanya satu yang bisa saya sampaikan, yaitu anda perlu menunjukkan adanya indikasi logis bahwa mantra adalah tekhnik yang digunakan oleh Sang Buddha. Alasan anda mengenai 84.000 masih meragukan.

Rational = based on or in accordance with reason or logic (Oxford Dictionary)
Case close!


Karena masalahnya melebar dan tidak fokus lagi pada sutra penyembuh kanker, maka ini terakhir kalinya saya menanggapi masalah yang berkaitan dengan logika. Thanks  |-)

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #217 on: 02 August 2007, 04:21:29 PM »
[at] KELANA
hehehe.. saya ini orang baru belajar buddha nih.. tolong dijelaskan secara rasional bahwa nibbana itu ada? MANA BUKTINYA??????  kamu baca dari sutta saja atau denger dari temen-temen kamu sih? atau denger dari seorang guru saja? cara membuktikannya gimana?

tolong juga dijelaskan secara rasional bagaimana proses hukum karma yang terjadi dari seseorang yang hobi berdana koq bisa jadi orang kaya...???
terus konon kabarnya sang Buddha pernah mengeluarkan api dan air dari tubuhnya... itu pake alat apa ya? Sang Buddha juga pernah terbang melayang, itu pake rasional sebelah mana ya..?

kalo pnya pikiran sempit gitu...yg rasional juga jade gk rasional...

Nibbana itu khan hilangnya Lobha, Dosa dan Moha..kenapa tidak mungkin? Nibbana itu gk ada..karena itu bukan tempat..Nibbana itu gk bisa dipegang, gk bisa disentuh, hanya bisa dirasakan...apakah loe bisa buktikan kebahagiaan itu ada? apakah loe bisa buktikan kalo kebahagiaan itu gk ada?

Berdana Uang bisa kaya lar...misalne si A kasi uang ke B..karena kasian ama B..si B membalas dengan memberi uang ke yg membutuhkan..in this case misalne si C..nah si C mengajarkan sifat berdana kepada anakne D..dan si D banyak membantu dan berbuat baek..lalu si D bertemu dengan si A dan si D membantu si A..

kira2 begitulah proses karma..ngerti?

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #218 on: 02 August 2007, 04:23:45 PM »
sdr Kelana, kalau anda tidak bisa menjawab mana buktinya secara logis dan rasional siapa supplier emas,berlian, permata di alam dewa , kenapa kalau lehernya makhluk alam petta cuma selebar jarum dan tidak patah, lalu tolong jelaskan juga siapa supplier energy panas yang ada di alam neraka, maka seluruh argumen anda bahwa agama Buddha semuanya rasional dan logis gugur !!!


Ya jelas gugur Sdr. Tan, dua orang penerjemah dari saya dan satu penerjemah dari anda. Jelas anda kalah jumlah. Sumber anda saja diragukan. Bagaimana tidak gugur ?:D
Dan saya tidak menjamin bahwa kisah yang berkaitan dalam Ratana Sutta benar-benar ada kisah tersebut, karena ada indikasi bahwa kisah tersebut hanyalah tafsiran dalam kitab-kitab komentar. Walaupun hanya tafsiran, tapi kelogisannya masih ada.

Irasional yang bagaimana Sdr. Tan? Kalau kita sudah mengetahui seluk beluk proses suatu fenomena, maka semua menjadi rasional, menjadi logis. Saya tidak mau panjang lebar mengenai hal ini di sini. Bagi anda mungkin ini tidak OT, tapi bagi saya ini sudah terlalu jauh, sorry saya tidak bisa menjelaskannya di topik ini.
Sdr. Tan saya sampaikan sekali lagi bahwa kita bisa menggunakan logika sains, logika sempit jika diperlukan. Saya hanya mengatakan anda HANYA menggunakan menggunakan logika sains, logika sempit membahas sesuatu yang tidak bisa dipecahkan oleh logika sains, sempit. Kalau kita belajar Biologi apakah kita akan meningggalkan matematika sama sekali? Tidak, karena matematika bisa digunakan untuk menghitung berapa jumlah kaki bebek. Tapi ketika kita menentukan warna daun apa kita perlu matematika? Tidak. Dan di lain kasus lagi kita memerlukan dua-duanya. Ini lah perumpamaan mengenai logika luas.

Masalah sektarian saya pikir, tidak perlu saya tanggapi. Cukup anda saja yang memusingkan hal itu.

Hanya satu yang bisa saya sampaikan, yaitu anda perlu menunjukkan adanya indikasi logis bahwa mantra adalah tekhnik yang digunakan oleh Sang Buddha. Alasan anda mengenai 84.000 masih meragukan.

Rational = based on or in accordance with reason or logic (Oxford Dictionary)
Case close!


Karena masalahnya melebar dan tidak fokus lagi pada sutra penyembuh kanker, maka ini terakhir kalinya saya menanggapi masalah yang berkaitan dengan logika. Thanks  |-)
DEWA ITU ADA..dan dia orang bisa menciptakan barang2 dia orang sesuka hati dia orang! ngerti? dulu sebelum "sel" ditemukan..sapa seh yg percaya kalo 'Sel' itu ada? ini 1 lage bukti kalo science itu masih kurang maju..

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #219 on: 02 August 2007, 04:58:09 PM »
iya2.. baca mantra juga belum ditemukan oleh sciencetist koq keampuhannya, walaupun ternyata bisa menyembuhkan...  tuh buktinya science itu kurang maju...


DEWA ITU ADA..dan dia orang bisa menciptakan barang2 dia orang sesuka hati dia orang! ngerti? dulu sebelum "sel" ditemukan..sapa seh yg percaya kalo 'Sel' itu ada? ini 1 lage bukti kalo science itu masih kurang maju..

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #220 on: 02 August 2007, 05:00:44 PM »
kalau begitu anda juga setuju kalau orang yang tidak menyetujui baca mantra termasuk pikiran sempit, dan tidak rasional dong


kalo pnya pikiran sempit gitu...yg rasional juga jade gk rasional...

Nibbana itu khan hilangnya Lobha, Dosa dan Moha..kenapa tidak mungkin? Nibbana itu gk ada..karena itu bukan tempat..Nibbana itu gk bisa dipegang, gk bisa disentuh, hanya bisa dirasakan...apakah loe bisa buktikan kebahagiaan itu ada? apakah loe bisa buktikan kalo kebahagiaan itu gk ada?

Berdana Uang bisa kaya lar...misalne si A kasi uang ke B..karena kasian ama B..si B membalas dengan memberi uang ke yg membutuhkan..in this case misalne si C..nah si C mengajarkan sifat berdana kepada anakne D..dan si D banyak membantu dan berbuat baek..lalu si D bertemu dengan si A dan si D membantu si A..

kira2 begitulah proses karma..ngerti?

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #221 on: 02 August 2007, 05:02:27 PM »
tolong juga jelaskan bagaimana hukm karma hugh hefner, yang hobi memfoto bugil wanita2 cantik, koq bisa kaya raya? karma baik apa yang dibuat hugh hefner?

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #222 on: 02 August 2007, 05:10:43 PM »
kalau begitu anda juga setuju kalau orang yang tidak menyetujui baca mantra termasuk pikiran sempit, dan tidak rasional dong


kalo pnya pikiran sempit gitu...yg rasional juga jade gk rasional...

Nibbana itu khan hilangnya Lobha, Dosa dan Moha..kenapa tidak mungkin? Nibbana itu gk ada..karena itu bukan tempat..Nibbana itu gk bisa dipegang, gk bisa disentuh, hanya bisa dirasakan...apakah loe bisa buktikan kebahagiaan itu ada? apakah loe bisa buktikan kalo kebahagiaan itu gk ada?

Berdana Uang bisa kaya lar...misalne si A kasi uang ke B..karena kasian ama B..si B membalas dengan memberi uang ke yg membutuhkan..in this case misalne si C..nah si C mengajarkan sifat berdana kepada anakne D..dan si D banyak membantu dan berbuat baek..lalu si D bertemu dengan si A dan si D membantu si A..

kira2 begitulah proses karma..ngerti?
kenapa orang yg tidak menyetujui baca mantra itu berpikiran sempit? kasi gw alasanne..


Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #223 on: 02 August 2007, 05:11:33 PM »
tolong juga jelaskan bagaimana hukm karma hugh hefner, yang hobi memfoto bugil wanita2 cantik, koq bisa kaya raya? karma baik apa yang dibuat hugh hefner?
pernah denger Kamma masa lalu? kalo gk pernah yah uwes..kalo pernah...!! "jangan nanya kalo dah tao!!"

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Re: Buku "mantra penyembuh kanker" oleh Master Lu
« Reply #224 on: 02 August 2007, 11:13:47 PM »
tolong juga jelaskan bagaimana hukm karma hugh hefner, yang hobi memfoto bugil wanita2 cantik, koq bisa kaya raya? karma baik apa yang dibuat hugh hefner?
pernah denger Kamma masa lalu? kalo gk pernah yah uwes..kalo pernah...!! "jangan nanya kalo dah tao!!"

jawaban singkat, padat dan tepat, memang seharusnya begitu untuk orang lulusan SLB... jd ya kudu ngikut pola pikirnya... jempol dah buat el sol * duh ga ada icon jempol sih  ^-^ *

 

anything