//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara? - Mohon bantuan tanggapannya  (Read 42303 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

apa kesamaan J Krishnamurti,Lu sheng Yen,Sai Baba dan manusia2 yang mengklaim dirinya super power?ada satu kesamaan yaitu tidak bisa menghindari sex

kenapa tbsn tidka masuk dalam tantrayana karena root gurunya tidak jelas,lu sheng yen mngklaim dirinya sebagai root guru langsung.sedangkan vajrayana bisa ditrace.tantrayana lu sheng yen lebih bersifat mistikal bandingkan dengan seluruh aliran vajrayana yang masih mengikuti vinaya,dharma,sastra,abhidharma.semua tersimpan rapi.apakah referensi lsy?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Virya:

maksudnya pemikiran kita .... sedikit-banyak terpengaruh agama tetangga 
karna kita hidup ditengah-tengah mayoritas yg punya ideologi yg demikian .....
mungkin .... kita tak akan bisa menemukan ada larangan ato anjuran dalam Tipitaka
Pancasila Buddhis saja .... bukanlah larangan ato anjuran, tapi berlatih diri yg manfaatnya utk diri sendiri

TAN:

Saya kurang setuju. Bagi saya diskusi2 seperti ini penting. Kalau memang benar hanya berlatih untuk diri sendiri yang ada manfaatnya. Apakah posting di DC juga termasuk melatih untuk diri sendiri? Jika tidak, Anda telah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Jika ya, pertanyaan saya sangat bermanfaat untuk didiskusikan.

Salam hormat,

Tan

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] Nyanadhana:

kadang dibutuhkan kebijaksanaan tidak hanya sekedar bergantung pada Tipitaka  krn kalo mau mencari referensi yang cuman segelintir doank lebih baik mencari informasi yang mebawa anda pada pencerahan batin.

TAN:

Ini bahaya. Kalau kebijaksanaan Anda sudah melebihi Sang Buddha saya mafhum dengan tanggapan Anda di atas. Namun bila belum, bagaimana mungkin Anda yakin "kebijaksanaan" Anda benar-benar "bijaksana"? Apakah dengan demikian menurut Anda Tipitaka dan Tripitaka tidak diperlukan lagi? Kalau Anda menganggap bahwa Tripitaka dan Tipitaka tidak diperlukan lagi berarti pandangan kita beda.

SAlam hormat,

Tan

maksud saya...kadang daripada anda mengubek2 tipitaka yang sedemikian besar dan luasnya hanya demi satu referensi kecil yang sebenarnya disolve lewat masalah etika.bukankah lebih baik anda mencari referensi bagaimana Buddha mengajarkan orang menuju pencerahan?itulah kebijaksanaan dalam menimbang tipitaka.saya lihat anda memang suka mencari referensi tipitaka.kenapa anda tidak mendownload tipitaka online di www.accesstoinsight.org mungkin anda bisa mencari sendiri.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Kembali ke topik.

Apakah Anda masukan lagi untuk pertanyaan saya di atas? Jika tidak saya akan coba buat summarynya. Jawabannya ditunggu oleh rekan saya dari forum kerukunan umat beragama. Terima kasih.

Salam hormat,

Ivan Taniputera

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Nyanadhana:

maksud saya...kadang daripada anda mengubek2 tipitaka yang sedemikian besar dan luasnya hanya demi satu referensi kecil yang sebenarnya disolve lewat masalah etika.bukankah lebih baik anda mencari referensi bagaimana Buddha mengajarkan orang menuju pencerahan?itulah kebijaksanaan dalam menimbang tipitaka.saya lihat anda memang suka mencari referensi tipitaka.kenapa anda tidak mendownload tipitaka online di www.accesstoinsight.org mungkin anda bisa mencari sendiri.

TAN:

Tidak perlu mendownload. Saya punya teksnya. Hanya saja sangat sulit mencari dari sekian banyak sutta seperti itu. Kalau rekan-rekan di sini ada yang tahu, apakah salahnya bertanya?

1)Apakah menolong orang lain itu tidak dibenarkan dalam agama Buddha?
2)Malu bertanya sesat di jalan.

Oleh karenanya, kalau Anda tidak mau membantu (dan meminta saya mencari sendiri dalam sutta) ya tidak apa-apa. Tetapi barangkali masih ada rekan lain yang mau membantu.

Demikian kira-kira yang dapat saya sampaikan.

Salam hormat,

Tan

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] Nyanadhana:

kadang dibutuhkan kebijaksanaan tidak hanya sekedar bergantung pada Tipitaka  krn kalo mau mencari referensi yang cuman segelintir doank lebih baik mencari informasi yang mebawa anda pada pencerahan batin.

TAN:

Ini bahaya. Kalau kebijaksanaan Anda sudah melebihi Sang Buddha saya mafhum dengan tanggapan Anda di atas. Namun bila belum, bagaimana mungkin Anda yakin "kebijaksanaan" Anda benar-benar "bijaksana"? Apakah dengan demikian menurut Anda Tipitaka dan Tripitaka tidak diperlukan lagi? Kalau Anda menganggap bahwa Tripitaka dan Tipitaka tidak diperlukan lagi berarti pandangan kita beda.

SAlam hormat,

Tan

satu hal lagi.saya tidak mencari persamaan pandangan dengan anda.saya menyampaikan opini saya terhadap pertanyaan anda,yang sebetulnya saya katakan sangat lucu ditanyakan,selama ini saya bergaul dengan umat agama manapun tidka pernah bertanya kalo mereka masuk vihara diperbolehkan apa ngga dan apa referensi nya,hal ini ditanyakan malah oleh seorang buddhist :).mungkin anda mendapat pertanyaan ini namun pendapat saya adalah anda perdalam seluruh Sutta yang ada,seluruh sejarah dimana murid berguru pada Sang Buddha.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
TErima kasih atas tanggapannya. Saya akan kasih tanggapan satu persatu,

 [at] Mr Pao:

Memang benar, banyak non Buddhis mengunjungi Sang Buddha. Mungkin lebih baik lagi kalau Anda bisa memberikan contoh-contohnya plus ada di Sutta/ Sutra apa. Sebagai contoh:

Ambattha di Ambattha Sutta. Ambattha adalah pemuda Brahmana yang mencela Buddha Sakyamuni dan lalu berdebat masalah keturunan mana yang lebih mulia.
Upali di Upali Sutta. Upali adalah murid Nigantha Nataputta yang juga terlibat debat dengan Sang Buddha.

Dengan menimbang hal-hal di atas, apakah kita boleh menyimpulkan bahwa menurut Tripitaka/ Tipitaka sah-sah saja orang non Buddhis memasuki vihara? Ingat yang saya tanyakan adalah memasuki vihara (dalam konteks sekarang), bukan menjumpai Buddha (konteks masa lalu). Namun, Mr. Pao nampaknya setuju bahwa orang non Buddhis boleh masuk vihara dengan asumsi bahwa dahulu banyak orang2 non Buddhis yang menjumpai Sang Buddha. Nah, saya timbul pertanyaan lagi, apakah karena dahulu banyak orang non Buddhis diperkenankan datang menjumpai Sakyamuni Buddha, maka pada zaman sekarang orang non Buddhis boleh masuk ke vihara. Apakah konklusi seperti ini sah dan valid? Mohon pandangannya.


Kalo sutts2 sih kagak hapal tapi banyak sutta yang mengkisahkan umat dari kepercayaan lain datang ke vihara untuk berdiskusi dengan Sang Buddha. Jaman Buddha kan banyak umat yang belum beragama Buddha datang ke vihara untuk mendengarkan ceramah dan kemudian setelah cocok baru masuk menjadi umat Buddha. Zaman sekarang juga koq. Umat yang dari ajaran lain mau berdiskusi dengan Bhante silakan aja. Awal masuknya agama Buddha ke indonesia juga begitu, karena adanya umat kepercayaan lain yang udah berdiskusi dengan Bhante di vihara atau di luar vihara, stelah merasa ajaran ini cocok maka ikut menjadi umat Buddha. Seperti ko virya sebutkan, sampai kapanpun, ajaran Buddha terbuka untuk manusia buktikan, Ehipasiko. Kan banyak agama yang tidak mau orang menanyakan sesuatu yang dirahasiakan oleh tuhan sementara agama Buddha terbuka untuk siapa saja untuk membuktikan ajarannya. Silakan siapa saja boleh masuk vihara tuk diskusi.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] Nyanadhana:

maksud saya...kadang daripada anda mengubek2 tipitaka yang sedemikian besar dan luasnya hanya demi satu referensi kecil yang sebenarnya disolve lewat masalah etika.bukankah lebih baik anda mencari referensi bagaimana Buddha mengajarkan orang menuju pencerahan?itulah kebijaksanaan dalam menimbang tipitaka.saya lihat anda memang suka mencari referensi tipitaka.kenapa anda tidak mendownload tipitaka online di www.accesstoinsight.org mungkin anda bisa mencari sendiri.

TAN:

Tidak perlu mendownload. Saya punya teksnya. Hanya saja sangat sulit mencari dari sekian banyak sutta seperti itu. Kalau rekan-rekan di sini ada yang tahu, apakah salahnya bertanya?

1)Apakah menolong orang lain itu tidak dibenarkan dalam agama Buddha?
2)Malu bertanya sesat di jalan.

Oleh karenanya, kalau Anda tidak mau membantu (dan meminta saya mencari sendiri dalam sutta) ya tidak apa-apa. Tetapi barangkali masih ada rekan lain yang mau membantu.

Demikian kira-kira yang dapat saya sampaikan.

Salam hormat,

Tan

saya tidak perlu lagi mengomentari dan menjustifikasi anda.karena anda sudah punya sumbernya.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
[at] Virya:

maksudnya pemikiran kita .... sedikit-banyak terpengaruh agama tetangga 
karna kita hidup ditengah-tengah mayoritas yg punya ideologi yg demikian .....
mungkin .... kita tak akan bisa menemukan ada larangan ato anjuran dalam Tipitaka
Pancasila Buddhis saja .... bukanlah larangan ato anjuran, tapi berlatih diri yg manfaatnya utk diri sendiri

TAN:

Saya kurang setuju. Bagi saya diskusi2 seperti ini penting. Kalau memang benar hanya berlatih untuk diri sendiri yang ada manfaatnya. Apakah posting di DC juga termasuk melatih untuk diri sendiri? Jika tidak, Anda telah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Jika ya, pertanyaan saya sangat bermanfaat untuk didiskusikan.

Salam hormat,

Tan

lhoo  ???
darimana bro Tan punya kesan .... tulisan yg mengatakan saya tidak setuju berdiskusi??

Pancasila Buddhis utk berlatih diri sendiri khan?? .... bukan utk orang lain
benar gak bro??
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #54 on: 18 July 2010, 10:59:13 PM »
Salam,

Saya juga belum menemukan kutipan atau acuan pada Tipitaka di sini. Jadi saya anggap masih pendapat pribadi. Kedua, sebenarnya bukan masalah kemudahan. Kalah memang dalam Tipitaka/ Tripitaka ga boleh ya ga boleh. Jangan karena alasan ingin memberi kemudahan, kita mengizinkan orang-orang Buddhis/ non Buddhis berlaku tidak hormat di vihara.
Mohon maaf kalau ada kata-kata yang tidak berkenan.

setahu saya di vihara-vihara tertentu ada larangan memakai rok mini, tank top dan lain-lain sebagainya. walaupun sudah ada spanduk besar-besar yang melarang, biasanya tamu tetap masuk. kalau terhadap yang demikian saya tidak ragu mengatakan "buta huruf"
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Virya:

Maaf kalau begitu mungkin saya salah menafsirkan pendapat Anda. Baik mari kita kembali ke topik.

Salam hormat,

Tan

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
[at] 4DMYN & all:

Berdasarkan pengalaman saudara 4DMYN di atas bila benar (taruh TBSN adalah non Buddhis), maka penjelasan rekan2 di sini adalah kontradiksi dengan kenyataan yang ada. Yakni bahwa umat non Buddhis tidak diterima dengan baik di vihara Buddhis. Jika memang benar bahwa umat non Buddhis (dalam hal ini TBSN) diterima dengan tidak baik di vihara Buddhis dan ternyata Sang Buddha menerima dengan baik umat non Buddhis, maka mereka dalam artian orang-orang yang mengaku dirinya Buddhis telah berlaku tidak sesuai dengan ajaran gurunya sendiri. Namun bila ternyata memang umat-umat non Buddhis tidak harus diterima dengan baik di vihara, maka penjelasan rekan2 di sini tentunya salah.

Itulah sebabnya, tadi saya katakan "sementara penjelasannya saya terima sampai ditemukan argumen kuat yang membuktikan sebaliknya."

Nah bagaimana menyelesaikan masalah ini? Nampaknya semakin membingungkan dan bukan semakin jelas.

Namo Buddhaya,

Tan

Selain ramah tamah didalam vihara, satu hal yang perlu diingatkan juga saya rasa tidak kalah pentingnya, niat ke vihara itu apa? jika niat itu baik2 untuk berdiskusi dengan baik2, saya rasa semua orang bisa terima juga koq.
Kalo niatnya bukan untuk diskusi dan bermaksud lain, apakah kepala vihara harus bersikap baik dan mengajak umat lainnya rame2 masuk TBSN. Nanti kalo ada agama islam datang ke vihara TBSN dan mengajak masuk islam lalu ramai2 umat TBSN dan LSY sama-sama masuk islam itu mah repot.
Udah lah bro 4DMIN murtad aja rame2 masuk islam. Dijamin masuk surga lho.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

anda mengerti OOT? Out Of Topic, artinya komentar anda tidak sesuai dengan topik yang dibawa oleh TS. TS sedang mendiskusikan mengenai Non-Buddhist yg masuk ke vihara. menurut anda TBSN termasuk Buddhism atau tidak? dan apakah TS menyinggung soal rekrutmen di sini?

Menurut forum DC, TBSN adalah non-Budhist. jadi saya ini termasuk anggota non-Buddhist yang sedang berdiskusi di DC. Anggaplah DC ini adalah wihara di dunia maya... bagaimana kalau saya melakukan rekrutmen di forum DC ?  apakah anda yakin mau menerima saya (non-Buddhist - TBSN) untuk menyebarkan dan merekrut anggota DC agar mendukung TBSN?
NB: saya tidak pernah melakukan rekrutmen di vihara tantrayana non TBSN dan di forum manapun, tapi toh mereka tetap saja mengejek saya.
« Last Edit: 18 July 2010, 11:03:52 PM by 4DMYN »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

anda mengerti OOT? Out Of Topic, artinya komentar anda tidak sesuai dengan topik yang dibawa oleh TS. TS sedang mendiskusikan mengenai Non-Buddhist yg masuk ke vihara. menurut anda TBSN termasuk Buddhism atau tidak? dan apakah TS menyinggung soal rekrutmen di sini?

Menurut forum DC, TBSN adalah non-Budhist. jadi saya ini termasuk anggota non-Buddhist yang sedang berdiskusi di DC. Anggaplah DC ini adalah wihara di dunia maya... bagaimana kalau saya melakukan rekrutmen di forum DC ?  apakah anda yakin mau menerima saya (non-Buddhist - TBSN) untuk menyebarkan dan merekrut anggota DC agar mendukung TBSN?


bukankah anda sudah mencoba, dan bagaimana hasilnya menurut anda? apakah definisi "menerima" menurut anda adalah mengikuti keinginan anda?

Quote
NB: saya tidak pernah melakukan rekrutmen di vihara tantrayana non TBSN dan di forum manapun, tapi toh mereka tetap saja mengejek saya.
sejauh yg saya amati, kami di DC tidak bermasalah dengan anda. idola andalah yang menjadi subyek diskusi kami dan sayangnya anda tidak bisa menerima itu, dan itu bukan berarti anda tidak diterima atau diejek oleh kami
« Last Edit: 18 July 2010, 11:06:04 PM by Indra »

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
 [at] indra
saya tidak pernah melakukan rekrutmen, coba liat saja semua topik yang saya ikuti..
coba saja liat hasilnya, anda disini menerima atau mengejek saya?