ini salah satu-nya (yang lain menyusul):
...
Ada sutta lainnnya yang juga penting (S.N. 42.6) dimana kepala dari suatu desa datang untuk berbicara pada Sang Buddha. Kepala desa tersebut berkata pada Sang Buddha bahwa di sana di sebelah barat terdapat kumpulan Brahmana yang memiliki tradisi yang aneh. Disamping tradisi memikul air, mandi di air untuk memurnikan diri mereka dan memuja api, ketika sanak keluarga mereka meninggal dunia, mereka segera membawa jasad tubuh keluar dari rumah, dan merentangkan jasad tersebut tinggi - tinggi di udara. Jasad tersebut dihadapkan ke langit dan mereka meneriaki nama dari orang yang meninggal tersebut dan menunjukkan dia jalan ke surga.
Mereka percaya karena jasad tersebut menghadap ke langit, yang meninggal dapat melihat langit dan ketika mereka meneriaki rohnya, secara otomatis, rohnya akan naik ke surga.
Lalu kepala desa berkata:
"Mungkinkah Sang Buddha (yang memiliki kekuatan supranormal) dapat membawa setiap orang yang telah meninggal dunia untuk terlahir di alam surga?"Ini adalah pertanyaan menarik karena bahkan sampai pada era yang modern ini, orang - orang tertentu masih mempercayai Sang Buddha dapat membantu kita untuk terlahir kembali dialam surga. Jadi Sang Buddha membalas dengan memberikan satu pertanyaan terlebih dahulu pada kepala desa tersebut.
Beliau berkata: "Andaikata seorang pria datang menuju ke tepi danau yang sangat dalam dan memegang sebuah batu besar yang berat di kedua tangannya, dan kemudian melemparkanya ke tengah danau. Sekarang, dikarenakan batunya mulai tenggelam ke dalam air, semua orang ramai berdatangan dan berteriak pada batu tersebut, dan memuji batu itu, dan meminta batu tersebut untuk mengapung di permukaan dan mengapung menuju tepian." Selanjutnya Sang Buddha bertanya pada kepala desa tersebut: "
Apakah batunya dapat mengapung?"
Kepala desa tersebut menjawab bahwa:
"Itu tidak mungkin karena batunya berat, secara alamiah akan tenggelam ke dalam air."Jadi Sang Buddha berkata: "Dengan cara yang sama, Andaikan seorang telah melakukan banyak kejahatan, dia telah membunuh, mencuri, berasusila, berbohong dan sebagainya. Ketika dia meninggal dunia (dan Kamma buruknya menariknya ke bawah), orang ramai berdatangan dan meneriaki dia untuk pergi ke surga; mungkinkah ia dapat pergi ke sana (surga)?"Kepala desa tersebut menjawab:
"Itu tidak mungkin karena ia telah banyak melakukan kejahatan; sama kasusnya dengan batu tersebut, dia akan tenggelam menuju kelahiran kembali yang buruk." Kemudian Sang Buddha berkata: "Andaikan seseorang lainnya datang ke tepian danau yang dalam. Dia mengambil secangkir minyak dan melemparkan secangkir minyak itu ke tengah danau. Cangkirnya akan tenggelam tetapi minyaknya, karena ringan, akan mengapung di permukaan. Dikarenakan minyaknya mengapung di permukaan, orang berdatangaan dan meneriaki minyaknya untuk tenggelam ke dalam air. Mungkinkah minyak tersebut dapat tenggelam?" Kepala desa menjawab:
"Itu tidak mungkin karena minyaknya ringan dan secara alami akan mengapung." Sang Buddha kemudian berkata: "Dengan cara yang sama, andaikan seseorang telah melakukan banyak kebajikan, tidak pernah melukai makhluk hidup dan ketika saatnya tiba dia meninggal dunia. Jika banyak orang berdatangan dan berteriak, dan mengutuknya pergi ke neraka, mungkinkah ia dapat pergi ke neraka?"Kepala desa menjawab:
"Itu tidak mungkin karena dia adalah orang yang baik. Secara alamiah dia akan pergi ke surga, diangkat oleh kamma baiknya sendiri." Dengan menjawab pertanyaan ini, kepala desa memahami apa yang dimaksud kan Sang Buddha,
yakni, Sang Buddha tak dapat menolong kita.
Apakah kita mengapung atau tenggelam, adalah tergantung pada kamma kita. Itulah sebabnya mengapa ajaran Buddhis berbeda dengan ajaran lainnya, dengan kata lain Sang Buddha tidak berkata dengan menjadi seorang Buddhis, Anda dijamin suatu tempat di surga. Tidak ada pilih kasih. Apakah Anda pergi ke surga atau tempat manapun, tergantung pada kamma Anda sendiri. Kita tidak dapat menyuap surga untuk membukakan pintu bagi kita - ini adil. Di Sutra Mahayana Patriarch ke Enam, seseorang bertanya pada seniornya, "
Apakah benar ketika orang - orang melafalkan nama Buddha Amitabha, mereka dapat terlahir kembali ditanah suci Barat. Senior tersebut membalas bahwa Tanah Suci sanagat dengat dengan mereka yang teramat bijaksana tetapi sangat jauh dengan mereka yang dungu.
Dia menambahkan, "
Orang dungu melafalkan nama Buddha untuk terlahir disana, sementara yang bijaksana mensucikan batinnya sendiri."
Dari sini jelaslah bahwa batin kita (atau hati) sangat penting. Dalam ajaran Buddha, dunia adalah ciptaan kesadaran atau pikiran kita. Pikiran yang murni menciptakan dunia yang bahagia, pikiran yang jahat menciptakan dunia yang menyedihkan.
Jadi mensucikan pikiran adalah yang paling penting untuk kelahiran kembali di alam yang bahagia, bukan membaca paritta atau berdoa atau bersumpah. Ini adalah prinsip dasar lainnya yang penting dari kamma yang harus kita ingat. Tidak ada seorang pun yang dapat merubah cara kerja hukum kesunyataan dari kamma. Semua mahluk berhubungan dengan hukum kamma-vipaka. Sang Buddha menjelaskan kebenaran dari keberadaan hukum kesunyataan kepada kita, tetapi hukum itu berlaku sepanjang masa, terlepas dari apakah kita memahami hukum itu atau tidak.
...
dikutip dari: Only We Can Help Ourselves, hal.25 - 28
Author: Bhikkhu Dhmmavudhho Mahathera
Di Publikasikan oleh: Dewan Pengurus Daerah PATRIA Sumatera Utara.
web:
http://dhammacitta.org/perpustakaan/hanya-kitalah-yang-dapat-menolong-diri-kita-sendiri/