Sdr. Chingik yang pemilih,
...perhatikan pernyataan Large Sutra on Perfect Wisdom berikut:
hal 172: A Bodisattva should avoid disciple thought and Pratyekabuddha thought because it is not the path to enlightenment.
Bodhisattva harus menghindarkan pemikiran sravaka (Sotapana hingga Arahat) dan Pratyekabuddha, karena bukan jalan ke arah pencerahan.
Jelas bukan kalau Nirvana dalam konsep Mahayana itu bertingkat?
Itu pun kalau Arahat = mencapai Nirvana dalam konsep Mahayana.
Begitu bukan? Atau bukankah begitu?
Maklumlah kalo anda gak ngerti isi Sutra.
Seorang Bodhisatva memang tidak boleh memiliki pemikiran savaka. Kalo boleh, maka Sumedha tidak perlu beralih ke Dasa Paramita. Ngerti gak maksud ku? Jadi bukan berarti Sravaka itu its not a path to enlightenment, melainkan bagi seorang yg telah menempuh jalan bodhisatva, maka jalan savaka bukan jalur pilihan dia lagi utk mencapai pencerahan. So, jangan tafsirkan sepotong2, baca keseluruhan isi Sutra dan pahami esensinya.
Nirvana dalam Mahayana memang bertingkat.
Lantas, Buddha dalam Theravada bertingkat toh? bukan begitu, begitu bukan?
Dasa paramita itu jalan menuju Sammasambuddha bukan? ayo jalan menuju Sammasambuddha bukan?
Mungkin rekan2 non Mahayanis bisa menjelaskan apa bedanya nibanna Sammasambuddha, Paccekabuddha, dan Savakabuddha ya? Karena sampai sekarang saya belum menemukan buku atau referensi yang jelas dan tuntas dalam mengulas hal ini.
Amiduofo,
Tan
Sdr. Chingik yang pintar menafsirkan Sutra,
dan
Sdr. Tan yang sedang mencari buku,
Bodhisattva, dalam hal ini Bodhisattva dalam konsep Mahayana - yang hendak menjadi Samyaksambuddha, tentu saja TIDAK AKAN memiliki pemikiran Sravaka. Sravaka adalah pengikut dari Samyaksambuddha. Sravaka dicapai setelah merealisasi penembusan Dharma dari apa yang diajarkan oleh Samyaksambuddha. Oleh sebab itu Seorang Bodhisattva SUDAH MEMILIKI PRINSIP DASAR sendiri, yakni merealisasi Pencerahan dengan usaha sendiri.
"A Bodisattva should avoid disciple thought and Pratyekabuddha thought because
it is not the path to enlightenment."
Di atas tertulis dengan jelas bahwa pencapaian Srvaka dan Pratyeka bukanlah Pencerahan. Bahkan di topik sebelah juga dinyatakan dengan jelas bahwa Sravaka masih memiliki jneyavarana. Lantas kali ini siapa yang merendahkan siapa?
Nirvana memang bertingkat dalam konsep Mahayana; ada Nirvana absolut dan ada Nirvana minor.
Begitu bukan? Atau bukankah begitu?
Dalam tradisi Theravada, dikenal tiga jenis pencapaian Nibbana yaitu :
- Pencapaian sebagai Sammasambuddha
- Pencapaian sebagai Pacceka Buddha
- Pencapaian sebagai Savaka Buddha
Ketiga jenis pencapaian ini sama-sama Pencerahan. Artinya ketiga pencapaian ini adalah pencapaian Pembebasan Mutlak, Nibbana, terlepas dari dukkha, sukses menembus Dhamma. Yang membedakan kualitasnya adalah tumpukan parami dalam usaha pencapaiannya. Tidak ada tingkatan Nibbana atau tingkatan kesucian yang menandakan bahwa satu pencapaian lebih tinggi dari pencapaian lainnya. Yang menjadi perbedaan hanyalah perbedaan CARA PENCAPAINNYA.
Karena itulah tidak ada penjelasan tentang perbedaan Nibbana antara Sammasambuddha, Pacceka Buddha dan Savaka Buddha di Sutta Theravada. Nibbana adalah kemutlakan. Bagaimana mungkin kemutlakan masih memiliki derajat kualitas yang bervariasi. Bukankah itu menujukkan konsep yang in-konsisten?
Begitu bukan? Atau bukankah begitu?