//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - adi lim

Pages: 1 ... 312 313 314 315 316 317 318 [319] 320 321 322 323 324 325 326 ... 332
4771
setahun belakangan ini lbh dari 15 ramalan dari para pakarnya yang meramalkan masa depan Elin.. (termasuk beberapa hasil ciam si di kelenteng).. hasil semua nya sama..
Tapi sampai sekarang ramalan tsb tidak ada yg benar.. :))

kecuali ada 1 peramal dari Thailand, sudah 2 ramalan nya yg Elin buktikan benar..
1 ramalan nya lagi, akan dibuktikan thn dpn.. ;D

so, skr ini gak gitu terlalu percaya ama ramalan..
Kalo ramalan nya bagus yach dijadikan semangat hidup..
Kalo jelek, forget it.. :)


Peramal itu PASTI KAYA !
Duluan mengetahui yang akan terjadi.
Boleh tahu peramal nya kaya ndak ?
Kalau ndak kaya, berarti ILMU masih kurang :))
 _/\_

4772
kalo di vinaya, mengakui pencapaian yang tidak benar itu parajika, otomatis keluar dari sangha, bagaikan manusia yang terpotong lehernya... :whistle:

parajika => neraka Avici menunggu !
 _/\_

4773
Iya nih,
Oom Indra sudah mengingatkan kita, jadi bila seorang sotapanna tak mungkin berpindah agama, apa penyebabnya dong?

 _/\_

pindah agama sih boleh2 aja, tapi keyakinannya yang gak mungkin ganti, misalnya seorang sotapanna mau ikut pilpres, spy peluangnya lebih mudah, silahkan ganti di KTP jadi i***m, tapi tetap berkeyakinan dan berlindung pada Tiratana

Atau misalnya di suatu saat semua merk "Agama Buddha" sudah korup, maka tidaklah heran kalo seorang Ariya pindah agama. Mereka tidak akan berpaling dari pandangan benar, tetapi pindah agama sih sepertinya mungkin-mungkin saja.



Ganti keyakinan akh ke Lu Sheng Yen... :))
Ga IKT/MLDD aja? Lagi berkembang lho! :)


For Indra: Ketika seseorang pindah agama, di sana ada dampak psikologis tertentu.  Untuk benar2 dikatakan pindah agama, seseorang harus menerima kebenaran ajaran agama tersebut. Seorang Sotapanna telah memiliki keyakinan yang tak tergoncangkan terhadap BUddha, Dhamma dan Sangha. Mungkinkah seseorang yang memiliki kwaltas batin demikian akan pindah agama? Mungkin beberapa orang akan mengatakan ya dan pindahnya seorang sotapanna ke agama lain hanya karena mengikuti arus masyarakat, bukan karena ia yakin terhadap agama baru yang dianutnya.. Jika demikian halnya, apakah seorang sotapanna sedang tidak membohongi dirinya dan masyarakat? Ingat bahwa seorang sotapanna dikatakan memiliki unbroken morality. Ia tidak akan berbohong lagi.. Namun, dalam hal ini, jika seorang sotapanna pindah agama, tampaknya ia membohongi masyarakat.. :D

For Kainyin: Kalu seorang sotapanna pindah agama gara2 agama Buddhanya udah korup, bukannya ia sama halnya keluar dari mulut harimau dan masuk ke mulut buaya, kecuali kalau agama yang baru dianutnya memang benar2 seperfect keyakinan yng dianut sebelumnya... hehehe. :D

Be happy.



Bagaimana seandainya jika ada cerita sbb:

Seseorang sotapanna, karena berbagai kombinasi kamma, terlahir kembali dalam suatu komunitas yg tidak ada agama buddha, misalnya terlahir dalam keluarga raja arab, atau terlahir di vatikan. atau terlahir kembali pada masa gelap, di mana buddhism sudah tidak exist lagi. sejak lahir di didik dalam agama lain. apakah lantas dia tetap ngotot beragama buddha?

Seorang Sotapana harusnya tidak akan melanggar 5 sila lagi walaupun untuk kehidupan2 berikutnya, andaikan lahir jadi manusia di keluarga non Buddhis pun, harusnya keluarga itu pasti mempunyai Moral yang baik sekali (tidak melanggar 5 sila), sehingga tidak menyebabkan terlahir lagi di alam Apaya.

Jadi jangan ragu2 untuk mencapai Sotapana, MAJU TERUS !
 _/\_

4774
Quote
Itu karena pola pikir Bro Jerry mengkotakkan kebenaran dalam wadah "agama", sama seperti Bro fabian c. Ketika ada suatu kebenaran yang benar, maka itu harus ada merk "agama"-nya, entah "agamaku" atau "agama lain". Oleh karena itu, mungkin Bro Jerry dan rekan-rekan lain menganggap orang yang tidak beragama "Buddha" tidak akan mengajarkan hal-hal yang bisa membawa kita pada pemahaman Buddha-dhamma. Saya tidak begitu. Itu saja bedanya.

Saya kira tidak demikian bro, keputusan presidenlah (jaman Suharto tahun 80-an) yang mengakui Buddha Dhamma sebagai agama. Sebelumnya Buddha Dhamma hanya diakui sebagai aliran kepercayaan.
Aliran kepercayaan dianggap lebih rendah daripada agama, oleh karena itu para pemuka-pemuka agama Buddha berusaha memperjuangkan agar Buddha Dhamma diakui sebagai agama.

Saya tidak meletakkan kebenaran dalam keranjang agama, tetapi ada kebenaran yang hanya diungkapkan atau hanya ada dalam agama tertentu.
Kalau diambil sensus antara yang mengatakan Tuhan sebagai suatu kebenaran dengan mereka yang mengatakan Tuhan hanya dongeng, mungkin yang mengakui Tuhan sebagai suatu kebenaran lebih banyak. Apakah itu merupakan suatu kebenaran?
Maksudnya ada kebenaran yang hanya diajarkan di agama Buddha dan eksklusif merupakan ajaran agama Buddha, tidak ditemui di ajaran lain, umpamanya: tilakkhana, empat kebenaran Arya, jalan Arya berunsur delapan, Vipassana dll.
Kebenaran ini memang berlaku secara universal untuk siapapun. Tetapi pemilik patennya adalah Sang Buddha. Pengikut Sang Buddha disebut Buddhists (disini diterjemahkan sebagai: umat agama Buddha).
Sama seperti gravitasi berlaku universal untuk siapapun, pemilik patennya adalah Newton, pengikut Newton disebut Newtonian (pengikut teori Newton).
Tilakkhana berlaku untuk siapapun walaupun ia masih beragama K...ten atau I...m dll walaupun mereka tak mengakui atau menyadari hal itu (inilah salah satu contoh ajaran Sang Buddha bersifat universal).
Demikian juga gravitasi berlaku untuk siapapun, entah apa agamanya entah apa teori yang dianutnya entah ia tak menyadari bawa ia ada dalam pengaruh gravitasi (inilah sifat universal teori Newton).

 _/\_

No comment.
Share ulang sedikit: saya melakukan vipassana secara otodidak sebelum mengenal agama Buddha. Jadi apa pun pendapat Bro fabian, walaupun mungkin benar secara umum, secara pribadi saya tidak bisa terima.

 _/\_
Bro Kainyn pasti tidak bisa terima, memang demikian adanya !

4775
k sindhunatha, ada yang tau gak siapa dia?
katanya sich dia ini yg mengusulkan kepada soeharta konsep pelarangan perayaan agama,
kepercayaan dan adat istiadat Cina di indonesia

ada yg bisa mencerahkan? _/\_

Siapapun dia adalah tidak penting !
Demikian yang ada, sudah terjadi, dan juga telah berlalu.

Yang penting Batin kita yang perlu di kita perhatikan terus, agar prilaku kita banyak melakukan perbuatan yang Bermamfaat bagi batin sendiri maupun terhadap orang lain.
 _/\_

4776
Yang harus ANDA lakukan adalah jangan campurin urusan rumah tangga orang lain.

Memang kalau hanya melihat kehidupan seseorang yang tidak bahagia atau teraniaya, hati ini tidak bisa menerima akan penderitaan itu dan kasihan, tapi itu semuanya pasti ada sebab akibat.
Apalagi kalau hanya melihat kejadian hanya satu kehidupan ini saja, pastilah tidak adil.

Rawatlah Sila setiap saat, inilah yang di anjurkan dalam Buddha Dhamma.
 _/\_

4777
Kafe Jongkok / Re: S2 atau kerja?
« on: 06 December 2009, 06:57:06 AM »
lanjut S2, kalau bisa ke S3.
 _/\_

4778
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: kejanggalan RAPB
« on: 06 December 2009, 06:48:56 AM »
Apalagi di Jataka, ada kota Benares di masa kappa-kappa lalu???

masa sih yg di India itu? ga salah ya
 ;D

Boleh yakin atau tidak !, terhadap Sutta yang ada di Tipitaka.
Kembali kepada masing2 batin untuk memahaminya.
 _/\_

4779
kasian ya.. T_T
kemarin gw baca komennya manager senci terkesan gak manusiawi.. :(


manager senci menganggap yang meninggal itu hewani ! :'(
kacian ya

4780
Mahayana / Re: Pamaprabha, Buddha yg manakah itu ?
« on: 01 December 2009, 05:45:04 AM »
Buddha said: "Sariputra! I predict one day you will become a Buddha by the name of Pamaprabha. You will come to this world again to save all living beings and achieve the highest state of Buddhahood."

sepenggal dialog antara Buddha dgn Sariputra.... (sebelum Sariputra mau pulang kampung dan parinibana)

Pamaprabha, Buddha yg manakah itu ? Kapankah itu akan terjadi ?

Takkan TERJADI ! [-X
 _/\_

4781

Maaf saya memberi pendapat yang bertentangan dengan beliau Samanera, seolah-olah bhante Katukurunde nampaknya benar dengan mengatakan Dhamma jangan dilekati.

Menurut saya  bhante katukurunde melupakan hal mendasar yang umum terjadi diantara umat Buddha, yang sering dibaca tetapi tak dimengerti dengan jelas.

Memang benar Dhamma adalah suatu ditthi tersendiri menurut istilah saya yaitu: (Buddha Dhamma ditthi).
(menurut saya Buddha Dhamma menjadi ditthi bagi mereka yang tak mempraktikkan Dhamma. Mungkin mereka hanya membaca atau meditasi lima sepuluh menit).
Pandangan beliau bahwa yang mengatakan bahwa Dhamma jangan dilekati berarti menjelaskan bahwa beliau melihat Dhamma hanya sebagai suatu pandangan atau suatu teori (ditthi) tak lebih.

Tetapi apakah Dhamma hanya teori? Mungkin beliau lupa merenungkan sifat-sifat Dhamma pada waktu membaca Dhammanussati yang berbunyi: Opanayiko, Pacattam veditabbo vinnuhiti.
Menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

Dalam hal ini saya sering tak sepandangan dengan orang lain yang menganggap Dhamma sebagai rakit. Saya lebih setuju dengan pandangan yang melihat Dhamma sebagai jalan dan tujuan.

Apakah bila kita menyelami Dhamma kita dianggap melekat?
Hanya seseorang yang mengetahui Dhamma sebagai teori yang mengatakan Dhamma jangan dilekati. (pandangan Dhamma jangan dilekati menurut saya mirip pandangan saudara seperguruan Theravada)
Dhamma bukan hanya buku 41 jilid. Dhamma adalah pengetahuan yang menuntun batin kearah pencerahan.
Apakah Dhamma tak boleh dilekati? tak boleh dijadikan panutan, bimbingan, jalan, yang harus diselami?
Jadi kesimpulannya bahwa Dhamma memang bukan untuk dimengerti sebagai teori belaka, juga Dhamma bukan untuk dimengerti sebagai sebuah teori untuk menghiasi perpustakaan. Dhamma untuk diselami, dipraktikkan, dan dialami.

Dan Dhamma yang telah berhasil diselami dan direlaisasi terbebas dari ditthi. lantas keadaan yang terbebas dari ditthi apakah juga dianggap sebagai ditthi?
Bagi mereka yang suka mencari pembenaran mungkin akan berkata keadaan tanpa ditthi adalah suatu ditthi juga.  :)

Disini saya berkesimpulan bahwa bhante Kakuturunde juga hanya mewakili pandangan scholar,  saya yakin bhikkhu yang sungguh-sungguh mendalami dan mempraktikkan Dhamma akan memiliki pandangan berbeda dengan beliau (maksudnya tidak melihat Dhamma sebagai ditthi).

 _/\_

Setuju Bro Fabian :)

4782
Meditasi / Re: Adakah referensi meditasi untuk umat awam?
« on: 30 November 2009, 09:11:02 AM »
Fakta ini saya angkat bukan karena saya ingin mendiskreditkan usaha umat awam dalam bermeditasi. Saya sangat menghargainya. Saya merasa meditasi akan memberikan manfaat bagi yang mempraktikkannya. Namun, sudahkah anda menemukan referensi bahwa Sang Buddha atau murid beliau menasehatkan umat awam untuk bermeditasi?

belum pernah baca referensi Bro Dhammasiri
kalau ada boleh di post !

Banyak sekali Sutta2 yang bisa di ambil hikmatnya.
Buktinya Petapa Gotama melakukan meditasi bisa mencapai pencerahan (Nibbana), waktu itu masih Petapa Gotama, belum ada Sangha Bhikkhu.
Bodhisatta menjadi Petapa dalam beberapa kehidupan yang lalu, Petapa umumnya melakukan Meditasi bahkan mencapai Jhana dan mempunyai Kesaktian.
Makhluk Anagami juga melakukan Meditasi supaya mencapai Arahat
Bagi Makhluk apapun (dewata/manusia) yang melatih Meditasi, pastilah Tiada Penyesalan di kemudian hari.
 _/\_

4783
Aṭṭhakathā = commentary = kitab komentar

Ṭika = sub commentary = kitab komentar utk kitab komentar (mengkomentari kita komentar)

Tika = sub komentar = mengomentari hasil suatu komentar (Atthakatha)

Only joke !
kalau komentari hasil sub komentar(Tika), apa namanya ? :))
 _/\_

4784
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
« on: 30 November 2009, 05:51:02 AM »
Quote
Terserah Bro Gandalf, suka kata2 apa, mau menghormati atau berlindung ! ndak masalah
ndak ada hubungan umat I & K, mereka tidak mengenal Tiratana !
kalau umat Buddhis tahu seperti Bro Gandalf (Buddhis), jadi tidak peduli kata itu (perlindungan atau penghormatan), yang penting Pikiran dan Batin mereka mengerti apa yang sedang lakukan.

Wah baru kali ini saya menemukan ada umat Buddhis yang tidak peduli kata perlindungan atau penghormatan.

Quote
Bro Gandalf, Anda hanya suka permaikan kata2 dalam penjelasan, supaya kamu kelihatan lebih bagus dalam menjelaskan ! saya hargai, tapi hasilnya bukan mempermudah orang belajar Dhamma, tapi malah membingungkan, bolak balik, panjang lebar !
Pakai kata yang sederhana, simple, supaya gampang dimengerti, dan umat yang baru mengenal Dhamma, bisa dapat pencerahan yang Baik di batin mereka, sesudah mendapat penjelasan.
kata perlindungan, penghormatan, tidak masalah, yang penting Batin mengerti apa yang sedang dilakukan, bukan dengan kata2.

Huahahaha..... kata anda suka2 saya mau ngomong apa lah kemudian anda kok malah protes??? wkwkwkwk.....

Dan katanya anda menghargai tulisan saya, tapi ternyata di balik itu mencela saya itu pura2 bagus dalam menjelaskan, suka bermain kata2 hingga membuat bingung...... sikap macam apa ini?  ^-^  ^-^ Lucu banget misalnya kalau anda menghargai sesuatu yang anda anggap tidak benar...  ^-^  ^-^ ... ini semakin menunjukkan suatu ketidakkonsistenan dan menggambarkan sebuah permainan kata2 yang sesungguhnya...

Yah emang bukan kata2, tapi tanpa kata2 apa batin anda bisa mengerti? Tanpa kata2 di dalam Tripitaka atau tanpa kata2 yang diucapkan pada saat pembabaran Dharma apa anda bisa anda memahami Dharma? Tanpa kata2 apakah anda bisa mengetahui makna / cara berlindung dan menghormati?

Ah konyol.

Quote
maksud kata Perlindungan arti yang benar dalam bahasa Indonesia, juga tidak cocok seperti yang Bro Gandalf jelaskan diatas jika dipadankan dengan arti bahasa Pali yang dimaksud.

Misalnya Bro Gandalf bernamaskara di depan Altar Buddha, apabila saya sebagai umat yang tidak mengerti juga bisa tertawa, apa saja yang dilakukan Bro Gandalf ini, gila ya !, masak rupang di sembah sujud ! menyesatkan sekali !.
Tapi karena saya mengerti, jadinya ikut Bahagia dengan Bro Gandalf melakukan namaskara, ternyata Bro Gandalf sangat menghormati Tiratana ! gitu lho  Smiley

Wkwkwkwk..... namaskara itu yang memang sudah tradisi Buddhis sejak zaman dahulu untuk menghormati Sang Triratna. Oleh karena itu umat lain yang tidak mengerti lalu mencela ya sah2 aja karena mmg tidak ada tradisi demikian dalam agama mereka.

Nah tapi dalam agama Buddha sesungguhnya nggak ada yang namanya tradisi namaskara sama dewa dewi duniawi (kalau pada para Dewa Pelindung Dharma yang telah mencapai tingkat keuscian tertentu, baru ada). Nah kalau umat Buddhis berusaha meluruskan hal ini, maka itu adalah hal yang wajar. Anda menghormati guru dan ortu pun dengan cara yang berbeda, anda menghormati teman dan saudara pun juga dengan cara yang berbeda pula, demikian juga ketika anda menghormati orang dari dalam negeri sendiri dengan luar negeri juga menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan konteks / peran sosial masing2.

Demikian juga dalam agama Buddha, sebaiknya semuanya dilakukan menurut tata cara yang udah ada yang dibentuk oleh para guru2 agung (yang memang setelah dianalisa kita sendiri, itu memang baik dan bermanfaat untuk dilakukan), ini menunjukkan bahwa kita bukanlah orang yang arogan dalam bertindak.

Kalau semuanya itu pikiran, berarti biar aja kalau kita pake baju gembel ke pesta pernikahan teman kita. Orang2 yang melihat akan berpikir bahwa kita benar2 tidak hormat bahkan mungkin sinting, diketawain. Tapi kitanya sendiri secara arogan berpikir, "Ah yang penting kan pikiranku hormat." Dalam kehidupan bermasayarakat, ini suatu perilaku dan pemikiran yang patut dipertanyakan.

Quote
Buddha tidak bisa di bandingin dengan Manusia.
Jadi contoh anda tidak tepat, Raja Sudhodana masih manusia biasa, Sorry ! Grin
Buddha memang tidak boleh namaskara kepada makhluk lainnya, karena itu udah hukum Alam (bahasa gaulnya)

Kepada orang tua kita bukan hanya namaste, tapi juga wajib Namaskara.
Bro Gandalf, jangan meninggikan namaskara, jadinya Mana (sombong)
Namaskara kepada Yesus/Dewa-i yang di Pura/Tuhan(kalau ada) juga ndak masalah !  jangan di tawa in. laugh

Semuanya pikiran... pikiran... pikiran... tau nggak sih kenapa kok bisa sampai muncul istilah "pikiran / sifat seseorang itu tercermin dari tindakannya!"

Ya sudah kalau menurut anda nggak papa... silahkan anda namaskara itu urusan anda sendiri toh... sekalian juga sama Mara Devaputra... kan yang penting kata anda itu... "pikiran ketika bernamaskara"... sedangkan kaidah namaskara dalam konteks sosial maupun relijius anda abaikan beserta objek dewanya siapa juga anda abaikan.

Saya menggunakan contoh Sang Buddha itu untuk menunjukkan bahwa kita seharusnya tidak semudah itu menggampangkan makna namaskara .... bahkan ada hukum alam yang mengatur "namaskara" seorang Buddha bukan? Ini menunjukkan betapa namaskara itu memiliki makna yang cukup penting kedudukannya.

Quote
yang masalah itu, pikiran manusia yang melihat orang yang sedang bernamaskara !

Woww.... berarti ketika kita bertindak keliru dan ada orang yang mencela kita, kita bisa dengan mudah mengatakan "ah itu kan pikiranmu yang kotor".

 _/\_
The Siddha Wanderer
;D

Tambah Parah !
Selesai Bro gandalf, Semoga Anda Berbahagia ya ! ^:)^
 _/\_

4785
Diskusi Umum / Re: Berbuat baik demi mendapat kamma baik, bolehkah?
« on: 30 November 2009, 05:38:28 AM »
Boleh saja !  ^:)^
Tetap lebih Baik dari pada berbuat keburukan
Karena sering2 berbuat kebaikan lama kelamaan malu berbuat keburukan.
Dan karena udah biasa berbuat keBaikan jadi pada waktu berbuat Kebaikan, pikiran sudah tidak mengharapkan lagi pamrih karena udah biasa/sering. Pepatah mengatakan 'ala bisa karena udah biasa'  :)
 _/\_

Pages: 1 ... 312 313 314 315 316 317 318 [319] 320 321 322 323 324 325 326 ... 332