//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa  (Read 81758 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #45 on: 17 September 2010, 10:25:14 PM »
thanks bro Kelana yg baik,
anda telah mengambil acuan yang benar, memang klo ditinjau dari dictionary seperti itu artinya, tapi yg saya maksudkan disini adalah penerjemah asing sering rancu menerjemahkan pali kedlm bhs inggris, contoh aja Stupa yang memang seharusnya diartikan aja sbg Stupa, toh itu memang istilah baku, tapi jadi memorium, lantas di bhs indonesiakan jadi nisan, terkesan kuburan (utk orang umum bukan utk orang suci). ini hanya sekedar contoh aja, nah yg saya maksud sy harus baca palinya dulu, apa memang benar dikatakan "tidak lebih berharga dari binatang", musti cek dulu.

mettacittena,

Saya rasa itu ide yang bagus Neri, jika Neri punya sumber Palinya mohon dicek. Saya hanya menanggapi terjemahan dari Inggris ke Indonesia saja.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #46 on: 17 September 2010, 10:42:46 PM »
thanks bro Kelana yg baik,
anda telah mengambil acuan yang benar, memang klo ditinjau dari dictionary seperti itu artinya, tapi yg saya maksudkan disini adalah penerjemah asing sering rancu menerjemahkan pali kedlm bhs inggris, contoh aja Stupa yang memang seharusnya diartikan aja sbg Stupa, toh itu memang istilah baku, tapi jadi memorium, lantas di bhs indonesiakan jadi nisan, terkesan kuburan (utk orang umum bukan utk orang suci). ini hanya sekedar contoh aja, nah yg saya maksud sy harus baca palinya dulu, apa memang benar dikatakan "tidak lebih berharga dari binatang", musti cek dulu.

mettacittena,

Saya rasa itu ide yang bagus Neri, jika Neri punya sumber Palinya mohon dicek. Saya hanya menanggapi terjemahan dari Inggris ke Indonesia saja.

saya sependapat dg anda bro, maka dari itu kita musti hati2....tapi jangan hari ini lo...

saya mo off dlu sekarang....(baru ujian nih, maaf ya)

mettacittena,
« Last Edit: 17 September 2010, 10:44:44 PM by pannadevi »

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #47 on: 18 September 2010, 12:34:57 AM »
pembahasan yang menarik.

Rasanya dalam sejarah peradaban manusia klo sama steril dari perang, rasanya ga mungkin. Apalagi jumlah umat awam jelas lebih banyak daripada yang sudah mencapai tataran kesucian. Dalam keadaan tertentu kadang2 harus pakai kekerasan. Toh, tetap saja kekerasan yang mengatasnamakan Buddhist lebih sedikit dibanding pihak yang berperang atas nama ajaran2 lainnya.


Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #48 on: 18 September 2010, 04:15:18 AM »
Cara beliau ini amat dipuji rakyat dan diangkat sebagai "Pahlawan terhebat dari Srilanka" karena baru beliaulah yg berhasil menyatukan Srilanka menjadi utuh kesatuan. dan Presiden yang sekarang Mahinda Rajapaksa juga sering dianggap sebagai inkarnasi beliau karena berhasil menyatukan kembali Srilanka menjadi utuh kesatuan yg sebelumnya selama 30 thn telah pecah menjadi tinggal 70%, sedang yg 30% di klaim sbg Kekuasaan Tamil.
dalam catatan sejarah, pertama2 kita harus melihat pihak mana yang membuat catatan. kata pepatah "kalah jadi penghianat, menang jadi pahlawan". seperti halnya catatan sejarah orde baru, tentu di mana2 suhartolah pahlawannya...

demikian juga untuk srilanka, kita harus mendengarkan cerita dari dua belah pihak. saya tidak mengatakan keterangan anda salah. hanya saja cerita dari teman saya yang tamil bertolak belakang. menurut mereka, tamil sudah tinggal di srilanka beribu2 tahun. tanah itu juga milik mereka. entah mana yang bener...

mengenai presiden yg sekarang, politik tidaklah selalu jernih dan bersih. apa yang terjadi sesungguhnya dalam perang, kita tidaklah tahu. dalam intrik peperangan dan perebutan kekuasaan itu sendiri, presiden ini akhirnya berebut kekuasaan dengan jendral fonseka. jendral inilah yang sebenarnya mengalahkan dan menghabisi tamil di srilanka. dalam perebutan kekuasaan, presiden ini lebih lihay dan jendral ini kalah lalu dipenjarakan. tentu saja pers pro-presiden langsung mengangkat sang presiden menjadi pahlawan...

sekadar pengimbang informasi, gak tau mana yang bener...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #49 on: 18 September 2010, 04:32:00 AM »
Dari mana dikatakan kelompok arahat mengutus 8 orang dari mereka? Cuma dikatakan mengutus 8 holy monks dan sejauh saya baca tidak ditandaskan "dari mereka".
seluruh skolar (buddhis lho!) yang saya baca mengatakan mereka adalah arahat.

mari kita baca terjemahan Wilhelm Geiger yang merupakan terjemahan yang selalu dipakai untuk mahavamsa:
Sitting then on the terrace of the royal palace, adorned, lighted with fragrant lamps and filled with many a perfume, magnificent with nymphs in the guise of dancing-girls, while he rested on his soft and fair couch, covered with costly draperies, he, looking back upon his glorious victory, great though it was, knew no joy, remembering that thereby was wrought the destruction of millions (of beings).

When the arahants in Piyangudipa knew his thought they sent eight arahants to comfort the king. And they, coming in the middle watch of the night, alighted at the palace-gate. Making known that they were come thither through the air they mounted to the terrace of the palace.

The great king greeted them, and when he had invited them to be seated and had done them reverence in many ways he asked the reason of their coming. `We are sent by the brotherhood at Piyangudipa to comfort thee, O lord of men.'

And thereon the king said again to them: `How shall there be any comfort for me, O venerable sirs, since by me was caused the slaughter of a great host numbering millions?'

`From this deed arises no hindrance in thy way to heaven. Only one and a half human beings have been slain here by thee, O lord of men. The one had come unto the (three) refuges, the other had taken on himself the five precepts Unbelievers and men of evil life were the rest, not more to be esteemed than beasts. But as for thee, thou wilt bring glory to the doctrine of the Buddha in manifold ways; therefore cast away care from thy heart, O ruler of men!'


semoga jelas...


Oleh karenanya dalam menilai, agar tidak terpengaruh subjektifitas perasaan n pemikiran maka saya mengusulkan pendekatan "presume innocent until proven guilty." Berbeda dengan Ncek Morph yang menggunakan "presume guilty until proven innocent." Jika pendekatannya seperti Ncek Morph demikian, maka Mahavamsa pasti sudah terbukti salah!! Karena ketidakbersalahannya tidak akan pernah diketahui.

Apa pun itu, saya rasa kita setuju bahwa dalam Buddhisme (menurut Sang Buddha bukan murid-muridnya) tidak ada tempat bagi politisasi agama dalam menjustifikasi perang.
aiyoh, bang jerry, bang jerry... yang anda bahasakan sebagai praduga tak bersalah itu tidak lain adalah pendekatan iman / kepercayaan. kenapa anda tidak memakai praduga tidak bersalah terhadap kepercayaan agama lain seperti tuhan, dll? karena anda seorang buddhis kan?

seperti halnya arahat atau bukan arahat tadi. iman anda condong mencari pembelaan dan percaya mereka bukanlah arahat dan condong tidak mempercayai morpheus... bukankah begitu? kenapa anda tidak memakai praduga gak bersalah juga terhadap morpheus? karena yang saya katakan tidak sesuai dengan iman anda kan?

pendekatan yang lebih objektif adalah melihat fakta dan buktinya, baru menilai...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #50 on: 18 September 2010, 04:37:43 AM »
Saya yakin hal ini akan sulit mendapat tempat dalam Buddhisme, Om Morph. Meski bagi sebagian buddhis dapat dibenarkan, tetapi dalam sumber mata air termurni Buddhisme - ucapan Sang Buddha dalam Nikaya Pali - sendiri tidak termuat atau mendukung hal demikian. Jangan lupa perang terus berkelanjutan juga bukan karena kedua belah pihak saja, tetapi juga dari luar - terutama para pedagang senjata, misionaris dan pihak2 yang berkepentingan.
saya tahu dan setuju itu, bang jerry.

Sang Buddha yang suci dan tercerahkan sempurna tidak mungkin menganjurkan dan mendukung pembunuhan seperti ini.
tapi bagaimanapun kitab ini mendapat tempat yang terhormat di kalangan srilankan. bukan tidak mungkin bisa dijadikan acuan untuk memerangi orang yang tidak seiman.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #51 on: 18 September 2010, 04:42:48 AM »
Jadi:
not more to be esteemed than beasts
berarti: tidak lebih tinggi/terhormat dari binatang
Bukan berarti:  layaknya binatang
menurut saya, sama saja.
dalam menterjemahkan teks asing, kita bisa saja menterjemahkan kata demi kata, namun hasil terjemahannya menjadi sangat kaku dan tidak enak dibaca. terjemahan bisa memakai kata2 lain yang sejalan agar terjemahannya menjadi lebih luwes.

teks mahavamsa ini sendiri berasal dari bahasa pali (cmiiw) dan diterjemahkan ke jerman trus inggris. saya rasa palinya juga bukan kata per kata dari "not more to be esteemed than beasts".

maknanya kurang lebih bisa dimengerti pembaca. itu udah cukup.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #52 on: 18 September 2010, 04:58:17 AM »
Mengapa sebelumnya saya katakan bahwa ada kemungkinan ucapan para bhikkhu itu adalah sebuah skillful means? Karena secara umum ucapan mereka bisa terdengar kasar, namun bisa mengandung penafsiran dan pengertian lain.
"Dianggap tidak lebih dari binatang" secara umum akan terdengar kasar dan berbahaya. Tetapi jika diselidiki lebih lanjut menurut Tipitaka, bagaimana pandangan Buddhisme terhadap binatang? Kenyataannya ada banyak khotbah dan pernyataan Sang Buddha untuk menghargai semua makhluk termasuk pula binatang. Misalnya dalam Dhammapada ayat 129:
"Semua makhluk hidup takut dipukul. Semua makhluk hidup takut dibunuh. Menempatkan diri seseorang dalam posisi orang lain, maka janganlah seseorang membunuh atau menyebabkan yang lain membunuh."

Penafsirannya dan korelasinya terhadap ucapan para bhikkhu di atas adalah: Jika nyawa para binatang (sebagaimana semua makhluk lainnya) dihargai, maka ketika dikatakan bahwa para non-believers "dianggap tidak lebih dari binatang" berarti bisa pula diartikan sama berharganya dengan nyawa binatang, yang berarti pula sama berharganya dengan nyawa semua makhluk lain. Language is tricky. ;)
mari kita baca lagi ayat di atas (kita pake terjemahan yg disuka aja deh, walaupun jadinya agak aneh):

"Dari perbuatan ini tidak ada hambatan untuk masuk sorga. Hanya
satu dan setengah orang telah Anda bunuh di sini, wahai Penguasa
manusia. Yang seorang telah menganut (tiga) perlindungan, dan yang
lain telah menganut kelima sila. Selebihnya adalah orang-orang tidak seagama dan
orang-orang yang hidupnya jahat, tidak perlu dihargai, tidak lebih tinggi/terhormat
dari binatang. Tetapi untuk Anda, Anda akan membawa kemuliaan ajaran Sang
Buddha dengan banyak cara; oleh karena itu, buanglah penyesalan
dalam hati Anda, O Penguasa manusia!" Demikianlah, setelah
mendapat khotbah dari mereka, raja besar itu bersenang hati."

konteksnya sangat jelas di paragraf di atas. terdapat perbandingan di sana antara "orang" dengan "binatang".
apabila anda masih mikir ini tidak kasar, tidak merendahkan dan tidak menjustify kekerasan terhadap non-buddhis, saya tidak bisa berkata apa2 lagi...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #53 on: 18 September 2010, 07:48:43 AM »
sebenernya makna TS membuat thread ini ingin menunjukan bahwa umat buddha bisa saja mengambil atau mencontoh perbuatan kekerasan dalam sejarah ajaran buddha, hal ini suda pernah di bahas dan ada umat lain yang menganggap seseorang yang seing membunuh pun bisa mencapai kesucian ( lihat sini )

intinya umat buddha sudah di persenjatai dengan JMB8 untuk menyaring ajaran2 baik dari ajaran Buddha juga dari ajaran lain sehingga meminimalisir bahkan tidak melakukan kesalahan2 yang bisa di perbuat oleh nya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #54 on: 18 September 2010, 08:53:12 AM »
Jadi:
not more to be esteemed than beasts
berarti: tidak lebih tinggi/terhormat dari binatang
Bukan berarti:  layaknya binatang
menurut saya, sama saja.
dalam menterjemahkan teks asing, kita bisa saja menterjemahkan kata demi kata, namun hasil terjemahannya menjadi sangat kaku dan tidak enak dibaca. terjemahan bisa memakai kata2 lain yang sejalan agar terjemahannya menjadi lebih luwes.

Saya rasa berbeda, apalagi di awali dengan “tidak perlu dihargai” . Pengertiannya menjadi berbeda.

Kalimat A:
tidak perlu dihargai, layaknya binatang.

Jika “layak” diterjemahkan menurut KBBI:

Tidak perlu dihargawi , sewajarnya/sepatutnya binatang,

Ini bermakna orang tersebut tidak perlu dihargai sama seperti binatang yang tidak perlu dihargai.

Kalimat B:
tidak lebih tinggi/terhormat/berharga dari binatang

Pada kalimat ini, orang tersebut masih memiliki nilai/harga walau sama dengan nilai/harga dari binatang.


Quote
teks mahavamsa ini sendiri berasal dari bahasa pali (cmiiw) dan diterjemahkan ke jerman trus inggris. saya rasa palinya juga bukan kata per kata dari "not more to be esteemed than beasts".

maknanya kurang lebih bisa dimengerti pembaca. itu udah cukup.


Ya ini berarti kita seharusnya menunggu dulu sumber aslinya sebelum menerjemahkan dan membuat topik ini dan menyimpulkan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #55 on: 18 September 2010, 09:08:23 AM »
sebenernya makna TS membuat thread ini ingin menunjukan bahwa umat buddha bisa saja mengambil atau mencontoh perbuatan kekerasan dalam sejarah ajaran buddha, hal ini suda pernah di bahas dan ada umat lain yang menganggap seseorang yang seing membunuh pun bisa mencapai kesucian ( lihat sini )

intinya umat buddha sudah di persenjatai dengan JMB8 untuk menyaring ajaran2 baik dari ajaran Buddha juga dari ajaran lain sehingga meminimalisir bahkan tidak melakukan kesalahan2 yang bisa di perbuat oleh nya.

Sepemahaman saya, (CMIIW) Mr. Ryu, Seperti yang TS sampaikan ia tergelitik oleh pernyataan yang mengatakan tidak ada kekerasan dalam sejarah buddhisme, ia mengacu pada pernyataan Pak Fabian yang mengatakan: “tak pernah setetes darahpun ditumpahkan demi perkembangan agama Buddha” di topik Akhirnya Quran di bakar.

Pemahaman saya, Pak Fab tidak mengacu pada sejarah Buddhisme secara menyeluruh, tetapi pada perkembangan atau cara menyebarluaskan ajarannya. Jika alasan topik ini adalah pernyataan Pak Fab tersebut, sepertinya topik ini tidak nyambung. Tapi kalau lepas dari pernyataan tersebut ya nyambung-nyambung saja, karena sejarahnya memang demikian.

GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #56 on: 18 September 2010, 09:23:47 PM »
sebenernya makna TS membuat thread ini ingin menunjukan bahwa umat buddha bisa saja mengambil atau mencontoh perbuatan kekerasan dalam sejarah ajaran buddha, hal ini suda pernah di bahas dan ada umat lain yang menganggap seseorang yang seing membunuh pun bisa mencapai kesucian ( lihat sini )

intinya umat buddha sudah di persenjatai dengan JMB8 untuk menyaring ajaran2 baik dari ajaran Buddha juga dari ajaran lain sehingga meminimalisir bahkan tidak melakukan kesalahan2 yang bisa di perbuat oleh nya.

Sepemahaman saya, (CMIIW) Mr. Ryu, Seperti yang TS sampaikan ia tergelitik oleh pernyataan yang mengatakan tidak ada kekerasan dalam sejarah buddhisme, ia mengacu pada pernyataan Pak Fabian yang mengatakan: “tak pernah setetes darahpun ditumpahkan demi perkembangan agama Buddha” di topik Akhirnya Quran di bakar.

Pemahaman saya, Pak Fab tidak mengacu pada sejarah Buddhisme secara menyeluruh, tetapi pada perkembangan atau cara menyebarluaskan ajarannya. Jika alasan topik ini adalah pernyataan Pak Fab tersebut, sepertinya topik ini tidak nyambung. Tapi kalau lepas dari pernyataan tersebut ya nyambung-nyambung saja, karena sejarahnya memang demikian.



Bro Kelana yang baik,
Saya rasa memang topik ini tidak nyambung, karena saya bukan mengatakan tak ada kekerasan, karena memukul seseorang sudah merupakan bentuk kekerasan.
ini saya kutipkan kembali pernyataan saya di thread sebelah:

Quote
tapi umat Buddha bangga karena tak pernah setetes darahpun ditumpahkan demi perkembangan agama Buddha, agama Buddha bersih dari noda-noda demikian.

Selain itu perkataan para Bhikkhu terhadap raja Duthagamini merupakan bentuk nasehat untuk mengurangi perasaan bersalahnya, dan dilakukan setelah perang usai

Pernyataan yang saya ungkapkan tentu beda dengan kasus raja Duthagamini, karena alasannya:

Quote
1. Pada kasus-kasus peperangan agama yang saya pelajari para pemimpin agamanya (spiritual leadernya) ikut mendukung peperangan. Tidak demikian pada kasus raja Duthagamani.
2. Kitab sucinya juga mendukung penyebaran faham dengan perang/kekerasan, hal ini sama sekali tak ditemui di Tipitaka.

Saya tak pernah mendengar ada kasus seorang Bhikkhu menjadi penasehat perang di medan perang, atau menganjurkan perang untuk menyebarkan ajaran.
 
_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #57 on: 18 September 2010, 10:00:31 PM »
Saya tak pernah mendengar ada kasus seorang Bhikkhu menjadi penasehat perang di medan perang, atau menganjurkan perang untuk menyebarkan ajaran.
 
_/\_

Buddhists at War

Buddhist scholars say there is no justification for war in Buddhist teaching. Yet Buddhism has not always separated itself from war. There is historic documentation that in 621 CE monks from the Shaolin Temple of China fought in a battle that helped establish the Tang Dynasty. In centuries past, the heads of Tibetan Buddhist schools formed strategic alliances with Mongol warlords and reaped benefits from the warlords' victories.

The links between Zen Buddhism and samurai warrior culture were partly responsible for the shocking collusion of Zen and Japanese militarism in the 1930s and 1940s. For several years a virulent jingoism seized Japanese Zen, and teachings were twisted and corrupted to excuse killing. Zen institutions not only supported Japanese military aggression but raised money to manufacture war planes and weapons.

Observed from a distance of time and culture, these actions and ideas are inexcusable corruptions of dharma, and any "just war" theory that arose from them were the products of delusion. This episode serves as a lesson to us not to be swept up in the passions of the cultures we live in. Of course, in volatile times that is easier said than done.

In recent years Buddhist monks have been leaders of political and social activism in Asia. The Saffron Revolution in Burma and the March 2008 demonstrations in Tibet are the most prominent examples. Most of these monks are committed to nonviolence, although there are always exceptions. More troubling are the monks of Sri Lanka who lead the Jathika Hela Urumaya, "National Heritage Party," a strongly nationalist group that advocates a military solution to Sri Lanka's ongoing civil war.

http://buddhism.about.com/od/basicbuddhistteachings/a/war.htm
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #58 on: 18 September 2010, 10:03:32 PM »
sebenernya makna TS membuat thread ini ingin menunjukan bahwa umat buddha bisa saja mengambil atau mencontoh perbuatan kekerasan dalam sejarah ajaran buddha, hal ini suda pernah di bahas dan ada umat lain yang menganggap seseorang yang seing membunuh pun bisa mencapai kesucian ( lihat sini )

intinya umat buddha sudah di persenjatai dengan JMB8 untuk menyaring ajaran2 baik dari ajaran Buddha juga dari ajaran lain sehingga meminimalisir bahkan tidak melakukan kesalahan2 yang bisa di perbuat oleh nya.

Sepemahaman saya, (CMIIW) Mr. Ryu, Seperti yang TS sampaikan ia tergelitik oleh pernyataan yang mengatakan tidak ada kekerasan dalam sejarah buddhisme, ia mengacu pada pernyataan Pak Fabian yang mengatakan: “tak pernah setetes darahpun ditumpahkan demi perkembangan agama Buddha” di topik Akhirnya Quran di bakar.

Pemahaman saya, Pak Fab tidak mengacu pada sejarah Buddhisme secara menyeluruh, tetapi pada perkembangan atau cara menyebarluaskan ajarannya. Jika alasan topik ini adalah pernyataan Pak Fab tersebut, sepertinya topik ini tidak nyambung. Tapi kalau lepas dari pernyataan tersebut ya nyambung-nyambung saja, karena sejarahnya memang demikian.


ya sepertinya ada salah paham.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kekerasan dan justifikasinya di Mahavamsa
« Reply #59 on: 18 September 2010, 10:28:32 PM »
Saya tak pernah mendengar ada kasus seorang Bhikkhu menjadi penasehat perang di medan perang, atau menganjurkan perang untuk menyebarkan ajaran.
 
_/\_

Buddhists at War

Buddhist scholars say there is no justification for war in Buddhist teaching. Yet Buddhism has not always separated itself from war. There is historic documentation that in 621 CE monks from the Shaolin Temple of China fought in a battle that helped establish the Tang Dynasty. In centuries past, the heads of Tibetan Buddhist schools formed strategic alliances with Mongol warlords and reaped benefits from the warlords' victories.

The links between Zen Buddhism and samurai warrior culture were partly responsible for the shocking collusion of Zen and Japanese militarism in the 1930s and 1940s. For several years a virulent jingoism seized Japanese Zen, and teachings were twisted and corrupted to excuse killing. Zen institutions not only supported Japanese military aggression but raised money to manufacture war planes and weapons.

Observed from a distance of time and culture, these actions and ideas are inexcusable corruptions of dharma, and any "just war" theory that arose from them were the products of delusion. This episode serves as a lesson to us not to be swept up in the passions of the cultures we live in. Of course, in volatile times that is easier said than done.

In recent years Buddhist monks have been leaders of political and social activism in Asia. The Saffron Revolution in Burma and the March 2008 demonstrations in Tibet are the most prominent examples. Most of these monks are committed to nonviolence, although there are always exceptions. More troubling are the monks of Sri Lanka who lead the Jathika Hela Urumaya, "National Heritage Party," a strongly nationalist group that advocates a military solution to Sri Lanka's ongoing civil war.

http://buddhism.about.com/od/basicbuddhistteachings/a/war.htm

Ya...ya... maaf saya lupa... komentar saya hanya saya tujukan bagi tradisi Theravada.... karena sejarah tradisi Mahayana saya kurang paham.
Kekerasan dan intoleransi juga pernah terjadi dengan pembakaran mesjid di Yangon, walaupun rumor mengatakan bahwa yang melakukannya termasuk tentara berpakaian Bhikkhu. Tapi kalau tak salah tak ada pembunuhan.

Kasus-kasus Srilangka maupun Myanmar menurut saya bukan merupakan aksi misionaris yang bertujuan mengembangkan agama. Mohon dikoreksi bila salah.
 
_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata