Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang.
Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang.
Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.
Saya sepaham dengan penjelasan Kainyn.
IMO:
~ Pemahaman intelektual
~ Pemahaman mental
Contohnya: soal METTA
Secara intelektual kita semua memahami bahwa METTA adalah cinta kasih tanpa batas, cinta yg tidak butuh balasan, bahwa kita harus melatih METTA ke semua makhluk, dsbnya...
Tapi, apakah kita telah dapat
mengerti secara mental? Apakah kita telah benar2 dapat tersenyum ketika seseorang menghina kita? Belum tentu ya?
Kenyataannya, ada juga yg memahami METTA secara mental, meskipun tidak mengerti secara intelektual. Saya kenal dengan seorang ibu yg tidak mengerti sedikitpun Dhamma, beliau tidak tahu apa itu METTA dan defenisinya. Namun tindakan ibu ini sungguh benar2 METTA sejati. Saya tidak pernah melihat beliau marah sedikitpun, beliau tidak pernah menjelekkan orang sedikitpun, dan beliau selalu tersenyum, ketika anak2nya tidak mengacuhkan dia, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun (padahal aku sudah 'panas' melihat sikap anak2nya terhadap mamanya), juga ketika suaminya bersikap sembarangan terhadap dia, si ibu tidak pernah protes sedikitpun. Ibu ini selalu melakukan tugas keibuannya dengan baik dan selalu melayani keluarganya dengan sempurna. Dalam opini saya,
ibu ini telah memahami METTA secara mental.
Ketika itu saya merasakan Batin/mental ibu ini adalah Metta, sedangkan saya, hanya intelektualku yg memahami Metta, batinku blom.
Jadi, seperti yg Bro Kainyn katakan, belajar sedikit / banyak tidaklah perlu, yg perlu adalah mempraktikkannya, yg perlu adalah berusaha memahami ajaran secara mental.
anjali,
willi
::