//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Si?sap?sutta?  (Read 16508 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #30 on: 07 February 2009, 09:23:54 AM »
Momo... Nama panggilan buat Bro Kainyn kan Tipitakadhara... ;D

Semoga Bro Kainyn benar2 menjadi seorang Tipitakadhara...sadhu3x...

_/\_ :lotus:



Kalau sekarang, itu hanya semacam "julukan pujian" yang sebetulnya belum pantas buat saya sama sekali. Tetapi, semoga di masa depan saya memiliki kemampuan yang sedikit banyak pantas dengan pujian itu.
:)

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #31 on: 07 February 2009, 11:44:12 AM »
Sadhu...sadhu..sadhu...

Jangan lupa ntar kalo ada acaranya tipitakadhara... jatah bangku saya yg VVVIP yah? ;D di tunggu lho... ;D

_/\_ :lotus:
 
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #32 on: 07 February 2009, 01:25:52 PM »

Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang.
Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang.
Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.


Saya sepaham dengan penjelasan Kainyn.

IMO:
~ Pemahaman intelektual
~ Pemahaman mental

Contohnya: soal METTA

Secara intelektual kita semua memahami bahwa METTA adalah cinta kasih tanpa batas, cinta yg tidak butuh balasan, bahwa kita harus melatih METTA ke semua makhluk, dsbnya...
Tapi, apakah kita telah dapat mengerti secara mental? Apakah kita telah benar2 dapat tersenyum ketika seseorang menghina kita? Belum tentu ya?

Kenyataannya, ada juga yg memahami METTA secara mental, meskipun tidak mengerti secara intelektual. Saya kenal dengan seorang ibu yg tidak mengerti sedikitpun Dhamma, beliau tidak tahu apa itu METTA dan defenisinya. Namun tindakan ibu ini sungguh benar2 METTA sejati. Saya tidak pernah melihat beliau marah sedikitpun, beliau tidak pernah menjelekkan orang sedikitpun, dan beliau selalu tersenyum, ketika anak2nya tidak mengacuhkan dia, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun (padahal aku sudah 'panas' melihat sikap anak2nya terhadap mamanya), juga ketika suaminya bersikap sembarangan terhadap dia, si ibu tidak pernah protes sedikitpun. Ibu ini selalu melakukan tugas keibuannya dengan baik dan selalu melayani keluarganya dengan sempurna. Dalam opini saya, ibu ini telah memahami METTA secara mental.

Ketika itu saya merasakan Batin/mental ibu ini adalah Metta, sedangkan saya, hanya intelektualku yg memahami Metta, batinku blom.

Jadi, seperti yg Bro Kainyn katakan, belajar sedikit / banyak tidaklah perlu, yg perlu adalah mempraktikkannya, yg perlu adalah berusaha memahami ajaran secara mental.

anjali,
willi

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #33 on: 07 February 2009, 01:30:01 PM »

Cerita Culapanthaka harus dilihat tidak dalam kehidupan terakhir culapanthaka yang terlahir dengan keterbatasan daya ingat. Tetapi Culapanthaka telah menjalani jalur pemurnian (visudhi magga) dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. BUDDHA dengan kekuatan bathin-nya dapat mengetahui kondisi bathin pendengar khotbah-nya dan dapat memberikan instruksi yang paling tepat sesuai dengan kondisi dan situasi pendengarnya. Dalam hal ini, karena dalam kehidupan Culapanthaka yang terakhir terlahir dengan keterbatasan daya ingat, maka BUDDHA memberikan instruksi unik seperti yang sdr.cunda quote di atas, yang pada akhirnya membuat Culapanthaka berhasil mencapai penembusan dan mencapai tingkat kesucian Arahat.


namaste suvatthi hotu

Itulah Upaya kossala (keterampilan dalam upaya) yang dimiliki seorang Buddha yang mampu membimbing seseorang mencapai pencerahan sesuai dengan "potensi kesucian" masing-masing.

Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
Tapi kepada Pañcavaggi (kelompok Lima bhikkhu), Sāriputta, Mahāmoggallāna, Mahākassapa, Anuruddha, Upāli, Puṇṇa Mantāṇiputta, Revata, Ānanda, Rāhula, Cūḷapanthaka, Paţācārā dsb Beliau mengajarkan dengan metode yang lain pula.

Thuti

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #34 on: 07 February 2009, 01:31:12 PM »
Momo... Nama panggilan buat Bro Kainyn kan Tipitakadhara... ;D

Semoga Bro Kainyn benar2 menjadi seorang Tipitakadhara...sadhu3x...

_/\_ :lotus:



Kalau sekarang, itu hanya semacam "julukan pujian" yang sebetulnya belum pantas buat saya sama sekali. Tetapi, semoga di masa depan saya memiliki kemampuan yang sedikit banyak pantas dengan pujian itu.
:)



namaste suvatthi hotu

semoga hal itu tercapai dengan baik

Thuti

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #35 on: 07 February 2009, 01:34:48 PM »

Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang.
Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang.
Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.


Saya sepaham dengan penjelasan Kainyn.

IMO:
~ Pemahaman intelektual
~ Pemahaman mental

Contohnya: soal METTA

Secara intelektual kita semua memahami bahwa METTA adalah cinta kasih tanpa batas, cinta yg tidak butuh balasan, bahwa kita harus melatih METTA ke semua makhluk, dsbnya...
Tapi, apakah kita telah dapat mengerti secara mental? Apakah kita telah benar2 dapat tersenyum ketika seseorang menghina kita? Belum tentu ya?

Kenyataannya, ada juga yg memahami METTA secara mental, meskipun tidak mengerti secara intelektual. Saya kenal dengan seorang ibu yg tidak mengerti sedikitpun Dhamma, beliau tidak tahu apa itu METTA dan defenisinya. Namun tindakan ibu ini sungguh benar2 METTA sejati. Saya tidak pernah melihat beliau marah sedikitpun, beliau tidak pernah menjelekkan orang sedikitpun, dan beliau selalu tersenyum, ketika anak2nya tidak mengacuhkan dia, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun (padahal aku sudah 'panas' melihat sikap anak2nya terhadap mamanya), juga ketika suaminya bersikap sembarangan terhadap dia, si ibu tidak pernah protes sedikitpun. Ibu ini selalu melakukan tugas keibuannya dengan baik dan selalu melayani keluarganya dengan sempurna. Dalam opini saya, ibu ini telah memahami METTA secara mental.

Ketika itu saya merasakan Batin/mental ibu ini adalah Metta, sedangkan saya, hanya intelektualku yg memahami Metta, batinku blom.

Jadi, seperti yg Bro Kainyn katakan, belajar sedikit / banyak tidaklah perlu, yg perlu adalah mempraktikkannya, yg perlu adalah berusaha memahami ajaran secara mental.

anjali,
willi

::
^ :jempol: GRP sent daah... :D

Mari kita praktek sekarang... :)

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #36 on: 07 February 2009, 01:35:49 PM »
Romo ini terjemahin donk .....  :)

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.



Thuti  _/\_




Namaste suvatthi hotu


Ini terjemahan gatha tersebut

‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.

Padma seperti halnya lotus merah yang harum,
pada pagi hari hanyalah sekumpulan bunga yang tak harum
Namun cahaya (Buddha) terlihat cemerlang
bagaikan terangnya sinar surya di angkasa.


Mohon dikoreksi


Thuti




cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #37 on: 07 February 2009, 01:38:56 PM »
"Behold the Resplendent One! Splendid like the sweet-smelling red lotus that opens up its petals in the morning. never losing its fragrance! Or like the Sun that blazes in the sky!"


namaste suvatthi hotu

thanks bro

thuti

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #38 on: 07 February 2009, 01:39:14 PM »
Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
yg diajarkan pada seorang bhikkhu tua konon adalah sama dg yg diajarkan thd Bahiya. & tidak seperti Bahiya, dia membutuhkan waktu yg lama. siapa ya namanya?? ga ingat :P

tuntunan "ringkas" bukan artinya utk yg sudah punya kesiapan bathin atau punya potensi tinggi.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #39 on: 07 February 2009, 01:51:42 PM »

Ya, justru saya tahu tidak harus menghafalnya, jadi sekarang tidak putus asa dan patah hati. :)
Segala hal yang terjadi dalam kisah dalam Tipitaka juga bukan untuk ditiru begitu saja tanpa pengertian, tetapi diambil hikmahnya, intisarinya. Tidak ada gunanya menggosok-gosokkan kain di dahi menghadap gerbang timur mengharapkan pencapaian Arahatta seperti Cula-Panthaka.
Semua orang memiliki kecenderungan masing-masing (seperti Cula-Panthaka punya kecenderungan itu karena di kehidupan lampau ia menyadari ketidak-kekalan ketika menyeka mukanya dengan kain bersih, yang kemudian menjadi kotor) dan bisa merasa cocok dengan sebagian (apakah sedikit, seperti Cula-Panthaka atau banyak, seperti Ananda) Tipitaka. Baiklah dia mengembangkan bathin sesuai dengan instruksi yang cocok baginya. Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang. Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang. Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.




Namaste suvatthi hotu

akooor  bro

Tapi apabila tidak mau menghafal sekarang, maka Tipitakadhara nya tertunda juga, hehehehehe (becanda)

Inilah perlunya kita diskusi dengan sehat, sehingga semua permasalahan menjadi jelas, dan apabila kita sudah memiliki metode yang cocok untuk mencapai pencerahan kita tidak tergelincir pada kesombongan dan terjerumus pada pandangan keliru yang menyatakan "cuma ini yang benar yang lain keliru" (Idaṃ eva saccaṃ mogha aññan’ti).


Kita harus sadar bahwa pengetahuan kita baru sebatas teori (pariyatti) berdasarkan kecerdasan pikiran belaka atau hapalan (inipun sering lupa) dan belum praktek (patipatti) apalagi penembusan (Pativedha) dengan kebijaksanaan (paññā)

Semoga kita makin giat praktek

Thuti

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #40 on: 07 February 2009, 02:00:10 PM »

Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang.
Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang.
Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.


Saya sepaham dengan penjelasan Kainyn.

IMO:
~ Pemahaman intelektual
~ Pemahaman mental

Contohnya: soal METTA

Secara intelektual kita semua memahami bahwa METTA adalah cinta kasih tanpa batas, cinta yg tidak butuh balasan, bahwa kita harus melatih METTA ke semua makhluk, dsbnya...
Tapi, apakah kita telah dapat mengerti secara mental? Apakah kita telah benar2 dapat tersenyum ketika seseorang menghina kita? Belum tentu ya?

Kenyataannya, ada juga yg memahami METTA secara mental, meskipun tidak mengerti secara intelektual. Saya kenal dengan seorang ibu yg tidak mengerti sedikitpun Dhamma, beliau tidak tahu apa itu METTA dan defenisinya. Namun tindakan ibu ini sungguh benar2 METTA sejati. Saya tidak pernah melihat beliau marah sedikitpun, beliau tidak pernah menjelekkan orang sedikitpun, dan beliau selalu tersenyum, ketika anak2nya tidak mengacuhkan dia, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun (padahal aku sudah 'panas' melihat sikap anak2nya terhadap mamanya), juga ketika suaminya bersikap sembarangan terhadap dia, si ibu tidak pernah protes sedikitpun. Ibu ini selalu melakukan tugas keibuannya dengan baik dan selalu melayani keluarganya dengan sempurna. Dalam opini saya, ibu ini telah memahami METTA secara mental.

Ketika itu saya merasakan Batin/mental ibu ini adalah Metta, sedangkan saya, hanya intelektualku yg memahami Metta, batinku blom.

Jadi, seperti yg Bro Kainyn katakan, belajar sedikit / banyak tidaklah perlu, yg perlu adalah mempraktikkannya, yg perlu adalah berusaha memahami ajaran secara mental.

anjali,
willi

::

Ya, kira-kira begitu. ;D Biasa yang ada di sutta itu 'kan kurang lebih ciri-ciri dari perwujudan metta. Bagaimanapun kalau kita cuma tiru2 bentuknya seperti tidak (menunjukkan ekspresi) marah, bicara lembut, cuma akan jadi "metta jadi-jadian". Untuk mengenal metta, bagaimana pun harus mengenal dari mana saja kebencian timbul. Kebencian yang timbul dalam masing-masing kita, tentu saja tidak ada dalam kitab suci, harus kita yang praktik sendiri untuk mengenalinya.

Ketika kita sudah melihatnya, merealisasikan ajaran, maka kita sudah melihat sebagian dari daun simsapa itu. Sebelum itu, sebetulnya kita hanya melihat daun lain dan tangan (merk) Buddha saja, tetapi tidak melihat daun sebenarnya yang ada dalam genggaman tangan Buddha itu.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #41 on: 07 February 2009, 02:23:04 PM »

Ya, justru saya tahu tidak harus menghafalnya, jadi sekarang tidak putus asa dan patah hati. :)
Segala hal yang terjadi dalam kisah dalam Tipitaka juga bukan untuk ditiru begitu saja tanpa pengertian, tetapi diambil hikmahnya, intisarinya. Tidak ada gunanya menggosok-gosokkan kain di dahi menghadap gerbang timur mengharapkan pencapaian Arahatta seperti Cula-Panthaka.
Semua orang memiliki kecenderungan masing-masing (seperti Cula-Panthaka punya kecenderungan itu karena di kehidupan lampau ia menyadari ketidak-kekalan ketika menyeka mukanya dengan kain bersih, yang kemudian menjadi kotor) dan bisa merasa cocok dengan sebagian (apakah sedikit, seperti Cula-Panthaka atau banyak, seperti Ananda) Tipitaka. Baiklah dia mengembangkan bathin sesuai dengan instruksi yang cocok baginya. Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang. Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang. Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.




Namaste suvatthi hotu

akooor  bro

Tapi apabila tidak mau menghafal sekarang, maka Tipitakadhara nya tertunda juga, hehehehehe (becanda)

Inilah perlunya kita diskusi dengan sehat, sehingga semua permasalahan menjadi jelas, dan apabila kita sudah memiliki metode yang cocok untuk mencapai pencerahan kita tidak tergelincir pada kesombongan dan terjerumus pada pandangan keliru yang menyatakan "cuma ini yang benar yang lain keliru" (Idaṃ eva saccaṃ mogha aññan’ti).


Kita harus sadar bahwa pengetahuan kita baru sebatas teori (pariyatti) berdasarkan kecerdasan pikiran belaka atau hapalan (inipun sering lupa) dan belum praktek (patipatti) apalagi penembusan (Pativedha) dengan kebijaksanaan (paññā)

Semoga kita makin giat praktek

Thuti

Sekarang juga lagi proses kok. Tapi karena keterbatasan (baca: kurang parami) jadi banyak lupanya. ;D
Kalau dalam pengajaran, rasanya hanya seorang Samma Sambuddha yang bisa tahu benar atau tidaknya metode seseorang. Bahkan Agga Savaka pun tidak mengetahuinya dengan pasti (seperti kasus Sariputta tidak mengajarkan Dhananjani lebih jauh karena tidak mengetahui kapasitas Dhananjani untuk menjadi seorang Ariya). Nah, kalau sekelas Sariputta saja tidak bisa tahu dengan pasti kecenderungan orang dan ajaran yang pas, apalagi saya yang bukan siapa-siapa. Sebagai orang biasa, paling kita bisa lihat benar/salah lewat kemoralan/sila saja.

Begitu juga kecerdasan pikiran. Kembali lagi ke contoh williamhalim, 'metta'. Bagaimana dijelaskan lewat kecerdasan intelektual? Tidak akan bisa, atau setidaknya, tidak akan tepat. Menariknya, bahkan mahluk sederhana seperti serangga (tanpa intelektual) bisa mengenalinya. ;D
Jadi saya setuju: selain teori, kita harus praktik untuk dapat manfaatnya.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #42 on: 07 February 2009, 02:38:37 PM »
Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
yg diajarkan pada seorang bhikkhu tua konon adalah sama dg yg diajarkan thd Bahiya. & tidak seperti Bahiya, dia membutuhkan waktu yg lama. siapa ya namanya?? ga ingat :P

tuntunan "ringkas" bukan artinya utk yg sudah punya kesiapan bathin atau punya potensi tinggi.

Betul, panjang-pendek itu bukan berarti menentukan kematangan bathin seseorang.

Sebetulnya tuntunan terhadap Bahiya (yang juga diberikan kepada Malunkyaputta) TIDAK termasuk yang paling singkat, bahkan sebetulnya lumayan panjang. Hanya saja karena kecepatan "daya tangkap" dan matangnya bathin Bahiya, maka ia bisa mencapai Arahatta bahkan sebelum khotbah selesai. Saya pernah baca instruksi yang jauh lebih singkat diberikan, namun yang bersangkutan mencapai kesucian lebih lama daripada Bahiya. Contohnya Uggasena seorang pemain sirkus mendapatkan ajaran yang sangat singkat dari Buddha sewaktu berdiri di atas tiang dan mencapai arahatta bahkan sebelum turun dari tiang (Dhammapada Atthakatha, 348). Begitu juga tuntunan kepada Theri Khema adalah sangat singkat, namun pencapaiannya membutuhkan waktu yang lebih lama dan bertahap.


cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #43 on: 07 February 2009, 03:34:24 PM »
Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
yg diajarkan pada seorang bhikkhu tua konon adalah sama dg yg diajarkan thd Bahiya. & tidak seperti Bahiya, dia membutuhkan waktu yg lama. siapa ya namanya?? ga ingat :P

tuntunan "ringkas" bukan artinya utk yg sudah punya kesiapan bathin atau punya potensi tinggi.



Namaste suvatthi hotu

Mungkin bhikkhu tua yang anda maksud adalah Mālukyaputta

silahkan baca kisahnya di:


Saṃyuttanikāyo; Saḷāyatanavaggo; 1. Saḷāyatanasaṃyuttaṃ; 10. Saḷavaggo;
2. Mālukyaputtasuttaṃ 95


Semua murid Buddha pada saat itu memang punya kwalitas yang baik dan berpotensi tinggi untuk mencapai pencerahan baik melalui ajaran ringkas maupun melalui penjelasan rinci dan panjang lebar, bahkan ada yang perlu disertai dengan contoh latihan serta dorongan semangat .


thuti


Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #44 on: 07 February 2009, 03:50:38 PM »
Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
yg diajarkan pada seorang bhikkhu tua konon adalah sama dg yg diajarkan thd Bahiya. & tidak seperti Bahiya, dia membutuhkan waktu yg lama. siapa ya namanya?? ga ingat :P

tuntunan "ringkas" bukan artinya utk yg sudah punya kesiapan bathin atau punya potensi tinggi.



Namaste suvatthi hotu

Mungkin bhikkhu tua yang anda maksud adalah Mālukyaputta

silahkan baca kisahnya di:


Saṃyuttanikāyo; Saḷāyatanavaggo; 1. Saḷāyatanasaṃyuttaṃ; 10. Saḷavaggo;
2. Mālukyaputtasuttaṃ 95


Semua murid Buddha pada saat itu memang punya kwalitas yang baik dan berpotensi tinggi untuk mencapai pencerahan baik melalui ajaran ringkas maupun melalui penjelasan rinci dan panjang lebar, bahkan ada yang perlu disertai dengan contoh latihan serta dorongan semangat .


thuti



semua memiliki potensi yg baik, namun mengapa Sang Buddha memberi tuntunan yg berbeda-beda? kalau menurut saya sih karena Sang Buddha mampu melihat kecocokan masing-masing. & tentunya faktor kecocokan itu bukan hanya masalah panjang atau ringkas.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~