Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yang tidak pernah dapat dibalas budinya oleh seseorang . Siapakah dua orang itu? Ibu dan Ayah.
Bahkan seandainya saja seseorang memikul ibunya ke mana-mana di satu bahunya dan memikul ayahnya di bahu yang lain, dan ketika melakukan ini dia hidup seratus tahun, mencapai usia seratus tahun; dan seandainya saja dia melayani ibu dan ayahnya dengan meminyaki mereka, memijit, memandikan, dan menggosok kaki tangan mereka, serta membersihkan kotoran mereka di sana-bahkan perbuatan itu pun belum cukup, dia belum dapat membalas budi ibu dan ayahnya. Bahkan seandainya saja dia mengakat orang tuanya sebagai raja dan penguasa besar di bumi ini, yang sangat kaya dalam tujuh macam harta, dia belum berbuat cukup untuk mereka, dia belum dapat membalas budi mereka. Apakah alasan untuk hal ini? Orang tua berbuat banyak untuk anak mereka; mereka membesarkannya, memberi makan, dan membimbingnya melalui dunia ini.
Tetapi, O para bhikkhu, seseorang yang mendorong orangtuanya yang tadinya tidak percaya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam keyakinan; yang mendorong orangtuanya yang tadinya tidak bermoral, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam moralitas; yang mendorong orang tuanya yang tadinya kikir, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kedermawanan; yang mendorong orangtuanya yang tadinya bodoh batinya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kebijaksanaan -seperti orang itu, O para bhikkhu, telah berbuat cukup untuk ibu dan ayahnya; dia telah membalas budi mereka dan lebih dari membalas budi atas apa yang telah mereka lakukan.
Kelompok Dua, Anguttara Nikaya.
(dikutip dari buku: Petikan Anguttara Nikaya, Kitab Suci Agama Buddha, terbitan Wisma Sambodhi, halaman 90 - 91)