Buddhisme baru menjadi agama.
Negara di Tibet setelah berabad-abad kemudian. diperkenalkan pertama kali sekitar tahun 173, pada masa pemerintahan Raja Lha Thothori Nyantsen. Secara bertahap Budddhisme diasimilasikan, ditanamkan, dan akhirnya terintegrasi ke dalam cara hidup orang Tibet berkat usaha yang dipelopori para raja religius. Raja Song Tsen Gampo menjadi Raja pada usia 13 tahun dan membangun dua buah kuil bernama Rasa Trulnang Tsuglag Kbang dan Ramoche Tsuglag Khang di Lhasa. Beliau mengirim menterinya yang bernama Thonmi Sambhota ke India untuk mempelajari bahasa Sansekerta dan tulisannya. Thonmi Sambhota kemudian menciptakan huruf Tibetan berdasarkan model dari salah satu aksara yang berkembang di India. Raja Song Tsen Gampo kemudian mengundang Acharya Kumara dan Brahmin Shankara dari India, serta Acharya Shilmanju dari Nepal. Mereka mulai menyebarluaskan dan menerjemahkan ajaran Buddha. Walaupun sang Raja sendiri tidak benar-benar mempelajari doktrin Buddhisme, beliau memberikan instruksi-instruksi ke beberapa orang tertentu, sebagian besar berkaitan dengan ajaran tentang Avalokiteshvara.
Selama masa pemerintahan Raja Trisong Deutsen, Buddhisme disebarluaskan dengan semangat yang luar biasa, setelah beliau mengundang Kepala Vihara Shantarakshita dan Acharya Padmasambhava ke Tibet. Mereka mendirikan Vihara Samyen pada tahun 799, yang merupakan Vihara pertama di Tibet. Sangha (perkumpulan para Bhikshu) Tibet mulai terbentuk, ditandai dengan ditahbiskan 7 orang bangsawan sebagai Bhiksu. Pada masa itu terdapat dua jenis Sangha, yaitu mereka yang ditahbiskan sebagai Bhikshu, yang memegang Vinaya, dan praktisi umat awam (Upasaka/Upasika)
Pada masa ini juga para cendekiawan Buddhis Tibet dengan penuh semangat menerjemahkan banyak teks-teks Buddhisme, baik Sutra, Shastra (komentar/penjelasan tentang Sutra), maupun teks Tantra, yang berasal dari bahasa Sansekerta, ke dalam bahasa Tibet. Proses penerjemahan literature Buddhis ini berlangsung secara besar-besaran, dibantu oleh tidak kurang dari 108 cendekiawan Buddhis India. Mereka juga banyak mendirikan Vihara-vihara.
Setelah tiga generasi, Raja Tri Ralpachen yang religius mengeluarkan sebuah dekrit bahwa setiap bhikshu harus didukung oleh 7 keluarga. Pada saat itu ribuan vihara dibangun. Beliau juga mengundang banyak guru besar India seperti Acharya Jinamitra, Acharya Surendrabodhi, dan Acharya Danashila. Para guru besar India ini bersama dengan penerjemah Tibetan, Yeshede dan lainnya, merevisi dan melakukan standarisasi terhadap terjemahan awal literatur Buddhisme, berdasarkan terminologi/istilah yang telah disempurnakan. Dengan ini, ajaran Buddha tersebar luas dengan pesat di seluruh Tibet.