//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?  (Read 96940 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #330 on: 04 October 2010, 10:46:35 PM »
Namo Buddhaya,

saya sepuluh tahun belajar agama Buddha, baru pernah dengar konsep diri kecil dan diri besar
saya 5 tahun belajar Gelugpa, baru tahu di thread ini Madhyamika Prasangika mengakui kesadaran kekal. Padahal aliran itu paling terkenal dengan filosofi "nothing inherently exist, nothing at all"

Saya dari dulu baca buku Zen, dari belasan tahun lalu, baru pernah dapat pengertian Buddha Nature = Atman.

Rajin baca sutta pali, baru pernah dapat interpretasi ajaran "atta" ya di thread ini

Aryadeva bilang gak ada, kok dibilang saya yang salah mengartikan?

Lankavatara Sutra bilang upaya kausalya, dibilang masih salah interpretasi

Nagarjuna bilang tidak ada, dibales dengan Roshi yang bilang sesuatu, itupun tidak jelas, belum tentu Roshi bilang ada. Kalau diperhatikan lagi, Roshi tidak bilang diri besar diri kecil


Baiklah, sudah cukup saya berdebat.
Saya ngaku kalah aja
dari 84.000 pintu Dharma, ajaran anatta adalah 83.999

Ajaran atta ada 1, itu buat anda. Silahkan kalau memang baik buat anda.
Oh tapi ingat, jangan disebarkan ke orang lain, mereka berbeda, mereka akan bingung dengan ajaran atta ini. Ajaran ini bisa dibilang special made for Triyana.

Saya dari dulu baca buku Zen, dari belasan tahun lalu, baru pernah dapat pengertian Buddha Nature = Atman = Ada banyak bukti yang mengatakan ada Self/Atman kalo anda rajin berkunjung ke Mahayana bagian Zen.

 _/\_

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #331 on: 04 October 2010, 10:46:49 PM »
sorry.. sengaja digedein.. biar triyana baca.. kalau udah baca.. dan masih gak sadar..
give up dah :))

gw hanya membantu sebatas teman.. tapi gw bukan psikolog :P
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #332 on: 04 October 2010, 10:48:12 PM »
Namo Buddhaya,

sampai detik ini apakah anda tidak bisa membaca tulisan saya dengan jelas ?
dari awal kita bersiteru di thread ke mana api, yang anda lakukan selalu sama yaitu mencopas, saya tanya, anda balas dengan copasan, saya suruh jelasin, anda mencopas lagi.

dan inti yang saya maksud juga sudah saya utarakan dengan jelas yaitu :

BISAKAH ANDA MENJELASKAN DAN MERANGKUM APA YANG ANDA COPAS DENGAN BAHASA ANDA SENDIRI ?

saya cukup heran.. nanti kalau saya katakan anda bodoh dan tolol / burung beo segala macam, anda tersinggung..
namun tindakan anda mengarah ke sana..

Maksudmu saya Interpretasikan sendiri begitu ?

 _/\_

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #333 on: 04 October 2010, 10:50:26 PM »
Namo Buddhaya,

sampai detik ini apakah anda tidak bisa membaca tulisan saya dengan jelas ?
dari awal kita bersiteru di thread ke mana api, yang anda lakukan selalu sama yaitu mencopas, saya tanya, anda balas dengan copasan, saya suruh jelasin, anda mencopas lagi.

dan inti yang saya maksud juga sudah saya utarakan dengan jelas yaitu :

BISAKAH ANDA MENJELASKAN DAN MERANGKUM APA YANG ANDA COPAS DENGAN BAHASA ANDA SENDIRI ?

saya cukup heran.. nanti kalau saya katakan anda bodoh dan tolol / burung beo segala macam, anda tersinggung..
namun tindakan anda mengarah ke sana..

Maksudmu saya Interpretasikan sendiri begitu ?

 _/\_
benar2 speechless.. :))
bro triyana.. anda sudah umur berapa ?
dan background pendidikan anda apa.. tolong jawab.. ini penting..

jadi saya bisa sesuaikan jawaban saya, dengan tingkat pendidikan anda..
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #334 on: 04 October 2010, 10:51:06 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

 _/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

 _/\_

 

saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

85. ‘Aku menjawab: “Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: ‘Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?’ melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

‘Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah ”batin dan jasmani” dihancurkan seluruhnya?’9

Dan jawabannya adalah:

‘Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana “batin dan jasmani” dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.’”’12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

 _/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

 _/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

 _/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

 _/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

 _/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #335 on: 04 October 2010, 11:00:05 PM »
Namo Buddhaya,

Ajaran atta ada 1, itu buat anda. Silahkan kalau memang baik buat anda.
Oh tapi ingat, jangan disebarkan ke orang lain, mereka berbeda, mereka akan bingung dengan ajaran atta ini. Ajaran ini bisa dibilang special made for Triyana
= Oh ya, karena anda tidak tahan menerima kebenaran maka anda berkata demikian, ajaran anatman ala anda lah yang patut dipertanyakan kebenarannya _/\_

 _/\_

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #336 on: 04 October 2010, 11:02:09 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

 _/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

 _/\_

 

saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

85. ‘Aku menjawab: “Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: ‘Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?’ melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

‘Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah ”batin dan jasmani” dihancurkan seluruhnya?’9

Dan jawabannya adalah:

‘Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana “batin dan jasmani” dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.’”’12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

 _/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

 _/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

 _/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

 _/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

 _/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Lho kok sekarang nambah jadi 18  ?

Kalo dalam Sutta Suci Kevatta Sutta termasuk kesadaran yang mana bro ?

 _/\_

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #337 on: 04 October 2010, 11:05:48 PM »
benar2 speechless.. :))
bro triyana.. anda sudah umur berapa ?
dan background pendidikan anda apa.. tolong jawab.. ini penting..

jadi saya bisa sesuaikan jawaban saya, dengan tingkat pendidikan anda..

tolong jawab bro..
dan apakah bro paham mengenai sumber primer, sumber sekunder ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #338 on: 04 October 2010, 11:07:05 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Ajaran atta ada 1, itu buat anda. Silahkan kalau memang baik buat anda.
Oh tapi ingat, jangan disebarkan ke orang lain, mereka berbeda, mereka akan bingung dengan ajaran atta ini. Ajaran ini bisa dibilang special made for Triyana
= Oh ya, karena anda tidak tahan menerima kebenaran maka anda berkata demikian, ajaran anatman ala anda lah yang patut dipertanyakan kebenarannya _/\_

 _/\_

boleh tau sumber referensi dari statement di atas? atau pendapat pribadi?

Sudah saya jelaskan dipost-post saya sebelumnya bukan ?

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #339 on: 04 October 2010, 11:08:48 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

 _/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

 _/\_

 

saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

85. ‘Aku menjawab: “Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: ‘Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?’ melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

‘Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah ”batin dan jasmani” dihancurkan seluruhnya?’9

Dan jawabannya adalah:

‘Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana “batin dan jasmani” dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.’”’12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

 _/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

 _/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

 _/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

 _/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

 _/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Lho kok sekarang nambah jadi 18  ?

Kalo dalam Sutta Suci Kevatta Sutta termasuk kesadaran yang mana bro ?

 _/\_

saya mengatakan bahwa kesadaran itu berbeda2 tergantung konteksnya, di atas saya katakan kesadaran ada 18 dengan merujuk 6 kesadaran pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.

tapi saya pikir kita perlu membuat topik baru untuk membahas  "Viññanam anidassanam" agar topik ini tidak bergeser dari Atman

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #340 on: 04 October 2010, 11:09:15 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Ajaran atta ada 1, itu buat anda. Silahkan kalau memang baik buat anda.
Oh tapi ingat, jangan disebarkan ke orang lain, mereka berbeda, mereka akan bingung dengan ajaran atta ini. Ajaran ini bisa dibilang special made for Triyana
= Oh ya, karena anda tidak tahan menerima kebenaran maka anda berkata demikian, ajaran anatman ala anda lah yang patut dipertanyakan kebenarannya _/\_

 _/\_

boleh tau sumber referensi dari statement di atas? atau pendapat pribadi?

Sudah saya jelaskan dipost-post saya sebelumnya bukan ?

 _/\_

ya memang sudah, itu sebabnya maka saya tidak jadi tanya

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #341 on: 04 October 2010, 11:09:46 PM »
Namo Buddhaya,

benar2 speechless.. :))
bro triyana.. anda sudah umur berapa ?
dan background pendidikan anda apa.. tolong jawab.. ini penting..

jadi saya bisa sesuaikan jawaban saya, dengan tingkat pendidikan anda..

tolong jawab bro..
dan apakah bro paham mengenai sumber primer, sumber sekunder ?


Walaupun sumber primer anda Sutta Suci tapi tetap harus didasari pada tafsiran yang benar oleh Bhante terpelajar, tidak boleh anda tafsirkan sendiri.

  _/\_

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #342 on: 04 October 2010, 11:12:06 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Saya tidak mendalami ajaran Mahayana, tetapi dalam Theravada jelas tidak ada atman atau atta. jadi menurut saya judul yg diganti oleh mbah kemenyan itu memang tidak tepat. saya mengusulkan judul "Adakah Atman dalam Mahayana?" karena Agama Buddha juga mencakup Theravada sementara Theravada jelas tidak mengajarkan atta.

Karena Diskusi Umum menampung semua aliran maka ia tidak berhak mengambil kesimpulan awal dari salah satu aliran saja, contohnya tentang anatta dalam Theravada yang anda katakan tadi, karena terbukti dalam Theravada pun terbagi dalam 2 golongan, ada yang menerima ajaran bahwa selain 6 kesadaran ada kesadaran lain yang merujuk kepada Higher Self dan ada yang tidak menerima.

Jadi kesimpulan anda tersebut hanya pendapat dari salah satu golongan dalam Theravada.

 _/\_

mohon petunjuk Bro Triyana, ajaran Theravada yg manakah yg mengatakan apa yg anda bold di atas itu? mohon referensi non-wiki, karena theravada memiliki referensi otentik Tipitaka, jadi inilah yg kita jadikan sumber rujukan

Saya kira kita harus terbuka, Wikipedia  termasuk sumber yang tidak dilarang diforum ini dan forum-forum lain seantero dunia.  _/\_


saya akan menerima sumber wiki untuk informasi yg tidak terdapat dalam Tipitaka sejauh berhubungan dengan topik Doktrin Theravada, jadi apakah anda setuju bahwa doktrin adanya atta itu tidak ada dalam Tipitaka sehingga anda perlu mengambil dari sumber lain?

Baik saya tanggapi :

Mari kita buka Kevatta Sutta

Disitu ada bait demikian :

Namo Buddhaya,

"'Your question should not be phrased in this way: Where do these four great elements — the earth property, the liquid property, the fire property, and the wind property — cease without remainder? Instead, it should be phrased like this:

Where do water, earth, fire, & wind
   have no footing?
Where are long & short,
   coarse & fine,
   fair & foul,
   name & form
brought to an end?

"'And the answer to that is:

Consciousness without feature,
      without end,
   luminous all around:
Here water, earth, fire, & wind
   have no footing.
Here long & short
   coarse & fine
   fair & foul
   name & form
are all brought to an end.
With the cessation of [the activity of] consciousness
   each is here brought to an end.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Kevatta the householder delighted in the Blessed One's words.

Silahkan jelaskan  _/\_

 _/\_

 

saya sertakan terjemahan bahasa indonesia versi DCPedia

85. ‘Aku menjawab: “Bhikkhu, suatu ketika para pedagang yang melakukan perjalanan laut, ketika mereka berlayar di lautan, membawa seekor burung yang dapat melihat daratan di kapal mereka. Ketika mereka tidak dapat melihat daratan, mereka akan melepaskan burung itu. Burung itu terbang ke timur, ke selatan, ke barat, ke utara, ia terbang ke atas dan ke arah-arah antara dua arah di kompas. Jika burung itu melihat daratan di arah mana pun, ia akan terbang ke sana. Tetapi jika ia tidak melihat daratan, ia akan kembali ke kapal. Demikianlah, bhikkhu, engkau telah [223] pergi hingga ke alam Brahmā untuk mencari jawaban atas pertanyaanmu dan tidak menemukannya, dan sekarang engkau kembali kepada- Ku. Tetapi, bhikkhu, engkau tidak seharusnya bertanya dengan cara ini: ‘Di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa?’ melainkan, beginilah seharusnya pertanyaan itu di ajukan:

‘Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya?

Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –

Di manakah ”batin dan jasmani” dihancurkan seluruhnya?’9

Dan jawabannya adalah:

‘Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran,10 tidak terbatas, cerah-cemerlang,11

Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan,

Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa-

Di sana “batin dan jasmani” dihancurkan seluruhnya.

Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.’”’12

Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan perumah tangga Kevaddha, senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.


karena anda yg membawakan sutta ini, mungkin adalah lebih tepat jika anda yg terlebih dulu menjelaskan bagaimana pemahaman anda atas penggalan sutta itu. silahken ...

Saya meminta anda menafsirkan Sutta Suci Kevatta Sutta menurut anda, bukan copas versi DC.

 _/\_

saya membantu diri saya sendiri dengan copas versi bahasa indonesia. apakah anda keberatan? dan sekali lagi, apa yg ingin anda tunjukkan dari sutta itu? jika anda ingin saya menafsirkan suatu sutta, mungkin anda sebaiknya buka thread baru.

Baik saya tanggapi :

Consciousness without feature ( Viññanam anidassanam )

Mendapat penjelasan demikian :

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.

Silahkan tanggapi.

 _/\_



bisakah anda menyebutkan sumber kutipan anda? apakah wiki? saya tidak akan mengomentari sesuatu yg tidak jelas siapa penulisnya, dan bagaimana kualifikasi penulisnya

Venerable Thanissaro Bhikkhu

Ṭhānissaro Bhikkhu, also known as Ajaan Geoff, (born 1949) is an American Buddhist monk of the Dhammayut Order (Dhammayutika Nikaya), Thai forest kammatthana tradition. He is currently the abbot of Metta Forest Monastery in San Diego County. Ṭhānissaro Bhikkhu is considered one of the foremost experts in the Pali language and of the Pali Canon. He is also the author of many free Dhamma books.[1]

Ṭhānissaro Bhikkhu was born Geoffrey DeGraff in 1949 and was introduced to the Buddha's teaching on the Four Noble Truths as a high schooler, during a plane ride from the Philippines.[1] After graduating in 1971 with a degree in European Intellectual History from Oberlin College, he travelled to Thailand, where he practiced meditation under Ajaan Fuang Jotiko, who'd studied under Ajaan Lee. He ordained in 1976 at Ajaan Lee's Wat Asokaram where Ajaan Lee's nephew, Ajaan Tawng Jandasiri, served as Preceptor for his ordination. Later, he took residence at Wat Dhammasathit in Thailand.[2]

Before Ajaan Fuang's death in 1986, he expressed his wish for Ajaan Geoff to become abbot of the monastery in Thailand. Some time after his teacher's death, he was offered the position of abbot, but with "strings... attached" and no authority since he was a Westerner in a monastery founded by and for Thai monks. Instead of accepting that position, he travelled to San Diego County in 1991, upon request of Ajaan Suwat Suvaco, where he helped him start Metta Forest Monastery.[1] He became abbot of the monastery in 1993.[2] In 1995, Ajaan Geoff became the first American born, non-Thai bhikkhu to be given the title, authority and responsibility of Preceptor (Uppajaya) in the Dhammayut Order. He also served as Secretary General of that Order for all of North America.

Publications

His extensive list of publications includes:[3]
Translations of Ajaan Lee's meditation manuals from the Thai
Handful of Leaves, a five-volume anthology of sutta translations
The Buddhist Monastic Code, a two-volume reference handbook for monks
Wings to Awakening, a collection of some of the Buddha's most essential teachings
The Mind Like Fire Unbound, an examination of Buddhism in terms of contemporary philosophies of fire
The Paradox of Becoming, an extensive analysis on the topic of becoming as a causal factor of stress and suffering
The Karma of Questions, Noble Strategy, and Purity of Heart, collections of essays on Buddhist practice
Meditations (1-4), collections of transcribed Dhamma talks
Dhammapada: A Translation, a collection of verses by the Buddha
(As co-author) the college-level textbook, Buddhist Religions: A Historical Introduction

Besides Buddhist Religions, all of the books mentioned above are for free distribution, many of which can be read or downloaded in digital format online. Also freely available are audio recordings of many of his Dhamma Talks.

 _/\_

baiklah,
jadi dalam

Viññanam anidassanam.This term is nowhere explained in the Canon, although MN 49 mentions that it "does not partake in the allness of the All" — the "All" meaning the six internal and six external sense media (see SN 35.23). In this it differs from the consciousness factor in dependent co-arising, which is defined in terms of the six sense media. Lying outside of time and space, it would also not come under the consciousness-aggregate, which covers all consciousness near and far; past, present, and future.


menurut anda bagian mana dari paragraf itu yg menjelaskan mengenai atta?




Anda mengatakan kalo kesadaran hanya ada 6, disitu disebutkan ada kesadaran lain selain 6 kesadaran, silahkan jelaskan.

 _/\_

saya pikir topik kita adalah mengenai atta. tidak menjadi persoalan berapa jumlah kesadaran yg ada, yg menjadi topik di sini adalah kesadaran mana yg anda sebut atta?

kesadaran yg "Viññanam anidassanam" ini juga terdapat dalam banyak sutta lain dengan sebutan "signless consciousness", "consciousness without feature", yg mana dalam versi DC diterjemahkan sebagai "kesadaran tanpa gambaran" tapi ini juga tidak dijelaskan sebagai atta.



Berarti anda mengakui kalo anda keliru dengan mengatakan hanya ada 6 kesadaran.

 _/\_

6 kesadaran tidak salah jika dalam konteks pancakkhandha.
selain 6, kesadaran juga ada 18, jika dikaitkan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
ada sejumlah kesadaran lain lagi yg jumlahnya tergantung dari konteksnya.

jumlah kesadaran memang berbeda2 tergantung dari konteks apa kita melihatnya. tapi sejauh ini saya belum melihat adanya kesadaran jenis apapun yg bisa disebut atta (ini yg menjadi topik di sini)

Lho kok sekarang nambah jadi 18  ?

Kalo dalam Sutta Suci Kevatta Sutta termasuk kesadaran yang mana bro ?

 _/\_

saya mengatakan bahwa kesadaran itu berbeda2 tergantung konteksnya, di atas saya katakan kesadaran ada 18 dengan merujuk 6 kesadaran pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.

tapi saya pikir kita perlu membuat topik baru untuk membahas  "Viññanam anidassanam" agar topik ini tidak bergeser dari Atman

Perlu karena Atman disebut juga Kesadaran Kebuddhaan.

 _/\_

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #343 on: 04 October 2010, 11:12:48 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Ajaran atta ada 1, itu buat anda. Silahkan kalau memang baik buat anda.
Oh tapi ingat, jangan disebarkan ke orang lain, mereka berbeda, mereka akan bingung dengan ajaran atta ini. Ajaran ini bisa dibilang special made for Triyana
= Oh ya, karena anda tidak tahan menerima kebenaran maka anda berkata demikian, ajaran anatman ala anda lah yang patut dipertanyakan kebenarannya _/\_

 _/\_

boleh tau sumber referensi dari statement di atas? atau pendapat pribadi?

Sudah saya jelaskan dipost-post saya sebelumnya bukan ?

 _/\_

gw serius tanya bro..

lebih tepatnya sudah anda jelaskan / sudah anda copas ?
bisa tolong dijawab.. kalau sudah anda jelaskan.. tolong post kan lagi PENJELASANNYA..


PERTANYAAN BERIKUTNYA..

anda mengerti bahasa indonesia..

saya tanya  apakah anda mengerti sumber primer / sumber sekunder
dan saya tanya apa latar pendidikan anda..

koq anda malah jawab : Walaupun sumber primer anda Sutta Suci tapi tetap harus didasari pada   tafsiran yang benar oleh Bhante terpelajar, tidak boleh anda tafsirkan   sendiri.

itu namanya ikan kribo rambut kembung

lalu apa kriteria bhante terpelajar ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Adakah Atman dalam Agama Buddha ?
« Reply #344 on: 04 October 2010, 11:14:39 PM »
Namo Buddhaya,

Sebelumnya saya telah membuat post yang juga membahas Atman dalam Agama Buddha dan Hindu (Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi) ) di thread Agama dan Kepercayaan lainnya.

Kali ini saya akan fokus pada Atman dalam Agama Buddha saja.

Silahkan didebat, kritik, saran.

_/\_

1. apakah arti atman menurut bro triyana2009
2. dimanakah terdapat kutipan kata atman dalam sutta tripitaka ?
3. Apakah keuntungannya mengetahui atman dalam Buddhism ?
4. bagaimana hubungannya dgn dhukka, anica dan anatta ?

sementara itu aja bro... coba jelaskan yg ringkas,,, jangan kabur kueeeeee
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya