Kutukan adalah kata-kata yang mengharap orang lain atau diri sendiri celaka. Kutukan ini bisa saja muncul dari orang biasa yang tidak mengenal magis atau dengan kata lain hanya asal bicara, tetapi juga bisa muncul dari seseorang yang memiliki magis.
Dalam Tipitaka dan kitab komentar, peristiwa2 yang berkaitan dengan kutukan telah tercatat, namun tentu tidak dianjurkan dalam ajaran Buddha. Salah satu peristiwa ini tercatat dalam Pārāyanavagga dari suttanipāta. Di vagga ini, diceritakan ada seorang brahmana meminta uang kepada brahmana Bavari. Karena tidak mendapatkan apa yang diminta, brahmana ini mengutuk brahmana Bavari bahwa tujuh hari lagi semenjak hari itu kepala Bavari akan pecah menjadi tujuh. Brahmana bohongan ini melakukan upacara tertentu dan mengutarakan kata2 kutukan dengan keras. Namun karena kutukan ini bohongan, ya, nggak terjadi apa-apa.
Ada juga cerita di Pacittiya nomor 9 untuk seorang bhikkuni. Diceritakan karena marah setelah ditanya seorang bhikkhuni apakah ia mengambiil barang2nya, ia kemudian mengutuk (abhisapati) dengan mengatakan, "jika saya mengambil barang2mu saya bukan seorang pertapa, semoga saya jatuh dari kehidupan suci, semoga saya terlahir di alam neraka, dan ia yang mengatakan secara tidak benar bahwa saya mengambil barang2nya juga bukan seorang pertapa, semoga ia jatuh dari kehidupan suci, dan semoga ia terlahir di alam neraka". Karena kejadian ini, Sang BUddha menetapkan peraturan bahwa seorang bhikkhuni tidak diperbolehkan mengutarakan kata2 kutukan seperti ini.
Dalam Kitab komentar syair ketiga Dhammapada ada kisah seorang pertapa bernama Devala yang mengutuk pertapa Nārada karena telah menginjak kepalanya. Karena marah ia mengutuk pertapa Nārada kalau besoknya ketika matahari muncul kepalanya akan pecah menjadi tujuh. Pertapa Nārada yang tidak melihat kesalahan ada pada dirinya melihat bahwa kutukan tersebut justru akan berbalik kepada si pengutuk tersebut. Dengan kekuatan batinnya, karena kasihan terhadap pertapa Devala ini, ia kemudian mencegah matahari untuk tidak bersinar.
Dari cerita di atas, kutukan memang ada dan terkadang memang bisa terjadi, namun kita tidak tahu apakah ada kekuatan makhluk lain yang melakukan hal itu. Yang jelas, kutukan diawali dari pikiran, dan kekuatan pikiran memang bisa muncul dalam kenyataan.