//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.  (Read 1821212 times)

0 Members and 27 Guests are viewing this topic.

Offline kur0bane

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 8
  • namo buddhaya,namo dhammaya,namo sanghaya
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1425 on: 02 August 2010, 10:49:10 PM »
...
[/size]

waduh promosi neh. udah minta izin momod belom?
hahahahah
gw udah pernah masuk vihara ZFC. segala macem rupang ada disana. sampe ada rupang brahma juga ada. bener2 gado2. di dinding2nya foto2 api yang berbentuk2,foto ada cahaya2. hahaha jadi ajang pamer kesaktian. wakkwakwa

NAAHHHH...
INI HANYALAH GAMBARAN SEDIKIT DARI PRESTASI PENCAPAI SEORANG SUCIWAN YG TELAH LAHIR DIDUNIA INI...
BUKAN HANYA MEMBUAL PROMOSI SEPERTI KEBANYAKAN ORANG LAIN...
LIHAT DONK PRESTASI NYA....
NGOMONG NGAK ADA GUNANYA...
COBA BUKTIKAN DONK KALO MEMANG PUNYA KEMAMPUAN...
MEMANG KATAK DALAM TEMPURUNG SEPERTI ORANG KAMU2 INI... KASIHAN...
emosinya meledak banget bro. gile hawanya terasa sampe kompi ane.
wakwakwkakwwa
« Last Edit: 03 August 2010, 05:15:26 AM by Sumedho »

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1426 on: 02 August 2010, 10:51:19 PM »
Kayaknya masih banyakan jumlah gereja di dunia deh. berarti kesucian diukur dari jumlah tempatnya?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1427 on: 02 August 2010, 11:00:21 PM »
Kayaknya masih banyakan jumlah gereja di dunia deh. berarti kesucian diukur dari jumlah tempatnya?

itu kan baru vihara/cetiya Bro, Spa, diskotek, dll masih belum dihitung

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1428 on: 02 August 2010, 11:05:01 PM »
bung indra

sepertinya anda cukup cerdas, krn lin yun memang bukan buddha hidup sejati

dan tidak ada hubungan dgn arak

saya kan sudah bilang untuk nambah pengetahuan

Penjelajahan Spiritual di "Negeri Terbalik"
Selama hidup, saya belum pernah bertemu "makhluk" demikian, dibilang manusia, tapi tidak mirip manusia, ada kepala dan badan, namun tidak ada tangan dan kaki, yang lebih anehnya, kepala di bawah, badan di atas, ujung kepala datar untuk menopang badannya.

Sewaktu berjalan, tubuhnya bergetar, berjalan maju dengan mengandalkan getaran, sangat sulit dan menyusahkan.

Sewaktu tidur, ia berbaring ibarat seekor ulat, juga berjalan maju dengan mengandalkan gulingan, namun, sekujur tubuhnya gampang lecet dan berdarah.

Sewaktu makan, karena kepala di bawah, makanan balik arah, mengalir keluar lagi lewat mulut, makan sepuluh bagian, mengalir keluar lima bagian, kondisinya seperti muntah.

Karena tidak ada tangan dan kaki, tubuh telanjang, jelek sekali, cuaca panas atau dingin tetap telanjang, tidak ada baju yang bisa menutupi, penampilannya tidak terhormat lagi, ketika bicara, tidak jelas, tidak terperinci, bicara sembarangan.

Makhluk di negeri ini, usianya tidak panjang, selalu ensefalemia, mati karena pendarahan otak, setelah mati, bereinkarnasi lagi di negeri ini, setelah mati bereinkarnasi lagi, datang dan pergi berulang kali, entah berapa kali bertumimbal lahir, kasihan sekali, makhluk ini bagaikan parasit.

Saya tiba di tempat Buddha dan bertanya pada Buddha:

"Negeri apa ini?"

Buddha menjawab, "Negeri Terbalik, termasuk neraka tanah."

Saya berkata, "Apa sebabnya terlahir di negeri ini?"

"Pencipta meninum keras dan peminum minuman keras terlahir di sana."

Saya kaget sekali.

Saya berpikir sejenak, ciri-ciri orang mabuk itu teransang, nekat, emosional, membuta, kehilangan akal sehat, bicara sembarangan, lumpuh, muntah, dan semua perbuatannya terbalik.

Sang Buddha berkata, "Saat Saya masih di dunia, ada seorang Arahat yang bernama Svagata, daya kesaktiannya dapat menundukkan naga berbisa. Kemudian, pada suatu ketika, ia salah minum segelas minuman keras berkadar tinggi yang warnanya seperti air, tak disangka mabuk sampai pingsan, lantas tidur di tengah mata air di pinggir jalan, ada beberapa ekor kodok berlompatan di badannya."

Sang Buddha bersabda:

Demikianlah orang mabuk.

Orang yang dapat menaklukkan naga berbisa, malah tidak dapat menaklukkan seekor kodok.

Sang Buddha bersabda, orang mabuk itu tidak merasa malu menanggalkan pakaian; orang mabuk itu tidak sadar memaki orang dengan kata-kata kasar; orang mabuk itu kalau mabuknya sedang kambuh, ia bahkan berani membunuh orang dan membakarnya; orang mabuk itu juga melakukan kekerasan, minuman keras dapat mengacaukan kesadaran, sehingga mereka mudah sekali melakukan pembunuhan, perzinahan, pencurian, penipuan, dan rintangan-rintangan karma lainnya.

Sang Buddha bersabda, minuman keras dapat menyebabkan 10 kesalahan dan 36 kekeliruan. Pencipta minuman keras, peminum minuman keras, dan orang mabuk, saat menjelang wafat akan jatuh ke "Negeri Terbalik".

Saya terkejut sekali begitu mendengarnya.

Saya bertanya, "Bagaimana supaya kita dapat minum arak namun tidak mabuk?"

Sang Buddha menjawab, "Arak yang mempunyai kadar alkohol, namun arak tersebut tidak dapat memabukkan orang, orang yang meminumnya tidak melanggar sila!"

Sang Buddha melanjutkan, "Menjadikan arak sebagai obat dan menggunakan alkohol untuk menyembuhkan luka, tidak melanggar sila!"

Sang Buddha melanjutkan, "Jika orang minum minuman keras dan menjadi mabuk karenanya, maka ia akan terpuruk."

Saya merasa apa yang disabdakan oleh Sang Buddha sangat benar, jika orang minum minuman keras dan mabuk karenanya, maka ia akan terpuruk. Tidak banyak orang yang dapat mengendalikan diri, biasanya orang mabuk pun berkata, "Saya tidak mabuk, saya tidak mabuk, saya ..... tidak .... mabuk!"

Yang benar itu ratusan sikap jelek muncul semua.

Sebagai sadhaka, kita juga jangan sekali-kali minum arak obat sesukanya, sebab arak obat juga bisa memabukkan orang, sama-sama terpuruk. Arak obat harus diminum sesuai petunjuk dokter, harus ada batasannya, barulah tidak melanggar sila.

Saya pernah ke suatu alam surga, para dewa di alam surga tersebut minum mata air yang mengalir di sungai kayangan, ada kadar arak, wangi arak, rasa arak, itulah arak dewa; satu-satunya yang luar biasa adalah arak ini tidak memabukkan para dewa.

Dengan meminumnya, semangat jadi penuh, bisa membuat kenyang, juga bahagia, tidak sampai mengacaukan kesadaran, para dewa justru hidup dari mata air ini.

Boleh dibilang negeri arak, namun tidak ada dewa yang mabuk. Saya berasumsi bahwa semua sila, mengutamakan "hati", asalkan bisa mandiri, berarti tidak melanggar sila; bila tidak bisa mandiri, berarti melanggar sila, semua Dharma diciptakan oleh "hati".

Ketika saya menyepi dan bertapa di "Danau Daun", saya teringat persoalan arak dan mabuk, arak dan amerta, sehingga merenung secara terperinci.

Biasanya, orang minum arak itu ada hubungannya dengan kesenangan, makanya ada istilah "meneguk arak untuk kesenangan", dari dulu para raja dan bangsawan, di tengah perjamuan, tanpa arak tidak ada kesenangan, arak juga memiliki fungsi merangsang, juga ada fungsi menyenangkan, arak dan wanita ada hubungannya lagi, makanya ada pepatah "minuman keras dan wanita cantik", minum arak sambil menikmati lagu dan tarian dari wanita cantik, yakni fungsi dari minum arak untuk mendatangkan kesenangan bagi orang pada umumnya.

Ada satu jenis orang lagi, karena ada kesedihan dan kerisauan, makanya ada istilah "menyiram kesedihan dengan arak", ada pepatah lagi: "Menebas air dengan pedang, air semakin mengalir; menyiram kesedihan dengan arak, kesedihan semakin mendalam", arak pun dijadikan obat bius. Lantas, apa bedanya ini dengan narkoba, ujung-ujungnya minuman keras bagaikan narkoba, sampai akhirnya "keracunan alkohol", karena minum minuman keras, lantas menyebabkan keracunan alkohol, sungguh tidak ada untungnya sama sekali.

Mengkonsumsi narkoba akan kecanduan, minum arak juga akan kecanduan, merokok pun akan kecanduan, bahkan minum kopi pun akan kecanduan, yang sudah kecanduan, tidak mudah berpantang lagi, terus terang, kalau sudah kecanduan, manusia tidak akan mandiri lagi, bagaimana kita menjadi seorang sadhaka bila tidak dapat mandiri?

Ada yang berdalih bahwa dalam Tantrayana diperkenankan minum arak, sebab arak disebut amerta, sesungguhnya, arak itu sendiri "netral", tidak baik maupun jahat, tergantung bagaimana Anda menggunakannya. Anda tidak dapat mandiri, maka itulah "racun"; Anda dapat mandiri, maka itulah "amerta", arak adalah obat untuk kesehatan, saya pribadi tidak menentang pendapat ini, bila dibatasi penggunaannya, itulah amerta, Anda kalah oleh minuman keras, minuman keras akan berubah menjdi racun yang mencelakakan Anda.

Di tempat yang dingin dan membeku, biasanya orang "minum arak untuk menghangatkan", ini masih boleh ditoleransi, "minum arak untuk mengusir dingin" juga masih boleh ditoleransi, namun, minumlah arak sesuai kemampuan, jangan dijadikan dalih.

Minum sampai mabuk-mabukan, gila-gilaan, bahkan dipapah orang, ini berarti arak sudah mengacaukan kesadaran, semua perbuatannya terbalik, orang demikian, sebaiknya jangan menyentuh arak, setetes pun jangan, sebab Anda akan terpuruk.

sumber: 175_Travelling Monk
indonesia.tbsn.org
« Last Edit: 03 August 2010, 05:16:22 AM by Sumedho »

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1429 on: 02 August 2010, 11:17:04 PM »
saya tidak mengenal kata sarira dari sutra
yang pasti buddha sakyamuni meninggalkan sarira saat wafat
apakah anda mau bilang itu kebetulan?
yg saya maksudkan adalah Buddha Sakyamuni (orang suci) meninggalkan sarira. tetapi apakah ini berlaku sebaliknya? setiap yg meninggalkan sarira pasti adalah orang suci?

Quote
begini saja, penyelesaiannya, anda pergi ke vihara terdekat dari rumah anda, dan tanyalah kepada salah satu anggota sangha apa sarira tidak menunjukkkan apapun

justru karena saya mendengar dari seorang bhikkhu yang mengatakan demikian bahwa sarira tidak mengindikasikan kesucian.
kalau sarira bukan indikasi tertentu, menurut anda  apakah yang menjadi  indikasi seseorang mencapai kesucian  ?
indikasi kesucian ini adalah pokok permasalahan sesungguhnya  yang membuat perdebatan sepanjang 80 halaman dan mungkin akan terus berlanjut, bila tidak ada jawaban yang pasti. para penganut TBSN memiliki standar tersendiri dan penganut non-TBSN memiliki standar tersendiri tentang kesucian.

menurut saya yg menjadi indikasi adalah pernyataan Sang Buddha, atau kita sendiri yg menilai jika kita sudah mencapai kesucian tertinggi. selama ini saya mengetahui Sariputta adalah Arahat, Mahamoggallana adalah Arahat, Ananda, dsb adalah Arahat adalah berdasarkan sutta-sutta bukan dari sarira yg saya sendiri bahkan belum pernah melihatnya.

ngomong2 saya saat ini yg masih hidup juga sudah punya sarira loh, apakah menurut Bro 4DMYN saya adalah orang suci?

apakah menurut anda, tidak mungkin ada seseorang yang mencapai kesucian bila tidak dinyatakan oleh Sang Buddha  itu sendiri? . kalau anda memang punya sarira, anda bisa periksa di X-Ray, lalu hasilnya di scan disini. Setau saya murid Acharya Maha Boowa juga memiliki sarira saat masih hidup, dan bisa diperiksa melalui X-Ray. Saya pengen tau pendapat anda apakah Maha Boowa itu sudah mencapai kesucian atau belum? indikasinya apa?
apakah ada tokoh-tokoh penganut Buddhist non-Theravada ,  yang mencapai kesucian (misalnya: Karmapa 16 - Rangjung Rigpe Dorje, Bhiksu Xu Yun )? indikasinya apa?
lebih lanjut lagi, apakah tokoh-tokoh non- Buddhist seperti: Mother Theresa, Mahatma Gandhi juga  mencapai kesucian?
indikasinya apa?


kalau masih dalam tubuh mungkin itu batu ginjal, kalau punya saya udah keluar waktu gigi saya tanggal. bukankah Sang Buddha dan para Arahat juga memiliki relik gigi?

secara pribadi saya tidak akan berspekulasi apakah seseorang itu arahat atau bukan. jika ada yg mengaku demikian, kita bisa memverifikasinya melalui penyelidikan, melalui bertanya. tidak perlu menunggu mati dan melihat sariranya

http://www.w****a.com/forum/topik-umum/7351-timbulnya-relik-pada-saat-arahat-masih-hidup.html
 Default Timbulnya Relik pada saat arahat masih hidup

    Ternyata relik sudah terbentuk sewaktu arahat masih hidup. Pada kasus YM LP. Wen Sucinno (Thai) ketika beliau sedang menjalani operasi lutut, dokter dan paramedik (saksi mata) mendapati lutut beliau sudah menjadi relik. Kini beliau sudah Parinibbana.

    Kejadian yang hampir sama juga pada saat LP Phien (*murid Luangta Maha Bua yang nomer 2) menjalani operasi jari kaki. Dokter juga mendapati ternyata tulang beliau sudah relik. Dari foto Röentgen (*X Ray), doktėr menemukan ternyata tulang tulang rusuk beliau juga sudah menjadi relik. Beliau masih hidup sampai kini. Jadi sewaktu Arahat masih hidup Relik bisa ditemukan pada kondisi sbb :
    1. Saat operasi tulang dan dokter mendapati ternyata tulang beliau sudah menjadi relik
    2. Rambut yang dicukur (dibuang) ternyata menjadi relik
    3. Kuku yang digunting (dibuang) ternyata menjadi relik
    4. Gigi yang tanggal atau dicabut ternyata menjadi relik ( YM LP Prasit - Thai)
    5. Sampah sirih (Buah pinang) yang di kunyah dan di buang ( mengandung ludah) meng
    kristal dan menjadi relik (YM LP Vira - Thai )
    6.Relik datang bersamaan dengan tulang, atau rupang (patung) dari arahat ybs.


coba baca-baca dulu artikel tersebut. lalu jawab pertanyaan saya. apa indikasi seseorang mencapai kesucian?


Sang Buddha Gotama sudah mengajarkan parameter untuk menentukan kesucian seseorang. jika sudah mematahkan 3 belenggu pertama maka kesucian tingkat 1, jika sudah mematahkan 3 belenggu  pertama dan melemahkan 2 belenggu berikutnya maka kesucian tingkat 2, jika sudah mematahkan 5 belenggu pertama, maka kesucian tingkat 3, dan jika seudah mematahkan 10 belenggu maka tingkat kesucian 4=Arahat. inilah indikatornya, tidak pernah Sang Buddha mengajarkan mengenai sarira sebagai penentu kesucian.
 

kalau indikatornya demikian ini,  sulit sekali dideteksi. seperti pepatah "dalamnya laut bisa diukur, tapi dalamnya hati manusia tidak bisa diukur". Sang Buddha dan para siswa utamanya pada saat parinibanna meninggalkan sarira yang demikian indahnya, apakah menurut anda sarira ini tidak mengindikasikan apapun tentang pencapaian beliau?

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1430 on: 02 August 2010, 11:21:53 PM »
bagaimana pendapat rekan-rekan DC soal artikel dibawah ini? setujukah anda bahwa sarira itu mengindikasikan tingkat kesucian seseorang?

Mahaguru Lu Sheng Yen adalah sosok sadhaka yang sangat berhasil, sehingga dalam tubuhnya terdapat sarira bahkan pada saat beliau masih hidup, apakah beliau termasuk seorang suciwan?

sumber: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4460.0
Setelah jasad Ashin Jinarakkhita dikremasi, ditemukan sisa-sisa kremasi yang cukup banyak. Sisa kremasi berupa butiran kristal yang ditemukan di antara abu jenazah ini disebut relik yang diyakini merupakan bukti pencapaian tataran kesucian tertentu dalam agama Buddha. Pada peringatan 100 tahun kebangkitan nasional Indonesia ini, Sangha Agung Indonesia, Majelis Buddhayana Indonesia, dan Yayasan Ashin Jinarakkhita, memberi gagasan untuk melaksanakan kegiatan Penghormatan Relik Y.M. Ashin Jinarakkhita demi memberi kesempatan kepada umat Buddha di Indonesia untuk memberikan penghormatan kembali kepada beliau.

Acara Penghormatan Relik ini dilaksanakan di 10 kota di Indonesia, yaitu Medan, Pekan Baru, Jambi, Lampung, Surabaya, Semarang, Bandung, dan Jakarta. Dan di kota Medan sendiri, acara tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 8 Juni 2008 di Tiara Convention Center, mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 20.30 WIB. Di acara yang terbuka untuk umum ini, selain dapat melaksanakan upacara penghormatan relik, umat yang hadir juga berkesempatan untuk melihat pameran foto perkembangan agama Buddha di Indonesia.

Umat juga berkesempatan berpartisipasi dalam pembangunan Gedung Prasadha Jinarakkhita, yang direncanakan akan menjadi pusat studi dan penelitian Buddhis. Selain itu, juga terdapat kebaktian bersama yang dimulai pada pukul 19.00 WIB, yang dipimpin langsung oleh anggota Sangha. Untuk memberi kesempatan yang lebih banyak kepada umat Buddha di kota Medan, acara penghormatan relik yang rencananya hanya satu hari tersebut, diperpanjang selama tiga hari, yang bertempat di Vihara Borobudur Medan, yaitu mulai dari Senin, 9 Juni 2008 hingga hari Rabu, 11 Juni 2008.
« Last Edit: 02 August 2010, 11:24:10 PM by 4DMYN »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1431 on: 02 August 2010, 11:23:46 PM »
saya tidak mengenal kata sarira dari sutra
yang pasti buddha sakyamuni meninggalkan sarira saat wafat
apakah anda mau bilang itu kebetulan?
yg saya maksudkan adalah Buddha Sakyamuni (orang suci) meninggalkan sarira. tetapi apakah ini berlaku sebaliknya? setiap yg meninggalkan sarira pasti adalah orang suci?

Quote
begini saja, penyelesaiannya, anda pergi ke vihara terdekat dari rumah anda, dan tanyalah kepada salah satu anggota sangha apa sarira tidak menunjukkkan apapun

justru karena saya mendengar dari seorang bhikkhu yang mengatakan demikian bahwa sarira tidak mengindikasikan kesucian.
kalau sarira bukan indikasi tertentu, menurut anda  apakah yang menjadi  indikasi seseorang mencapai kesucian  ?
indikasi kesucian ini adalah pokok permasalahan sesungguhnya  yang membuat perdebatan sepanjang 80 halaman dan mungkin akan terus berlanjut, bila tidak ada jawaban yang pasti. para penganut TBSN memiliki standar tersendiri dan penganut non-TBSN memiliki standar tersendiri tentang kesucian.

menurut saya yg menjadi indikasi adalah pernyataan Sang Buddha, atau kita sendiri yg menilai jika kita sudah mencapai kesucian tertinggi. selama ini saya mengetahui Sariputta adalah Arahat, Mahamoggallana adalah Arahat, Ananda, dsb adalah Arahat adalah berdasarkan sutta-sutta bukan dari sarira yg saya sendiri bahkan belum pernah melihatnya.

ngomong2 saya saat ini yg masih hidup juga sudah punya sarira loh, apakah menurut Bro 4DMYN saya adalah orang suci?

apakah menurut anda, tidak mungkin ada seseorang yang mencapai kesucian bila tidak dinyatakan oleh Sang Buddha  itu sendiri? . kalau anda memang punya sarira, anda bisa periksa di X-Ray, lalu hasilnya di scan disini. Setau saya murid Acharya Maha Boowa juga memiliki sarira saat masih hidup, dan bisa diperiksa melalui X-Ray. Saya pengen tau pendapat anda apakah Maha Boowa itu sudah mencapai kesucian atau belum? indikasinya apa?
apakah ada tokoh-tokoh penganut Buddhist non-Theravada ,  yang mencapai kesucian (misalnya: Karmapa 16 - Rangjung Rigpe Dorje, Bhiksu Xu Yun )? indikasinya apa?
lebih lanjut lagi, apakah tokoh-tokoh non- Buddhist seperti: Mother Theresa, Mahatma Gandhi juga  mencapai kesucian?
indikasinya apa?


kalau masih dalam tubuh mungkin itu batu ginjal, kalau punya saya udah keluar waktu gigi saya tanggal. bukankah Sang Buddha dan para Arahat juga memiliki relik gigi?

secara pribadi saya tidak akan berspekulasi apakah seseorang itu arahat atau bukan. jika ada yg mengaku demikian, kita bisa memverifikasinya melalui penyelidikan, melalui bertanya. tidak perlu menunggu mati dan melihat sariranya

http://www.w****a.com/forum/topik-umum/7351-timbulnya-relik-pada-saat-arahat-masih-hidup.html
 Default Timbulnya Relik pada saat arahat masih hidup

    Ternyata relik sudah terbentuk sewaktu arahat masih hidup. Pada kasus YM LP. Wen Sucinno (Thai) ketika beliau sedang menjalani operasi lutut, dokter dan paramedik (saksi mata) mendapati lutut beliau sudah menjadi relik. Kini beliau sudah Parinibbana.

    Kejadian yang hampir sama juga pada saat LP Phien (*murid Luangta Maha Bua yang nomer 2) menjalani operasi jari kaki. Dokter juga mendapati ternyata tulang beliau sudah relik. Dari foto Röentgen (*X Ray), doktėr menemukan ternyata tulang tulang rusuk beliau juga sudah menjadi relik. Beliau masih hidup sampai kini. Jadi sewaktu Arahat masih hidup Relik bisa ditemukan pada kondisi sbb :
    1. Saat operasi tulang dan dokter mendapati ternyata tulang beliau sudah menjadi relik
    2. Rambut yang dicukur (dibuang) ternyata menjadi relik
    3. Kuku yang digunting (dibuang) ternyata menjadi relik
    4. Gigi yang tanggal atau dicabut ternyata menjadi relik ( YM LP Prasit - Thai)
    5. Sampah sirih (Buah pinang) yang di kunyah dan di buang ( mengandung ludah) meng
    kristal dan menjadi relik (YM LP Vira - Thai )
    6.Relik datang bersamaan dengan tulang, atau rupang (patung) dari arahat ybs.


coba baca-baca dulu artikel tersebut. lalu jawab pertanyaan saya. apa indikasi seseorang mencapai kesucian?


Sang Buddha Gotama sudah mengajarkan parameter untuk menentukan kesucian seseorang. jika sudah mematahkan 3 belenggu pertama maka kesucian tingkat 1, jika sudah mematahkan 3 belenggu  pertama dan melemahkan 2 belenggu berikutnya maka kesucian tingkat 2, jika sudah mematahkan 5 belenggu pertama, maka kesucian tingkat 3, dan jika seudah mematahkan 10 belenggu maka tingkat kesucian 4=Arahat. inilah indikatornya, tidak pernah Sang Buddha mengajarkan mengenai sarira sebagai penentu kesucian.
 

kalau indikatornya demikian ini,  sulit sekali dideteksi. seperti pepatah "dalamnya laut bisa diukur, tapi dalamnya hati manusia tidak bisa diukur". Sang Buddha dan para siswa utamanya pada saat parinibanna meninggalkan sarira yang demikian indahnya, apakah menurut anda sarira ini tidak mengindikasikan apapun tentang pencapaian beliau?


kondisi kesucian memang tidak terlihat melalui rupa, saya tidak menemukan referensi valid mengenai sarira sebagai indikator kesucian, mungkin Bro 4DMYN bisa memberikan petunjuk. Sang Buddha juga meninggalkan sarira, tapi apakah semua orang yg meninggalkan sarira adalah Buddha? seperti yg sudah saya sebutkan sebelumnya, saya bukanlah orang suci, tapi saya sudah punya sarira walaupun saya masih hidup

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1432 on: 02 August 2010, 11:34:21 PM »
saya gak nemu sutta yang berkaitan dengan sarira, tapi artikel dari banthe Sri Pannyavaro Mahathera ini sangat bermanfaat untuk disimak
 _/\_
RELIK BUDDHA Puja, Inspirasi, dan Motivasi

YM. Sri Pannyavaro Mahathera

Sesaat setelah jasad Guru Agung Buddha Gotama dikremasikan, para raja dating dari berbagi penjuru untuk mengklaim sisa jasmani Guru Agung yang lazim disebut relik (sarira). Brahmana Dona membagi sarira itu menjadi 8 bagian untuk diberikan kepada para raja uang datang dari delapan negara. Seorang raja yang datang terlambat puas dengan mengumpulkan abu dari pembakaran kayu-kayu untuk kremasi, sedangkan Brahmana
Dona sendiri menyimpang bejana emas yang digunakan untuk menampung sarira sebelum dibagikan. Demikian diuraikan pada bagian akhir Maha Parinibbana Sutta (Khotbah/percakapan tentang kemangkatan Agung).

Para raja dan juga Brahmana Dona mendirikan stupa di negara mereka. Berdirilah kemudian 10 stupa awal yang berhubungan dengan Guru Agung setelah Beliau mangkat (Parinibbana): 8 stupa untuk menyimpang sarira, 1 stupa untuk menyimpan abu kayu, dan satu stupa lagi didirikan Brahmana Dona untuk menyimpan bejana emas.

Pada zaman Maharaja Asoka (268 SM), 200 tahun setelah Parinibbana Guru Agung, 7 stupa yang menyimpan sarira dibuka. Sarira dari 7 stupa tersebut dibagi-bagikan antara lain kepada para bhikkhu yang menjadi Dhammaduta ke luar India. Di zaman Maharaja Asoka ini agama Buddha pertama kali melintasi India dan menyebar ke berbagai daerah baru. Asoka sendiri mendirikan ribuan stupa di seluruh daerah kerajaan untuk
menyimpan sarira.

Sarira atau sisa jasmani Guru Agung Buddha Gotama mendapatkan tempat yang sangat terhormat dalam dunia Buddhis sejak awal tarikh Buddhis, lebih dari 2500 tahun lalu. Sarira adalah kata yang digunakan dalam kitab-kitab awal, yang artinya jasmani. Kitab-kitab kemudian menggunakan sebutan Saririka atau Saririka Dhatu, yang artinya unsur dari bagian tubuh. Memang dalam bentuknya sarira hanyalah sebutir kecil, bahkan
sering amat kecil, dari bagian tubuh Guru Agung. Namun butiran kecil itu memberikan makna psikologis bagi umat Buddha akan kedekatan secara fisik dengan Sang Guru Agung. Makna psikologis kedekatan secara fisik dengan Guru Agung adalah makna kehadiran Sang Guru Agung sendiri, di sini dan kini.

Keyakinan (saddha) kita yang bertemu dengan kondisi psikologis itu akan melahirkan emosi keagamaan dengan melakukan puja (penghormatan dan persembahan) kepada Sarira Guru Agung seperti kepada pribadi Guru Agung sendiri. Dalam kitab-kitab komentar yang sering diulang di negara-negara Buddhis, disebutkan :

Titthante nibbute capi, samecitte samam phalam
Apakah Sang Guru masih hidup ataukah sudah mangkat, puja yang dilakukan dengan kesungguhan hati akan memberikan manfaat yang setara.

Saya pernah menerima Sarira Guru Agung berupa sehelai rambut dari satu vihara di dekat hutan di Sri Lanka. Banyak lagi sarira yang lain yang saya terima. Juga satu tusuk gigi yang pernah dipakai sendiri oleh Guru Meditasi Achan Man Bhuridatto Mahathera, saya terima dari salah seorang murid beliau. Achan Man adalah seorang guru besar meditasi yang sangat dihormati oleh para guru meditasi di Thailand sekarang.

Tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran saya untuk mencari bukti bahwa Sarira Guru Agung Buddha Gotama, para Arahat, dan juga Paribhogika-cetiya Achan Man itu asli atau tidak. Saya membagikannya ke berbagai vihara untuk disimpan dalam stupa yang dibangun cukup indah. Sebagian masih ada pada kuti saya sendiri. Saya memujanya setiap pagi dan sore. Memuja kegigihan, kesucian, kasih-sayang serta
keluhuran Sang Guru Agung serta murid-murid Beliau yang telah mencapai kesucian. Sarira itu memberikan inspirasi tiada henti kepada saya. Sarira itu memotivasi untuk berjuang dengan tekun mencapai pembebasan dan pencerahan.

Pada masa Guru Agung Buddha Gotama masih hidup, Beliau sendiri pernah menganjurkan mendirikan stupa di Jetavana Arama, Savatthi untuk menyimpan dan menghormati Relik Arahat Putigatta Tissa yang mangkat setelah mencapai kesucian karena mendengar khotbah langsung dari Guru Agung. Namun sebelumnya, Guru Agung Buddha Gotama membasuh Putigatta Tissa yang sedang sakit dengan air hangat. Pada kesempatan itu Beliau menyatakan bahwa siapapun yang ingin merawat Guru Agung, hendaklah merawat orang yang sakit. Tentu, dengan mendirikan stupa untuk Sarira Arahat Putigatta Tissa banyak pesan yang ingin disampaikan oleh Sang Guru Agung kepada kita semua di sepanjang masa.

Memuja sarira adalah memuja pembebasan dan pencerahan. Pembebasan dan pencerahan itu adalah puncak kasih-sayang (karuna) kepada semua yang menderita dan kebersihan hati (pannya) dari ke-aku-an yang meracuni perikehidupan ini.

Vandami cetiyam sabbam, sabbatthanesu patitthitam, Saririka dhatu mahabodhim, Buddharupam sakalam sada.
Ku bersujud kepada semua cetiya, di mana pun berada, Kepada Relik, pohon Bodhi yang agung, dan arca Buddha.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1433 on: 02 August 2010, 11:35:23 PM »
parah amat loe, gigi copot ama batu ginjal aja bangga =))
seperti yg sudah saya sebutkan sebelumnya, saya bukanlah orang suci, tapi saya sudah punya sarira walaupun saya masih hidup
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1434 on: 02 August 2010, 11:38:08 PM »
saya tidak mengenal kata sarira dari sutra
yang pasti buddha sakyamuni meninggalkan sarira saat wafat
apakah anda mau bilang itu kebetulan?
yg saya maksudkan adalah Buddha Sakyamuni (orang suci) meninggalkan sarira. tetapi apakah ini berlaku sebaliknya? setiap yg meninggalkan sarira pasti adalah orang suci?

Quote
begini saja, penyelesaiannya, anda pergi ke vihara terdekat dari rumah anda, dan tanyalah kepada salah satu anggota sangha apa sarira tidak menunjukkkan apapun

justru karena saya mendengar dari seorang bhikkhu yang mengatakan demikian bahwa sarira tidak mengindikasikan kesucian.
kalau sarira bukan indikasi tertentu, menurut anda  apakah yang menjadi  indikasi seseorang mencapai kesucian  ?
indikasi kesucian ini adalah pokok permasalahan sesungguhnya  yang membuat perdebatan sepanjang 80 halaman dan mungkin akan terus berlanjut, bila tidak ada jawaban yang pasti. para penganut TBSN memiliki standar tersendiri dan penganut non-TBSN memiliki standar tersendiri tentang kesucian.

menurut saya yg menjadi indikasi adalah pernyataan Sang Buddha, atau kita sendiri yg menilai jika kita sudah mencapai kesucian tertinggi. selama ini saya mengetahui Sariputta adalah Arahat, Mahamoggallana adalah Arahat, Ananda, dsb adalah Arahat adalah berdasarkan sutta-sutta bukan dari sarira yg saya sendiri bahkan belum pernah melihatnya.

ngomong2 saya saat ini yg masih hidup juga sudah punya sarira loh, apakah menurut Bro 4DMYN saya adalah orang suci?

apakah menurut anda, tidak mungkin ada seseorang yang mencapai kesucian bila tidak dinyatakan oleh Sang Buddha  itu sendiri? . kalau anda memang punya sarira, anda bisa periksa di X-Ray, lalu hasilnya di scan disini. Setau saya murid Acharya Maha Boowa juga memiliki sarira saat masih hidup, dan bisa diperiksa melalui X-Ray. Saya pengen tau pendapat anda apakah Maha Boowa itu sudah mencapai kesucian atau belum? indikasinya apa?
apakah ada tokoh-tokoh penganut Buddhist non-Theravada ,  yang mencapai kesucian (misalnya: Karmapa 16 - Rangjung Rigpe Dorje, Bhiksu Xu Yun )? indikasinya apa?
lebih lanjut lagi, apakah tokoh-tokoh non- Buddhist seperti: Mother Theresa, Mahatma Gandhi juga  mencapai kesucian?
indikasinya apa?


kalau masih dalam tubuh mungkin itu batu ginjal, kalau punya saya udah keluar waktu gigi saya tanggal. bukankah Sang Buddha dan para Arahat juga memiliki relik gigi?

secara pribadi saya tidak akan berspekulasi apakah seseorang itu arahat atau bukan. jika ada yg mengaku demikian, kita bisa memverifikasinya melalui penyelidikan, melalui bertanya. tidak perlu menunggu mati dan melihat sariranya

http://www.w****a.com/forum/topik-umum/7351-timbulnya-relik-pada-saat-arahat-masih-hidup.html
 Default Timbulnya Relik pada saat arahat masih hidup

    Ternyata relik sudah terbentuk sewaktu arahat masih hidup. Pada kasus YM LP. Wen Sucinno (Thai) ketika beliau sedang menjalani operasi lutut, dokter dan paramedik (saksi mata) mendapati lutut beliau sudah menjadi relik. Kini beliau sudah Parinibbana.

    Kejadian yang hampir sama juga pada saat LP Phien (*murid Luangta Maha Bua yang nomer 2) menjalani operasi jari kaki. Dokter juga mendapati ternyata tulang beliau sudah relik. Dari foto Röentgen (*X Ray), doktėr menemukan ternyata tulang tulang rusuk beliau juga sudah menjadi relik. Beliau masih hidup sampai kini. Jadi sewaktu Arahat masih hidup Relik bisa ditemukan pada kondisi sbb :
    1. Saat operasi tulang dan dokter mendapati ternyata tulang beliau sudah menjadi relik
    2. Rambut yang dicukur (dibuang) ternyata menjadi relik
    3. Kuku yang digunting (dibuang) ternyata menjadi relik
    4. Gigi yang tanggal atau dicabut ternyata menjadi relik ( YM LP Prasit - Thai)
    5. Sampah sirih (Buah pinang) yang di kunyah dan di buang ( mengandung ludah) meng
    kristal dan menjadi relik (YM LP Vira - Thai )
    6.Relik datang bersamaan dengan tulang, atau rupang (patung) dari arahat ybs.


coba baca-baca dulu artikel tersebut. lalu jawab pertanyaan saya. apa indikasi seseorang mencapai kesucian?


Sang Buddha Gotama sudah mengajarkan parameter untuk menentukan kesucian seseorang. jika sudah mematahkan 3 belenggu pertama maka kesucian tingkat 1, jika sudah mematahkan 3 belenggu  pertama dan melemahkan 2 belenggu berikutnya maka kesucian tingkat 2, jika sudah mematahkan 5 belenggu pertama, maka kesucian tingkat 3, dan jika seudah mematahkan 10 belenggu maka tingkat kesucian 4=Arahat. inilah indikatornya, tidak pernah Sang Buddha mengajarkan mengenai sarira sebagai penentu kesucian.
 

kalau indikatornya demikian ini,  sulit sekali dideteksi. seperti pepatah "dalamnya laut bisa diukur, tapi dalamnya hati manusia tidak bisa diukur". Sang Buddha dan para siswa utamanya pada saat parinibanna meninggalkan sarira yang demikian indahnya, apakah menurut anda sarira ini tidak mengindikasikan apapun tentang pencapaian beliau?


kondisi kesucian memang tidak terlihat melalui rupa, saya tidak menemukan referensi valid mengenai sarira sebagai indikator kesucian, mungkin Bro 4DMYN bisa memberikan petunjuk. Sang Buddha juga meninggalkan sarira, tapi apakah semua orang yg meninggalkan sarira adalah Buddha? seperti yg sudah saya sebutkan sebelumnya, saya bukanlah orang suci, tapi saya sudah punya sarira walaupun saya masih hidup
kalo mengaku sudah punya sarira pada saat masih hidup tolong di X-ray, lalu hasilnya di post kesini.. saya akan menghormati tingkat kesucian anda kalau benar-benar anda memiliki sarira.

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1435 on: 02 August 2010, 11:38:36 PM »
parah amat loe, gigi copot ama batu ginjal aja bangga =))
seperti yg sudah saya sebutkan sebelumnya, saya bukanlah orang suci, tapi saya sudah punya sarira walaupun saya masih hidup
kalau demikian ini namanya bukan sarira.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1436 on: 02 August 2010, 11:42:39 PM »
parah amat loe, gigi copot ama batu ginjal aja bangga =))
seperti yg sudah saya sebutkan sebelumnya, saya bukanlah orang suci, tapi saya sudah punya sarira walaupun saya masih hidup
kalau demikian ini namanya bukan sarira.
Memang itulah yg dimaksud bro Indra .....
sapa yg bisa buktikan dgn mengatakan butiran2 itu sarira??
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1437 on: 02 August 2010, 11:45:50 PM »
parah amat loe, gigi copot ama batu ginjal aja bangga =))
seperti yg sudah saya sebutkan sebelumnya, saya bukanlah orang suci, tapi saya sudah punya sarira walaupun saya masih hidup
kalau demikian ini namanya bukan sarira.
Memang itulah yg dimaksud bro Indra .....
sapa yg bisa buktikan dgn mengatakan butiran2 itu sarira??
mungkin bisa diliat bentuknya dan warnanya, dan lalu diteliti ke laboratorium . gue bukan ahli dalam bidang sarira. kalau ada ahlinya mungkin bisa ditanyai lebih lanjut.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1438 on: 02 August 2010, 11:47:00 PM »
adakah laboratorium yang bisa mendeteksi kandungan kesucian dalam sisa-sisa tubuh?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1439 on: 02 August 2010, 11:48:16 PM »
namo buddhaya..  _/\_
teman2 sedharma... dan setanah air..

MUNGKIN LEBIH BAGUS KITA TEMAN2 YG SEDHARMA NGAK USAH LAGILAH COMMENT TERLALU BANYAK AMA ORG YG TIDAK BERMORAL DAN TIDAK BERAGAMA INI...
MEREKA2 ADALAH ORG2 DARI JENIS DUNIA YG LAIN, DAN SUKA MEMBUAT KERIBUTAN AJA...
CAPEK DEH... AMA YG MEMANG NGAK ADA KERJAAN SEPERTI MEREKA YG KERJAAN MEREKA CUMA BISA GOSIPIN YG NGAK BENAR AJA...

MUNGKIN LEBIH BAIK KITA SEMUA DIAM AJALAH... NGAK USAH KASIH COMMENT LAGI...
BIARLAH MEREKA MALU SENDIRI... DAN DIAM SENDIRI AJE...
SEMUA AGAMA MENGAJARKAN KEBAJIKAN PADA SESAMA UMAT MANUSIA.
CUMA2 ADA OKNUM2 TERTENTU YG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB DAN TIDAK TAHU MALU AJE YG SUKA BERKOAR2 MENJELEK2KAN.

MEREKA2 ADALAH ORANG2 YG TIDAK MEMPUNYAI SATU AGAMA ATAU TIDAK MEMAHAMI SESEUATU AJARAN TTG AGAMA.
JADI SIFAT MEREKA JADI TIDAK BERMORAL SAMASEKALI...
NGAPAIN KITA CAPEK2 MENJELASKAN SAMA ORANG YG TIDAK BERMORAL SAMASEKALI...
BIARLAH MEREKA HIDUP DIALAM TDK BERMORAL MEREKA SENDIRI...
DAN PENJELASAN NYA CUKUP SAMPAI DISINI SAJA...

gimana klo dari ivanlian sendiri sebagai penggagas ide :D

 

anything