Dear teman-teman donatur yang murah hati,
DKD mendapatkan beberapa email dari para donatur DKD yang mendesak kami untuk segera survey kasus Aswan (mereka pun telah dihubungi secara terpisah oleh pihak keluarga Aswan). Karena waktu itu, ada kasus Deborah, kami baru sempat menjenguk Aswan hari minggu kemarin. FYI: Deborah sudah meninggalkan kita, setelah stroke, Deborah tidak pernah sadar lagi. Terima kasih pada para donatur tetap DKD, setidaknya kita sudah membantu memberikan harapan hidup kepada keluarganya pada saat mereka membutuhkan dana tersebut.
Hari minggu, Maret 23, 2008, saya menjenguk Aswan (Yunarno) di rumah sakit PIK dan bertemu dengan keluarganya, Yanti dan Maryuni Ching-ching. Aswan lagi dilatih motoriknya oleh koko-nya. Saat ini masih di ICU. Iba juga melihatnya, setiap hari, tergeletak tanpa daya dan ini sudah berlangsung lebih dari 1 tahun.
Keluarganya berada di Pekalongan dan saat ini yang banyak membantu Aswan secara materi adalah cici-nya Yanti. Sejauh ini, tabungan mereka sudah maksimal digunakan untuk pengobatan Aswan, tutup kiri-kanan. Menurut istilah Yanti, udah ngos-ngosan saat ini. Juga ada bantuan dari saudara-saudara dekat dan teman, walaupun tidak banyak. Udah pernah di survey oleh Tzu Chi dan karena Aswan numpang di rumah saudara di Jakarta, menurut Tzu Chi mereka tidak memenuhi syarat.
Aswan adalah asli Pekalongan dan mereka memiliki surat keterangan tidak mampu dari Kelurahan di Pekalongan. Mungkin ada teman Tzu Chi di Pekalongan yang bisa membantu?
Menurut Yanti, tahun lalu, 2007, Aswan dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama 6 bulan, kamar ICU disana Rp 750,000/malam, jauh lebih mahal dibandingkan dengan RS PIK yang Rp 400,000.
Teman-teman, ini semua murni kemanusiaan, bila ingin membantu, DKD akan membantu menyalurkan ke keluarga Aswan. Dana bisa ditransfer ke rekening BCA atas nama Ridawaty, 697-009-1112, cantumkan kode transfer 99, so bila transfer 200,000, tolong dilebihkan jadi 200,099. Bila tanpa ada berita, nama yang akan dicantumkan dalam laporan DKD adalah nama yang muncul di rekening koran. Kotak dana ini akan kami buka sd 10 April 2008. Untuk informasi tentang Aswan, bisa menghubungi cici-nya Yanti. Aswan bisa dijenguk di ICU PIK, lantai 3. Bila ada teman-teman yang ingin membantu membacakan paritta penyembuhan, bisa membaca dari luar ruang ICU. Sempatkan jenguk ya, berikan moral support kepada keluarganya.
Berikut adalah riwayat penyakit Aswan yang dibuat oleh Yanti;
Nama : Yunarno
TTL : Pekalongan, 31 Januari 1986
Umur : 22 tahun
Keluarga yang mengurus : Yantini (cici Yunarno)
No Esia : (021)92786602
HP : 0817188062
Riwayat sakit Yunarno :
Sekitar bulan Februari 2007, Yunarno mengeluh tangan sebelah kirinya suka kesemutan dan agak lemas.
Pada tanggal 8 April 2007, tangan kirinya sudah semakin susah untuk memegang barang dan kaki kiri juga mulai lemas serta susah buang air kecil. Karena itu saya segera memeriksakan Yunarno ke Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (RS PIK). Dokter menyarankan untuk dirawat inap Air seni segera dikeluarkan dengan dipasang kateter, karena sudah hampir mengenai ginjalnya. Di saat itu juga kemudian dilakukan rontgen dan MRI.
Tanggal 9 April 2007, keluarlah hasil MSI dan dokter menyatakan bahwa Yunarno terkena penyakit tumor sumsum tulang belakang. Oleh karena itu dokter menyarankan untuk dioperasi. Namun dari pihak keluarga kami ingin melakukan alternatif lain dengan membawa Yunarno untuk berobat ke luar negeri . Yunarno dirawat di RS PIK selama seminggu, secara perlahan kondisi kaki kiri dan buang air kecilnya mulai agak membaik. Setelah keluar dari RS PIK dan melihat kondisi yang memungkinkan, maka kami mengajak Yunarno pulang ke Pekalongan (Jawa Tengah) untuk mengurus pembuatan paspor. Setelah selama seminggu di Pekalongan, kami kembali ke Jakarta.
Tanggal 27 Mei 2007, tepatnya dua hari sebelum hari keberangkatan ke luar negeri, kondisi Yunarno mengalami penurunan drastis. Bagian tubuh mulai dari bahu hingga kaki menjadi lemas, tidak bisa digerakkan dan tidak bisa buang air kecil lagi. Sehingga kembali harus dipasang kateter untuk membantunya pada saat buang air kecil.
Tanggal 28 Mei 2007, Yunarno mengalami gangguan pernafasan sehingga papa dan tante langsung membawanya ke RS terdekat untuk dipasang oksigen.
Tanggal 29 Mei 2007, tepatnya hari keberangkatan kami ke luar negeri. Kami berangkat ke Bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan mobil ambulance. Namun sayangnya, kami tidak diijinkan berangkat oleh pihak bandara karena melihat kondisi Yunarno yang tidak memungkinkan. Akhirnya dari bandara, kami langsung dirujuk ke RSPAD. Pada saat itu suhu badan Yunarno berkisar antara 39°C - 40°C. Pihak RS memberikan obat penurun panas dan dikompres. Kemudian kembali dilakukan MRI dan diketahui bahwa tumornya membengkak.
Tanggal 30 Mei 2007, kondisi Yunarno semakin drop, tidak sadar dan nafasnya tidak ada. Para dokter dan suster langsung mengambil tindakan untuk membuatnya kembali bernafas. Untungnya tindakan mereka membuahkan hasil. Yunarno dapat bernafas kembali dan langsung dimasukkan ke ruang ICU untuk menjalani perawatan lebih insentif. Selama di ruang ICU, hidup Yunarno bisa dibilang 100% menggunakan mesin. Kondisinya benar-benar tidak berdaya. Setelah dirawat selama 2 hari, berkat semangat hidupnya akhirnya Yunarno mulai sadar dan bisa mengenali orang-orang disekitarnya. Dimana pada hari-hari sebelumnya, hal ini tidak bisa dilakukan.
Setelah dirawat di ICU selama satu bulan, pada tanggal 10 Juni 2007 dilakukan operasi pengangkatan tumor. Dari hasil operasi diperoleh keterangan dokter bahwa tumor tidak semuanya bisa diangkat. Masih tersisa sepertiganya (1/3 nya), karena posisi tumor berada di pusat syarafnya. Setelah operasi, dokter memberi pilihan untuk dikemoterapi atau diradiasi. Kami memilih untuk diradiasi, dengan pertimbangan biayanya lebih murah dan efek dari radiasi tidak begitu keras. Setelah menjalani radiasi selama 25 kali, akhirnya Yunarno diperbolehkan untuk keluar dari RS.
Tanggal 27 Agustus 2007, kami membawa Yunarno pulang ke rumah paman. Untuk sehari-harinya Yunarno diurus oleh mama dan tante. Setiap hari mama dan tante tidak pernah lupa untuk membersihkan badannya dan memberikan terapi.
Tanggal 12 Maret 2008, Yunarno mengalami sesak nafas dan keluar keringat dingin. Kami langsung membawanya ke RS PIK. Dan langsung ditangani oleh dokter UGD. Setelah diperiksa ternyata banyak dahak yang menyumbat di tenggorokannya. Oleh dokter dilakukan penyedotan dahak dan kondisi Yunarno berangsur membaik.
Tanggal 15 Maret 2008, Yunarno mendadak tidak sadar, kami langsung memasukkannya ke ruang ICU untuk menjalani perawatan lebih insentif. Dokter paru-paru kemudian memeriksanya. Dari hasil rontgen diketahui ternyata paru-paru sebelah kiri Yunarno telah tertutup oleh dahak sehingga tidak ada celah untuk oksigen yang keluar, untuk disalurkan ke otak. Oleh dokter kembali dilakukan tindakan penyedotan dahak.
Kondisi Yunarno sampai saat ini masih dirawat di ruang ICU. Dia tetap harus menjalani penyedotan dahak secara rutin.
Hingga saat ini, Yunarno belum mengetahui penyakit yang dideritanya. Bukannya kami mencoba untuk menyembunyikan dari dia, tapi kami hanya berharap Yunarno tetap mempunyai semangat untuk hidup. Dari matanya kami tahu bahwa adik kecil kami ini mempunyai semangat hidup yang tinggi. Dia tidak pernah mengeluh. Biarpun beberapa dokter sudah angkat tangan, tapi kami tetap akan berusaha untuk Yunarno. Karena kami sekeluarga sangat menyayanginya. Banyak cita-cita dan obsesi yang ingin Yunarno capai. Salah satunya ingin membahagiakan papa dan mama. Sampai sekarang, dengan kondisi yang sekarang inipun Yunarno selalu memikirkan kondisi papa dan mama.
Untuk masalah biaya pengobatan, kami berusaha mengumpulkannya dari tabungan masing-masing termasuk dengan meminjam uang ke saudara dan teman. Tapi akhirnya, kami tidak sanggup lagi untuk menanggung biaya pengobatan yang jumlahnya tidak kecil in