Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Suchamda on 25 May 2008, 11:44:17 AM

Title: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Suchamda on 25 May 2008, 11:44:17 AM
The Relationship Between Theravadan and Vajrayana Practices Theravadan is in blue; Tibetan is in Red

Some clarification of the terms:

Samadi: the collected, tranquil, alert mind which is stabilized by one-pointed practice; there can be mental absorption in the objects of mind in this practice.

Shamata with support: conceptual effort applied to collecting and stabilizing the mind in one- pointedness without absorption.

Sati/mindfulness: the alert, aware, wakeful mind which recognizes, brings into awareness and connects with all sense objects, including mind itself.

Shamata without support : effortless mindfulness without an object; an early stage of rigpa.

Vipassana: Inquiry, investigation into the nature of mind. Its final outcome is conceptual knowledge of egolessness/emptiness; releases gross mental fixations leading to letting go.

Yidam practice: "personal" deities (which are the nature of mind itself) are used as objects for purification to release fixations, negativities and obscurations in the mind. They are energy patterns of Buddhas which exist within emptiness and natural clarity which manifest unimpeded compassionate activity. We access a yidam by forming a visualization of them in our mind while chanting their mantra. We do this to infuse and mix our minds with the wisdom and compassion of a particular Buddha or realized being such as the purification accomplished by Vajrasattva, the wisdom unveiled by Manjusri, etc. It is through the blessings of the yidam that the mind is thus transformed. Practice begins with a fabricated image and progresses to the completion stage beyond concept.

Letting go: the culmination of the Theravadan path - releasing mental clinging; a subtle sense of self (as a trace of the Knower) often remains as bare attention. There is no training offered to dispense with the Knower or to stabilize the mind that has let go of clinging.

Dzogchen: non-conceptual non-meditation (no meditative objects) practice which trains the mind to rest in rigpa and stabilize rigpa; it "unties the subtle knots of mind"; there is no object of meditation, including no experience of awareness, attention, or consciousness as an object; there is no separation of self/other in the knowing.

rigpa: the natural mind which is not dependent on or mixed with the senses; beyond conceptual knowledge of egolessness/emptiness; the experiencing, knowing mind without a Knower. It is the natural cognizing (knowing) mind - the union of empty essence, clarity and unimpeded unobstructed compassionate energy.

(http://www.prairiesangha.org/images/relationship.jpg)
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: El Sol on 25 May 2008, 11:57:56 AM
cuma itu?

bagus banget neh...

cariin lage yg laen2nya..
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 May 2008, 09:16:00 PM
Vipassana digolongkan ke dalam conceptual practices?
Bisa banyak yang protes nih ;D
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: El Sol on 25 May 2008, 10:02:56 PM
conceptual itu maksudnya apa yak?
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Suchamda on 26 May 2008, 07:19:51 PM
Vipassana digolongkan ke dalam conceptual practices?
Bisa banyak yang protes nih ;D

Ya, selama masih ada proses melabeli. Bukankah itu konseptual?
Disamping itu, adanya tahapan2 nyana-nyana juga termasuk dalam sebuah sistem meditasi yang memiliki konsep.
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Suchamda on 26 May 2008, 07:25:31 PM
conceptual itu maksudnya apa yak?

Merriam-Webster :
Conceptual : of, relating to, or consisting of concepts

Concept :
- Abstract idea, relating to symbol
- a concept denotes all of the entities, phenomena, and/or relations in a given category or class by using definitions.
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 May 2008, 10:20:09 AM
Quote
Ya, selama masih ada proses melabeli. Bukankah itu konseptual?
Disamping itu, adanya tahapan2 nyana-nyana juga termasuk dalam sebuah sistem meditasi yang memiliki konsep.

Lapor, nanti yang MMD protes...
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Suchamda on 27 May 2008, 02:31:50 PM
Quote
Ya, selama masih ada proses melabeli. Bukankah itu konseptual?
Disamping itu, adanya tahapan2 nyana-nyana juga termasuk dalam sebuah sistem meditasi yang memiliki konsep.

Lapor, nanti yang MMD protes...

Menurut saya MMD justru meditasi non-konseptual.
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: bond on 27 May 2008, 03:28:18 PM
Jadi mana yg lebih baik konsep atau non konsep?

Pencapaian arahat itu konsep atau non konsep?

Apakah batin seorang arahat bebas dari konsep?

Bisa mengatakan non konsep itu sendiri konsep atau non konsep?

Ajaran Sang Buddha konsep atau non konsep termasuk latihan meditasi yg diberikan kepada muridnya?

Mohon pencerahannya :) _/\_

Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Kelana on 27 May 2008, 04:10:48 PM
Apakah ini adalah suatu upaya Vajrayanis yang ingin membahas Theravada? (Theravada di mata Vajrayanis??? or what?? Penasaran nih  :-?
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Suchamda on 27 May 2008, 05:22:26 PM
Apakah ini adalah suatu upaya Vajrayanis yang ingin membahas Theravada? (Theravada di mata Vajrayanis??? or what?? Penasaran nih  :-?

Kalau yang anda maksudkan adalah saya, maka jawabannya adalah tidak.
Tapi si pembuat artikel, saya tidak tahu. Tanyalah langsung kepada dia. Yang jelas, setahu saya, dia adalah seorang Vajrayanis yg mempelajari segala sesuatu termasuk pemahaman Hinayana. Jadi wajar saja dia bisa membuat pemetaan itu. Dan penyajian suatu informasi, jangan semata-mata diartikan dengan sikap defensif.

Daripada mempersoalkan label pembuatnya, bukankah lebih berarti untuk menyelidiki kebenaran pernyataannya?
Kalau anda melihat adanya kesalahan dalam penjabarannya, silakan anda kemukakan argumennya.
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Lily W on 27 May 2008, 06:06:52 PM
Quote
Ya, selama masih ada proses melabeli. Bukankah itu konseptual?
Disamping itu, adanya tahapan2 nyana-nyana juga termasuk dalam sebuah sistem meditasi yang memiliki konsep.

Lapor, nanti yang MMD protes...

Menurut saya MMD justru meditasi non-konseptual.

IMO...
Bukankah MMD memakai konsep Anatta? cmiiw..

_/\_ :lotus:
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 27 May 2008, 06:43:21 PM
Quote
Ya, selama masih ada proses melabeli. Bukankah itu konseptual?
Disamping itu, adanya tahapan2 nyana-nyana juga termasuk dalam sebuah sistem meditasi yang memiliki konsep.

Lapor, nanti yang MMD protes...

Menurut saya MMD justru meditasi non-konseptual.

IMO...
Bukankah MMD memakai konsep Anatta? cmiiw..

_/\_ :lotus:

hehe ... tidak, Bu Lily ... ;D  Dalam retret MMD yang 7 hari saya bicara menyinggung SEDIKIT konsep Anatta pada hari ke-6, sehari sebelum selesai.

Mengapa? ... Karena Anatta itu tidak ada gunanya kalau cuma berhenti sebagai konsep belaka. ... Anatta itu harus ditembus ... Anatta itu adalah puncak MMD, ketika orang menjadi arahat. ...

Bagaimana caranya menembus Anatta? ... Dengan cara TIDAK MEMIKIRKAN ANATTA, melainkan dengan mengamati segala-sesuatu yang ATTA. ... Apakah segala sesuatu yang ATTA? ... Yaitu nama-rupa ini ... Bukankah nama-rupa ini panca-UPADANA-khandha? ... Siapa yang melekat pada nama-rupa? ... ATTA!

Jadi amatilah nama-rupa ini, dan sekaligus sadari bahwa di situ ada ATTA ... yang melekat kepada nama-rupa ini.

Nah ... itulah MMD.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 27 May 2008, 07:15:35 PM
Jadi mana yg lebih baik konsep atau non konsep?

Ini bukan soal 'baik' atau 'buruk' ... Kalau dibilang non-konsep itu 'baik', maka ia masih terlibat dalam perlawanan terhadap 'konsep' yang 'buruk' ... paling tidak 'non-konsep' itu menjadi lawan dari 'konsep' - bukankah dalam pikiran kita  'baik' itu lawan dari 'buruk'? ... Jadi bagaimana mungkin 'nonkonsep' itu dibilang 'baik' ... ;)  hehe ... membingungkan, bukan? ... ;)

Ingat sutra-sutra Mahaprajnaparamita ... begitu membingungkan bagi pikiran ini. ;D


Quote
Pencapaian arahat itu konsep atau non konsep?

Maaf, 'arahat' itu sendiri 'konsep' kok. ... malah 'konsep' yang kita tidak tahu seperti apa kenyataannya. ... ;D


Quote
Apakah batin seorang arahat bebas dari konsep?

Sekarang, sedikit teori ya: silakan baca Mulapariyaya-sutta, M.N.1 (ada terjemahan bhs Indonesia). ...

Di situ, Sang Buddha mengajarkan bagaimana 'konsep' dan 'aku' muncul setiap kali orang berpikir. ... Semua itu terjadi dalam 6 langkah secepat kilat:

(1) ada rangsangan masuk lewat salah satu dari keenam indra  > terjadi persepsi (contoh: ada wujud terlihat oleh mata; wujud ini belum punya nama, belum ada konsepnya, maka disebut "persepsi murni" - pikiran belum ada);
(2) persepsi > konsepsi (pikiran mulai bergerak, wujud mulai dikenal > "bunga" - itu konsep, pikiran);
(3) mulai muncul 'atta'/aku tapi masih belum terpisah dari konsep;
(4) 'atta' memisahkan diri dari konsep - terciptalah dualitas yang paling mendasar: dualitas antara subyek dan obyek - "aku" berhadapan dengan "bunga";
(5) 'atta' membentuk relasi dengan konsep - "aku" ingin memiliki "bunga", "aku" ingin lari dari "ular" kalau yang dilihat ular dsb;
(6) muncul emosi (senang, susah, marah, takut dsb).

Nah, keenam langkah #1 - 6 itu terjadi dalam batin semua puthujjana.

Lalu, Sang Buddha menyarankan, seorang 'sekha' (orang yang berlatih ke nibbana - dengan kata lain, sotapanna, sakadagami & anagami) harus berlatih agar proses pikiran itu berhenti pada langkah #1 saja; dengan kata lain, berlatih agar tidak ada konsep (pikiran) yang muncul;

Lalu Sang Buddha menyatakan, bahwa dalam batin seorang arahat & Buddha, proses pikiran itu berhenti pada langkah #1 untuk selamanya; berarti tidak ada #2 - 6, tidak ada konsep/pikiran, dualitas subyek-obyek, aku-engkau, tidak ada lagi emosi.

Dengan demikian pertanyaan Anda terjawab.


Quote
Bisa mengatakan non konsep itu sendiri konsep atau non konsep?

Buat orang yang sudah menembusnya jelas non-konsep; buat kita-kita yang masih mendiskusikannya di DC ini jelas masih konsep.


Quote
Ajaran Sang Buddha konsep atau non konsep termasuk latihan meditasi yg diberikan kepada muridnya?

Buat kita semua, ajaran Sang Buddha itu, termasuk ajaran meditasi (satipatthana sutta, anapanasati sutta dsb) itu jelas konsep! ... Jadi susahnya, bagaimana "caranya" sadar, meditasi tanpa konsep ... itu tidak bisa dicari, dikejar, dia harus muncul sendiri ...

Itulah sebabnya dalam retret MMD, dari badan & batin ini yang dipentingkan adalah menyadari munculnya pikiran sebagai perwujudan dari 'atta' ... sesuai Mulapariyaya-sutta di atas.

Quote
Mohon pencerahannya :) _/\_

Semoga tercerahkan,

Hudoyo
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 27 May 2008, 07:29:18 PM
Vipassana digolongkan ke dalam conceptual practices?
Bisa banyak yang protes nih ;D

Saya kira tidak perlu protes, karena begitulah tertulis dalam Satipatthana-sutta.

Bukankah dalam seluruh satipatthana-sutta itu sebagian besar merupakan kontemplasi? Kontemplasi adalah gerak pikiran dalam konsep-konsep.

Itulah antara lain sebabnya, mengapa MMD tidak mengikuti Satipatthana-sutta, melainkan Malunkyaputta-sutta & Bahiya-sutta.

Tentang Tibetan meditation saya tidak tahu, karena saya tidak membaca sumber-sumber primernya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: bond on 27 May 2008, 07:34:29 PM
 Berarti segala latihan meditasi yg bertujuan mencapai nibanna  dimulai dari konsep menjadi non konsep . benarkah demikian? CMIIW _/\_



Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 27 May 2008, 07:40:39 PM
Apakah ini adalah suatu upaya Vajrayanis yang ingin membahas Theravada? (Theravada di mata Vajrayanis??? or what?? Penasaran nih  :-?

Kalau yang anda maksudkan adalah saya, maka jawabannya adalah tidak.
Tapi si pembuat artikel, saya tidak tahu. Tanyalah langsung kepada dia. Yang jelas, setahu saya, dia adalah seorang Vajrayanis yg mempelajari segala sesuatu termasuk pemahaman Hinayana. Jadi wajar saja dia bisa membuat pemetaan itu. Dan penyajian suatu informasi, jangan semata-mata diartikan dengan sikap defensif.

Daripada mempersoalkan label pembuatnya, bukankah lebih berarti untuk menyelidiki kebenaran pernyataannya?
Kalau anda melihat adanya kesalahan dalam penjabarannya, silakan anda kemukakan argumennya.

Bahwa penulisnya adalah Tibetan Buddhis itu sedikit memberi informasi mengenai motifnya; setidak-tidaknya pemikirannya pasti masih terkondisi, kecuali ia sudah arahat.

Tetapi saya rasa, penulisnya menyimpulkan pendapatnya dari membaca langsung sutta-sutta/sutra-sutra, tanpa mendiskusikannya dengan praktisi dari Theravada. Ini terlihat dari ruwetnya skema untuk Theravada, yang dikatakannya 'konseptual', yang buat saya sendiri juga membingungkan. :)

Dan bagi teman-teman yang kurang memahami ajaran Tibetan Buddhism, ada baiknya mempelajari dulu apa yang sesungguhnya dikatakan dalam sumber-sumber primernya (sutra, tantra atau apa pun). Saya sendiri juga tidak tahu banyak. Itulah sebabnya saya tidak begitu saja menerima kolom yang berjudul "non-konseptual" itu.

Ada baiknya Rekan Suchamda menampilkan sumber-sumber primer Tibetan Buddhism untuk mendukung klaim 'non-konseptual' itu.

NB: Seandainya penulis skema itu mempelajari Malunkyaputta-sutta & Bahiya-sutta dengan landasan Mulapariyaya-sutta, maka ia tentu terpaksa merevisi skemanya.

Salam,
hudoyo

Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 27 May 2008, 07:45:25 PM
Berarti segala latihan meditasi yg bertujuan mencapai nibanna  dimulai dari konsep menjadi non konsep . benarkah demikian? CMIIW _/\_

Sebagian besar memang demikian. ... Saya masih menunggu informasi lebih lanjut tentang Tibetan meditation yang katanya non-konseptual. ... Jelas 'Rigpa' itu sendiri konsep ... seperti nibbana juga konsep. :)

Tapi ada segelintir meditasi yang langsung tanpa konsep. ... MMD tidak punya konsep apa pun. ... Oleh karena itu disebut juga: "Langkah pertama adalah langkah terakhir." ... karena tidak ada tujuan, tidak ada metode, tidak ada upaya/viriya, tidak ada konsentrasi, tidak ada jhana, tidak ada ariya-magga, tidak ada arahat, tidak ada nibbana atau samsara. ... Jadi sebetulnya, untuk berhasil dalam MMD, jauh lebih sukar dibandingkan vipassana biasa ... MMD adalah BERHENTI TOTAL ... kalau masih ada konsep, belum berhenti namanya.

Oleh karena itu, MMD kurang populer di kalangan Buddhis ... hanya umat Buddha yang berani saja yang mau mencoba MMD ... padahal MMD sangat populer di kalangan pejalan spiritual non-Buddhis. ... :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: bond on 27 May 2008, 08:03:22 PM
Thanks atas penjelasan Pak Hud yg mencerahkan  _/\_
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Kelana on 27 May 2008, 08:36:39 PM
Kalau yang anda maksudkan adalah saya, maka jawabannya adalah tidak.
Tapi si pembuat artikel, saya tidak tahu. Tanyalah langsung kepada dia. Yang jelas, setahu saya, dia adalah seorang Vajrayanis yg mempelajari segala sesuatu termasuk pemahaman Hinayana. Jadi wajar saja dia bisa membuat pemetaan itu. Dan penyajian suatu informasi, jangan semata-mata diartikan dengan sikap defensif.

Daripada mempersoalkan label pembuatnya, bukankah lebih berarti untuk menyelidiki kebenaran pernyataannya?
Kalau anda melihat adanya kesalahan dalam penjabarannya, silakan anda kemukakan argumennya.

Tanggapan saya, hampir sama dengan yang disampaikan Pak Hudoyo. Oleh karena itu diakhir saya mengatakan "penasaran nih"
Apakah pertanyaan saya tersebut bersifat defensif, itu tergantung pikiran masing-masing.  ^-^
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Suchamda on 27 May 2008, 08:42:19 PM
Quote
Tetapi saya rasa, penulisnya menyimpulkan pendapatnya dari membaca langsung sutta-sutta/sutra-sutra, tanpa mendiskusikannya dengan praktisi dari Theravada. Ini terlihat dari ruwetnya skema untuk Theravada, yang dikatakannya 'konseptual', yang buat saya sendiri juga membingungkan.

Kalau anda melihat diagramnya, sebenarnya untuk Theravada yang bertuliskan biru, juga diberi ruang untuk meditasi non-konseptual yaitu ditermin kan sebagai "Letting Go". Hanya saja, memang tidak ada bentuk formalitas tataran itu dalam tradisi Theravada yang sejajar dengan Dzogchen. Mungkin kalaupun mau diadakan, maka barangkali MMD-lah kandidatnya (sejauh pemahaman saya saat ini).
Pengkategorian vipassana sebagai konseptual, itu juga didasarkan atas dasar karakteristik vipasyana yang terdapat juga dalam tradisi Vajrayana, walaupun terdapat perbedaan metodikal.

Quote
Ada baiknya Rekan Suchamda menampilkan sumber-sumber primer Tibetan Buddhism untuk mendukung klaim 'non-konseptual' itu.


Sumber primer, ada banyak sekali, tapi jarang ditampilkan di internet karena hal2 ini termasuk samaya seorang murid.
Meskipun demikian, saya coba tampilkan sebuah puisi yang saya rasa Pak Hudoyo pasti memahaminya, entah rekan-rekan lain yang tidak pernah bermeditasi.

Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Suchamda on 27 May 2008, 08:51:13 PM
Apakah pertanyaan saya tersebut bersifat defensif, itu tergantung pikiran masing-masing.  ^-^

Kalau sedari awal anda sudah menyadari hal ini dalam pikiran anda sendiri, saya rasa pertanyaan anda sebelumnya itu juga tidak perlu diluncurkan.  ^-^
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 28 May 2008, 08:41:24 AM
Saya telah meneliti artikel kiriman Rekan Suchamda ini dengan mendalam, dan menemukan beberapa poin yang perlu dipertanyakan sebagai berikut:

(1) Mengapa 'renunciation' dipisahkan & diletakkan sejajar dengan 'transformation'? - Menurut saya kedua hal itu bergandengan tanpa bisa dipisahkan dengan tegas dalam praktiknya. ... kalau mau dikotakkan, seharusnya diletakkan vertikal, 'renunciation' di bawah 'transformation' ... tapi sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan dengan tegas.

(2) 'Liberation practices' (no subjet-objet duality) - saya tidak tahu seperti apa itu "latihan" (practice)-nya. ... oleh karena itu saya kesampingkan dulu dari pertimbangan saya, sampai saya memperoleh sumber primer yang menguraikan tentang itu. ... Menurut saya, 'no subject-object duality' itu suatu keadaan batin yang muncul dengan sendirinya, tidak bisa dilatih, karena setiap 'latihan' (practice) mau tidak mau melibatkan dualitas subyek-obyek.

(3) Mengapa 'samadhi', 'sati' & 'vipassana' dipisahkan dalam tiga kotak sejajar? - Menurut saya, dalam tradisi Theravada sejak zaman Sang Buddha, hanya ada dua pendekatan atau penekanan, yaitu 'samatha' dan 'vipassana'. ... Tampaknya pemisahan menjadi tiga kotak ini dipaksakan oleh penulis agar sesuai dengan pemisahan 'shamata with support', 'shamata without support', dan 'vipasyana' dari Tibetan system ... ini perlu dicek dengan sumber primer ... Tapi pemisahan 'samadhi', 'sati' dan 'vipassana' dari Theravada TIDAK didukung oleh sutta.

(4) 'shamata with support' - menilik dari uraiannya, tampaknya ini sepadan dengan jhana pertama di mana masih ada vitakka-vicara.

(5) 'shamata without support' - di mana kotaknya, kok tidak ada dalam skema? Mungkin salah ketik dan maksud sesungguhnya adalah kotak kedua? ... dikatakan "effortless mindfulness WITHOUT an object": saya tidak mengerti uraian ini ... perlu melihat sumber primernya ... - Menurut saya, kalau yang dimaksud di sini 'runtuhnya dualisme subyek-obyek', keadaan ini tidak bisa dilatih, harus muncul dengan sendirinya ... jadi tidak bisa disebut 'shamata'.

(6) 'vipassana' - uraiannya membingungkan ... "Its FINAL OUTCOME is the CONCEPTUAL KNOWLEDGE of egolessness/emptiness": saya rasa ini salah - dari pengalaman saya dan apa yang tertulis di Tipitaka, 'final outcome' dari vipassana adalah ditembusnya (bukan conceptual knowledge yang berasal dari pikiran) 'anatta' (egolessness/emptiness).

(7) 'Letting go' (Theravada), mengapa dipisahkan dari kotak 'vipassana'? ... Tidak jelas rujukannya dari sutta. ... Lagi-lagi ini mungkin dipaksakan oleh penulis untuk mencari padanan Theravadin dari 'dzogchen'. ... Menurut hemat saya, sebetulnya padanan dari 'dzogchen' itu adalah 'vipassana' sendiri.

"a subtle sense of self (as a trace of the Knower) often remains as bare attention" - pada mulanya memang begitu ... tapi kalau self ini disadari juga terus-menerus, pada akhirnya akan lenyap juga. ... Ini juga terjadi pada latihan 'dzogchen' ... tidak mungkin seorang Lama duduk melakukan dzogchen ujug-ujug tanpa diri. ...

"There is no training offered to dispense with the Knower" - memang harus begitu, 'si aku yang tahu' itu harus runtuh dengan sendirinya; runtuhnya si aku tidak bisa dilatih. ... Sebaliknya, kalau di dalam dzogchen ada latihan untuk meruntuhkan si aku, justru itulah yang salah.

(8.) 'dzogchen': uraiannya menarik ... perlu dibedah satu per satu:

"non-conceptual non-meditation (no meditative objects) PRACTICE" - kalau memang "non-conceptual non-meditation", maka keadaan itu tidak bisa dilatih (practice), tidak bisa dikejar ... jadi istilah itu bertentangan dalam dirinya sendiri (contradictio in terminis).

"which TRAINS the mind to rest in rigpa" - ini sama dengan di atas, itu bukan "latihan" (training).

"there is no object of meditation, including no experience of awareness, attention, or consciousness as an object; there is no separation of self/other in the knowing" - apalagi ini, keadaan ini bukan keadaan yang bisa dilatih, ini harus muncul sendiri

(9) Membandingkan uraian penulis tentang 'vipassana', 'letting go' (Theravada) dan 'dzogchen' (Tibetan) menunjukkan dengan gamblang motivasi dan sikap penulis yang sangat sektarian. 'Vipassana' dan 'letting go' digambarkan sebagai LEBIH RENDAH daripada 'dzogchen'. Inilah yang secara intuitif dikeluhkan oleh Rekan Kelana.

(10) 'yidam practice' - ya itulah kekhasan Tibetan system. ... Padanannya dalam Theravada adalah meditasi "Buddhanussati', "Dhammanussati" & "Sanghanussati" ... cuma di Tibetan dipakai visualisasi, di Theravada dipakai inteleksi/kontemplasi (perenungan).

Yang saya tidak mengerti ialah mengapa 'yidam practice' dihubungkan dengan 'without a knower, nothing known' - jelas ini tidak benar, karena dalam 'yidam practice' ada aku dan ada visualisasi.

(11) Dikotomi "conceptual practice" dan "nonconceptual practice" secara sejajar menurut saya adalah artifisial ... penulis tidak memahami hakikat 'conceptual' dan terutama 'nonconceptual' itu sendiri ... Kalau pun mau dibagi seharusnya pembagian itu vertikal, 'conceptual' menuju 'nonconceptual', bukan horisontal ... menurut saya, inilah kesalahan konseptual terbesar dari penulis.

(12) 'rigpa' - menurut uraian penulis, saya rasa rigpa ini tidak berbeda dengan nibbana dalam Theravada yang diuraikan dalam Udana 8.1-4:

8.1 "There is that dimension where there is neither earth, nor water, nor fire, nor wind; neither dimension of the infinitude of space, nor dimension of the infinitude of consciousness, nor dimension of nothingness, nor dimension of neither perception nor non-perception; neither this world, nor the next world, nor sun, nor moon. And there, I say, there is neither coming, nor going, nor staying; neither passing away nor arising: unestablished, unevolving, without support (mental object). This, just this, is the end of dukkha."

8.2 "It's hard to see the unaffected,
for the truth isn't easily seen.
Craving is pierced
   in one who knows;
   For one who sees,
there is nothing."


8.3 "There is, monks, an unborn — unbecome — unmade — unfabricated. If there were not that unborn — unbecome — unmade — unfabricated, there would not be the case that emancipation from the born — become — made — fabricated would be discerned. But precisely because there is an unborn — unbecome — unmade — unfabricated, emancipation from the born — become — made — fabricated is discerned."

8.4 "One who is dependent has wavering. One who is independent has no wavering. There being no wavering, there is calm. There being calm, there is no desire. There being no desire, there is no coming or going. There being no coming or going, there is no passing away or arising. There being no passing away or arising, there is neither a here nor a there nor a between-the-two. This, just this, is the end of dukkha."

KESIMPULAN: menurut penilaian saya, artikel ini setara dengan skripsi mahasiswa S1 Agama Buddha, dengan keputusan: "Tidak Lulus". ... Penulis harus membongkar tulisannya secara fundamental dan membuat skripsi baru ... membandingkan kedua sistem meditasi itu secara apresiatif, bukan secara kontradiktif seperti ini ... karena menurut hemat saya, setiap sistem meditasi Buddhis yang sudah bertahan selama ribuan tahun tentu telah membuktikan dirinya mampu membawa praktisinya pada tujuan tertinggi, tanpa yang satu lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang lain.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 28 May 2008, 09:02:14 AM
Kalau anda melihat diagramnya, sebenarnya untuk Theravada yang bertuliskan biru, juga diberi ruang untuk meditasi non-konseptual yaitu ditermin kan sebagai "Letting Go". Hanya saja, memang tidak ada bentuk formalitas tataran itu dalam tradisi Theravada yang sejajar dengan Dzogchen.

Menurut hemat saya, 'vipassana' yang diajarkan Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta dalam Theravada adalah meditasi non-konseptual yang sejajar dengan 'dzogchen'.


Quote
Pengkategorian vipassana sebagai konseptual, itu juga didasarkan atas dasar karakteristik vipasyana yang terdapat juga dalam tradisi Vajrayana, walaupun terdapat perbedaan metodikal.

Menurut saya, 'vipassana' [Theravada] harus disejajarkan dengan 'dzogchen' [Tibetan]. ... Kalau dalam sistem Tibetan 'vipasyana' terletak di bawah 'dzogchen', maka itu berarti 'vipasyana' [Tibetan] harus diletakkan di bawah 'vipassana' [Theravada]. Sekalipun nama sama, namun isi berbeda ...

Perlu diingat bahwa dalam mindset seorang penganut Tibetan Buddhism, Theravada (beserta seluruh meditasinya) berada pada peringkat paling bawah, dan Vajrayana pada peringkat paling atas, tanpa ada yang menyamainya, bahkan Mahayana yang di tengah pun tidak. ... Kalau mindset seorang Tibetan Buddhist itu disadari maka isi seluruh artikel yang Anda tampilkan itu menjadi sangat gamblang.


Quote
Sumber primer, ada banyak sekali, tapi jarang ditampilkan di internet karena hal2 ini termasuk samaya seorang murid.

Di sini kelemahan pembandingan Theravada - Tibetan Buddhism ... karena sumber primer satu pihak tidak ditampilkan, maka segala kesimpulan yang bisa dibuat selalu bersifat sementara.


Quote
Meskipun demikian, saya coba tampilkan sebuah puisi yang saya rasa Pak Hudoyo pasti memahaminya, entah rekan-rekan lain yang tidak pernah bermeditasi.

The Mirror of Essential Points
A letter on praise of emptiness from Jamyang Dorje to his mother

Nyosul Khen Rinpoche

I pay homage at the lotus feed of Tenpey Nyima,
Who is inseparable from lord Longchen Rabjam
And who perceives the natural state of emptiness
Of the oceanlike infinity of things.

[...]

Saya lihat ini tidak berbeda banyak dengan syair-syair dalam Theragatha & Therigatha dari Theravada.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 28 May 2008, 11:08:16 AM
Saya kira bukan hanya "MMD" saja yang bisa dilabeli "Ultimate". Dalam meditasi vipassana guru-guru seperti Mahasi Sayadaw, Pa-Auk Sayadaw, bahkan "mencatat" dan lain-lain bukanlah vipassana, melainkan hanya metode untuk vipassana itu sendiri. Inti vipassana adalah paramttha sacca (ultimate truth), bukan pelabelan, pencatatan, atau lain-lain.
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Lily W on 28 May 2008, 11:22:49 AM
hehe ... tidak, Bu Lily ... ;D  Dalam retret MMD yang 7 hari saya bicara menyinggung SEDIKIT konsep Anatta pada hari ke-6, sehari sebelum selesai.
Mengapa? ... Karena Anatta itu tidak ada gunanya kalau cuma berhenti sebagai konsep belaka. ... Anatta itu harus ditembus ... Anatta itu adalah puncak MMD, ketika orang menjadi arahat. ...
Bagaimana caranya menembus Anatta? ... Dengan cara TIDAK MEMIKIRKAN ANATTA, melainkan dengan mengamati segala-sesuatu yang ATTA. ... Apakah segala sesuatu yang ATTA? ... Yaitu nama-rupa ini ... Bukankah nama-rupa ini panca-UPADANA-khandha? ... Siapa yang melekat pada nama-rupa? ... ATTA!
Jadi amatilah nama-rupa ini, dan sekaligus sadari bahwa di situ ada ATTA ... yang melekat kepada nama-rupa ini.
Nah ... itulah MMD.
Salam,
Hudoyo

Pak Hudoyo...
Anumodana atas penjelasannya... _/\_

_/\_ :lotus:
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 28 May 2008, 11:42:44 AM
Saya kira bukan hanya "MMD" saja yang bisa dilabeli "Ultimate". Dalam meditasi vipassana guru-guru seperti Mahasi Sayadaw, Pa-Auk Sayadaw, bahkan "mencatat" dan lain-lain bukanlah vipassana, melainkan hanya metode untuk vipassana itu sendiri. Inti vipassana adalah paramttha sacca (ultimate truth), bukan pelabelan, pencatatan, atau lain-lain.

Setuju kalau begitu. ... Chanmyay Sayadaw sendiri juga berkata bahwa pencatatan bisa ditinggalkan ketika sati sudah kuat. ... Begitulah guru vipassana yang asli/sejati ...

Tapi apa yang terjadi? ... Dalam banyak retret Mahasi yang dibimbing oleh murid-murid Chanmyay Sayadaw, mereka menekankan pencatatan kepada setiap peserta retret ... Tampaknya para guru vipassana itu tidak bisa melihat kapan mesti mengatakan kepada muridnya pencatatan bisa dilepaskan ... Tampaknya guru vipassana ini masih melekat kepada apa yang tersurat ...

Seorang teman saya yang masih muda usia dari Bali, sudah sering kali mengikuti retret vipassana Mahasi di Brahmavihara-arama, berkata kepada saya, bahwa dia setengah dimarahi di dalam interview oleh bhikkhu pembimbing ketika berulang-ulang melaporkan bahwa ia mengalami gangguan sati ketika mencatat. ... Sekarang ia sudah beralih ke MMD, dan mengalami kemajuan yang pesat ... ia bisa berada dalam khanika samadhi berjam-jam dalam keadaan meditasi jalan, dengan berjalan membentuk lingkaran, jadi tidak usah bolak-balik (berhenti & balik badan), tanpa mencatat apa pun ... sampai bel makan siang berbunyi. ... Ia masih sering mengikuti retret-retret vipassana Mahasi, tapi yang dilakukannya adalah MMD, karena toh bhikkhu pembimbingnya tidak akan tahu. ...

Dalam retret MMD tidak ada pencatatan sama sekali sejak awal.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Sumedho on 29 May 2008, 10:59:08 AM
Jadi inget dulu Pak Hud, saya dulu sempat bilang mencatat itu menganggu dan meletihkan sekali waktu sesi interview MMD, justru mengalihkan pengamatan. Dan saya tidak pernah pakai sama sekali. Pada waktu itu MMD masih memakai pencatatan pada awal2xnya.
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 11:04:54 AM
iya ... sebelum ini, MMD mengikuti vipassana versi Mahasi Sayadaw ...
Jadi Anda lebih dulu menyadari ini daripada saya  ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: Sumedho on 29 May 2008, 11:35:00 AM
Mungkin karena saya dulu belum "terkontaminasi" kali pak.
Title: Re: Pemetaan praktek Theravada dan Vajrayana
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 12:26:47 PM
Iyalah ... Coba bayangkan, saya belajar Sutta, Abhidhamma & Visuddhimagga selama 30 tahun lebih ... sebelum mengembangkan MMD pada th 2000 ... Jadi bisa Anda bayangkan, seberapa penuh gudang pikiran ini dengan barang 'secondhand' ... sehingga susah sekali membersihkannya ... Tidak mungkin dibersihkan satu per satu ... harus sekaligus semuanya ... :)