okey....
Sekarang kita bahas 'Dhammatainment'.
Saya pribadi, setuju dengan istilah ini.
Bisa kita lihat dari perspektif dalam skala global (seminar2 di Singapore, Jakarta), bisa juga dari keseharian di vihara masing2.
Saya akan membahasnya dari lingkup kecil di kota saya.
Selama ini saya melihat kegiatan penyebaran Dhamma (dan vihara sebagai mediasinya), sudah meningkat dari segi aktivitas, namun merosot dari segi kualitas dhamma.
Aktivitas yg meningkat:
~ ada organ / keyboard untuk lagu2an di vihara
~ ada tari2an untuk menyambut acara Bhante. Sering dibawakan oleh gadis2, yg sewaktu saya lihat, memakai baju dalam ala China (kain merah menutupi badan, tanpa lengan), juga kadang baju2 tipis menutupi dada dan lengan. Tarian gemulai. Sedangkan barisan Bhante duduk di depan sekali.
~ Sering diadakan acara pesta2, dalam rangka menyambut imlek, cap go meh, tahun baru.... pesta2 tsb memerlukan dana yg tidak sedikit. Acara itu sendiri diisi oleh tari2an, mars vokal, dsbnya. Karena seringnya acara pesta2 tsb, giliran ada acara kedatangan Bhante dari luar kota yg memerlukan sumb dana, sponsor sudah sulit mendapatkan sponsor / dana kas persediaan sudha habis terpakai.
~ Acara sejuta lilin, atau pemasangan lentera. Para donatur dimintai sumbangan dengan diiming2i namanya akan dicantumkan di lentera, yg digantung dilangit2, murah rezeki, jauh dari marabahaya.
Beberapa contoh diatas dilakukan demi mengumpulkan umat lebih banyak, menahan muda/i agar tidak 'boring' dan pindah ke agama tetangga, berusaha menyamai kegiatan dan keceriaan agama tetangga, memodern kan agama Buddha, dsbnya.
Sedangkan disisi lainnya, kemerosotan esensi Dhamma:
~ Tidak ada lagi/berkurangnya diskusi2 dhamma
~ Muda/i lebih berfokus kepada seremonial dan tetek bengek kegiatan. Setelah habis program / pesta yg satu, segera berfokus kepada program pesta selanjutnya.
~ Ibu2 / kaum yg lebih tua tidak mendapat pengarahan inti ajaran Dhamma, malah sibuk dengan lilin, lentera2, cari sumbangan, dan cung2cep
~ Apa yg saya saksikan di vihara saya sendiri, setiap saat2 berkumpul di hari Minggu, TIDAK PERNAH BERDISKUSI MASALAH DHAMMA, yg didiskusikan adalah program acara, pengumpulan dana, pemilihan panitia, pemilihan tanggal dan acara2 pesta selanjutnya.
Saya tidak tau bagaimana dengan komunitas lainnya di Indonesia / dunia, namun yg sy lihat dari sekeliling saya, ENTERTAINMENT lebih difokuskan ketimbang mengembangkan AJARAN DHAMMA.
Saya sadari, pengembangan ajaran Dhamma sangat tidak populer dan akan mendapatkan sedikit pengikut, bahkan vihara bisa mati suri kalau berfokus pada pengembangan dhamma saja. Tapi, saya tetap pada pemikiran bahwa, KUALITAS lebih penting dibanding KUANTITAS.
Pendapat saya:
Boleh2 saja mengadakan kegiatan entertain, namun jangan sampai melupakan kegiatan pengembangan dhamma. Tetap pertahankan proporsi, misalkan 50% - 50% (entertain dan dhamma): untuk dana, waktu dan program Vihara.
::