//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kasus: Pemikiran Kita Sebagai Anak Yang Berbakti Harus Bagaimana?  (Read 4560 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hau_sing

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 27
  • Reputasi: 3
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa3x

Namo Buddhaya Saudara-saudara seDhamma  _/\_
   Halo semuanya,..maaf sebelumnya sy sangat jarang isi/reply topik di Dhammacitta ini karena keterbatasan waktu sy  ;D
Mmm,...sy ada topik pembahasan yang menurut sy sangat bagus & ingin sy sheringkan negh,..mari qta sama2 masuk kedalam pikiran kita masing2 sebelum pembahasan ini dimulai,... dan membayangkan bila hal ini terjadi pada kita, coz banyak juga orang bilang klo udah berkeluarga ga ada yang enak,..beda sama saat2 bercinta waktu pacaran hahahaha ^^

Kehidupan begitu Monoton,..seperti yang SangBuddha pernah katakan 'Kelahiran, Tua, Sakit, Mati' sebagai dukkha dari kehidupan ini.
Kita dirawat oleh orang tua kita sejak dari kandungan ibu hingga saat ini. Ada yang berkata bahwa 'dalam dunia ini yang kita hormati & junjung tinggi adalah seorang Ibu & seorang anak',..karena merekalah sebagai salah satu kondisi yang dapat melanjutkan  kehidupan ini yaitu dengan melahirkan & merawat rumah tangga dengan segala penderitaannya. Makanya sewaktu terjadi musibah yang selalu diselamatkan adalah OrangTua (Seorang Ibu) & Anak kecil.

Setelah kita sebagai seorang anak menjadi dewasa maka saatnya untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup kita masing2, kemudian tentunya sebagian besar dari kita masing2 akan menikah & membuat keluarga baru hingga nantinya kita menjadi seorang Ayah/Ibu/Kakek/Nenek (Ammmiiinnnn  ^-^). Nagh saat kita sudah bisa berdikari sendiri, maka kita berbalik membalas budi kepada OrTu kita dengan merawat Mereka yang mungkin sudah tidak berguna dikalangan masyarakat (Pensiun). Saat seperti ini kita sebagai anak yang berbakti maka dengan mau tidak mau harus membagi kasih sayang & perhatian ke 2 arah yaitu terhadap orang tua kita sendiri/Mertua & terhadap keluarga kita yaitu Istri/Suami/Anak. Mungkin pada saat-saat seperti ini banyak masalah2 internal dari kecil sampai yang besar bermunculan, dari yang sepele sampe yang serius di dalam hubungan berkeluarga. OrTu kita saat2 seperti ini hanya mengharapkan kasih sayang & perhatian dari kita sebagai seorang anak. Disisi lain seiringan dengan waktu yang terus berjalan, umur yang terus bertambah, OrTu kita pun semakin lama semakin tua, semakin sulit untuk mengerjakan segala kreatifitas & keaktifannya lagi.

Hasil survey saya terhadap bbrp orang tua yang Mereka pikirkan pada saat2 seperti ini adalah ketakutan akan ajal yang akan menjemputnya yang kapanpun bisa datang & berfikir bahwa selalu tidak ingin merepotkan kita sebagai anak/ berfikir sudah menjadi seorang yang tidak berguna dikalangan manapun karena umurnya yang sudah sangat tua. Alasan Mereka sebagai Orang Tua dalam hati kecilnya memang membutuhkan kasih sayang & balas budi dari kita sebagai seorang anak, tetapi bila mereka terlalu menuntut hal ini pada kita sebagai seorang anak maka tidak tertutup kemungkinan kelurga kita pun bisa retak bahkan pecah karena mungkin salah satu penyebabnya tidak bisa membagi waktu atau timbul kecemburuan sosial antara keluarga kita & orang tua kita. Tidak ada orang tua khususnya seorang ibu yang ingin menjatuhkan anaknya sendiri.

Karena kita semua tau bahwa semua hal apapun tidak bisa lepas dari yang namanya waktu & Anicca. Nanti pun kita semua kemungkinan besar akan seperti mereka. Seseorang saat sudah tua nanti semakin tua semakin lemah pula seluruh organ vitalnya, rambut semakin putih, kulit semakin keriput, mata mulai rabun, jantung mulai lemah, makan mulai sulit, dsb menjadi sosok Orang Tua yang begitu rapuh yang sudah tidak berguna lagi, berbagai penyakit bermunculan dikarenakan sudah tua & berbagai organ vital yang sudah melemah. Ini Fakta Saudara-saudara!

Sodara-sodara,... Kasusnya begini:

1. Seandainya Orang Tua kita saat sudah tua nanti bahkan kita sendiri ud menjadi sosok seorang Kakek/Nenek, bagaimana cara kita membagi perhatian antara keluarga kita, cucu & Orang Tua kita atau Mertua kita?

2. a. Saat kita berkeluarga nanti, apakah kita sebagai seorang anak yang telah berkeluarga akan mengajak orang tua kita yang sudah tidak mampu untuk tinggal dalam satu rumah?
    b. Atau seandainya kita kaya & mampu menyediakan 1 rumah untuk Orang Tua kita tinggal & menyewa seorang pengasuh orang tua untuk merawat Orang Tua kita?
    c. Atau pilihan ketiga kita akan menyerahkan orang tua kita yang sudah tidak mampu kepada Yayasan Panti Jompo?
(Pertanyaan No.2 ini sangat Khas,..jd bila Sodara menjawab Ya/Tidak tolong kemukakan alasannya mengapa memilih Ya/Tidak)


3. Saat OrangTua kita tua nanti seandainya menderita penyakit yang butuh pengawasan ketat & perhatian ketat seumpama seperti penyakit Alzheimer's Disease (Pelupa), sedangkan kita saat ini lagi sibuk2nya kerjaan,..istri/suami pun harus pergi kerja,..sedangkan saudara kandung kita (bila ada) sibuk juga dengan keluarganya & kerjaannya/kondisinya kurang memenuhi untuk bertambah 1 ato 2 org lagi didalam keluarga mereka, belum kita harus merawat anak/cucu kita. Masalah ini mungkin saja terjadi & setiap dari kita masing2 akan mengalaminya saat kita berkeluarga/tua nanti. Apa yang akan kita lakukan sebagai seorang anak yang berdiri diantara keluarga kita, Orang Tua kita, & Posisi kerjaan kita (karier) yang tidak kalah pentingnya dalam kehidupan saat ini?

Perlu dijelaskan penyakit Alzheimer's Disease adl. penyakit pada orang yang sudah tua dengan hilangnya ingatan & kemampuan untuk membedakan sesuatu (intellect) yang terus berlanjut. Penyakit ini tidak jelas sejak kapan terjadi pada si penderita sampai penderita sudah menginjak umur yang cukup tua & bener2 jelas terlihat perubahan pada si penderita baru bisa ke rumah sakit untuk diperiksa. Semakin tua si penderita maka semakin berat juga penyakit yang dideritanya. Bahkan bbrp ciri2nya kehidupan sehari2 seperti sikat gigi, mandi bisa lupa & emosi ga stabil, penglihatan, pendengaran, bicara berkurang, tidak suka bergaul ato bicara dengan org sekitar, sampai terakhir buang air kecil & besarpun ga bisa dikontrol/ditahan dsb.

Mungkin dari Saudara-saudara seDhamma ada yang punya pengalaman atau mengerti sebagai 'jalan tengah' yang harus kita lakukan bila terjadi salah satu hal dari diatas dalam kehidupan kita nanti harus bagaimana bisa disheringkan dalam topik ini :)

Sabbe satta saddha hontu avera sukhajivino
Namo Buddhaya  _/\_ Semoga bermanfaat ^^

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Kasus: Pemikiran Kita Sebagai Anak Yang Berbakti Harus Bagaimana?
« Reply #1 on: 15 April 2008, 01:25:25 PM »
Dear All,

Sebagai anak sudah sepantasnya kita berbakti kepada orang tua kita...saya yakin semua yang kita nikmati saat ini tidak terlepas dari peran orang tua kita dalam membesarkan dan mendidik kita. Adalah hal yang mulia kita dapat berbakti kepada orang tua. Sekedar sharing untuk bbrp hal diatas:

1. Membagi waktu:

Soal membagi wkt ini diperlukan kesepakatan apabila kita sudah berkeluarga karena pasti ada tuntutan dari anak, istri ato suami. Jadi perlu didiskusikan tentang pemahaman bakti kepada orang tua dan kapan akan mengunjungi orang tua...Kalo tinggal serumah tentu lbh gampang. Agar tidak terjadi ribut didalam keluarga semua perlu di komunikasikan.. Kalo suami/istri beda keyakinan akan agak susah karena terjadi perbedaan pandangan dalam hal bakti kepada orang tua... Biasanya yg K akan selalu mengganggap Tuhan adalah segalanya (ini mgkn tidak semua orang begitu) dan orang tua adalah urutan yang kesekian...sedangkan buddisth akan mengganggap orang tua adalah urutan pertama (dr point of view saya)... nah kl kasus seperti ini diperlukan komunikasi antar suami-istri agar terjadi masing-masing pihak memahami prinsip masing-masing dan terjadi kesepakatan. Paling baik kl kita bisa membagi pemahaman dhamma ke orang tua kita.

2. A. Mengajak tinggal bersama.

Paling ideal adalah mengajak tinggal bersama dengan kita. Kalo kita sudah berkeluarga untuk menghindari pertengkaran ya sebaiknya ada persetujuan bersamaan antara suami/istri bahwa ortu akan tinggal bersama. Cuma berdasarkan pengamatan di lingkungan dimasa skr, banyak istri yang tidak mau tinggal serumah dengan mertua dengan berbagai alasan dan umumnya istri tidak bisa akur dengan mertua... maka pada saat pacaran seleksilah dengan baik.   :)).. Setiap orang punya kualitas bathin yang berbeda... Pilihlah yang sejalan dengan kita kalo bisa...

B. Beliin rumah dan suster

Kalo kita mampu dan tidak bisa tinggal serumah tentu pilihan ini akan sangat baik dari pada tidak.

C. Panti Jompo

Kalo orang tua yang dikirim ke panti jompo akan merasa disingkirkan oleh anaknya dan mgkn bisa menyebabkan kesedihan dan penderitaan buat orang tua.. nah apakah kita tega?. Tapi ini juga tergantung sama orang tua juga... jd perlu dikomunikasikan dengan orang tua bahwa kl di panti jompo akan lebih terurus dan bnyk teman sehingga tidak kesepian. Kalo orang tua bisa terima sih ga mslh.

Semoga membantu



Offline huihui

  • Sebelumnya parahita
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.273
  • Reputasi: 109
Re: Kasus: Pemikiran Kita Sebagai Anak Yang Berbakti Harus Bagaimana?
« Reply #2 on: 15 April 2008, 01:34:47 PM »

1. Seandainya Orang Tua kita saat sudah tua nanti bahkan kita sendiri ud menjadi sosok seorang Kakek/Nenek, bagaimana cara kita membagi perhatian antara keluarga kita, cucu & Orang Tua kita atau Mertua kita?

2. a. Saat kita berkeluarga nanti, apakah kita sebagai seorang anak yang telah berkeluarga akan mengajak orang tua kita yang sudah tidak mampu untuk tinggal dalam satu rumah?
    b. Atau seandainya kita kaya & mampu menyediakan 1 rumah untuk Orang Tua kita tinggal & menyewa seorang pengasuh orang tua untuk merawat Orang Tua kita?
    c. Atau pilihan ketiga kita akan menyerahkan orang tua kita yang sudah tidak mampu kepada Yayasan Panti Jompo?
(Pertanyaan No.2 ini sangat Khas,..jd bila Sodara menjawab Ya/Tidak tolong kemukakan alasannya mengapa memilih Ya/Tidak)


3. Saat OrangTua kita tua nanti seandainya menderita penyakit yang butuh pengawasan ketat & perhatian ketat seumpama seperti penyakit Alzheimer's Disease (Pelupa), sedangkan kita saat ini lagi sibuk2nya kerjaan,..istri/suami pun harus pergi kerja,..sedangkan saudara kandung kita (bila ada) sibuk juga dengan keluarganya & kerjaannya/kondisinya kurang memenuhi untuk bertambah 1 ato 2 org lagi didalam keluarga mereka, belum kita harus merawat anak/cucu kita. Masalah ini mungkin saja terjadi & setiap dari kita masing2 akan mengalaminya saat kita berkeluarga/tua nanti. Apa yang akan kita lakukan sebagai seorang anak yang berdiri diantara keluarga kita, Orang Tua kita, & Posisi kerjaan kita (karier) yang tidak kalah pentingnya dalam kehidupan saat ini?


1. wew, hui belum berkeluarga neh, dan hui juga blm tua  ^-^
tapi kl untuk kasus nomor 1 ini, setiap orang pasti mengalaminya, dan kl hui di kondisi seperti ini... hui bakalan mengajak mereka (orang tua & mertua hui) jalan2 makan malam bersama di luar dan kl lebih bagusnya lagi bareng suami dan anak2 hui  ;D bener2 keluarga yang harmonis  :-[
dan tiap minggu hui akan mengajak orang tua hui dan mertua hui dan anak2 hui + suami ke wihara kebaktian bersama dan mendengarkan ceramah bersama dan ikut berbagai kegiatan sosial (seperti ikut anggota tzu chi) dari pada diem dan bengong di rumah... mendingan melakukan kegiatan sosial sekaligus berbuat kebaikan.  ;)

2.a. JELAS IYA, karena meskipun ortu sudah tua dan tidak mampu lagi, kita sebagai seorang anak harus tetap berada di samping orang tua kita dan merawat nya.

yah istilahnya sekarang kebalikannya aja deh..... bayangkan yah :
1. di waktu kita masih kecil dan kita belum bisa jalan, orang tua kita yang selalu menggandeng, menuntun dan mengajari kita berjalan sampai kita berjalan, dan sekarang di saat orang tua kita sudah tidak lagi mampu berjalan dengan normal (sudah pake tongkat) KITA HARUS membantu, menuntun, dan menggandeng di saat ortu kita sedang berjalan.

2. diwaktu kita kecil, kita nggak bisa makan dengan benar, dengan sabar ortu kita menyuapi kita, bahkan kadang kita sebagai anak malah dengan sengaja lari sana lari sini, sekarang diwaktu orang tua kita nggak bisa lagi makan dengan rapi, KITA HARUS menyuapinya dengan senang hati..

3. diwaktu kita kecil, kita masih tidak bisa membaca dan ortu kita tiap hari mengajari kita membaca, bahkan membacakan kita dongeng setiap malam tanpa ada rasa bosan, sekarang disaat ortu kita sudah mulai menjadi seorang yang pelupa, JANGAN PERNAH MARAH TERHADAPNYA...

orang tua itu adalah seorang makhluk yang paling tinggi derajatnya. meskipun kalau ortu kita itu hanya seorang `maaf` pemulung dsb...apa pun  profesi ortu kita, kita harus tetap bersyukur mempunyai orang tua yang sudah merawat kita hingga seperti saat ini...

untuk jawaban 2 B dan 2 C NGGAK BAKALAN HUI LAKUKAN ITU!! alasan sudah jelas diatas....

3. jawabannya ada di no.2a ... makanya sebelum ortu kita menjadi pelupa, sebelum ortu kita tua, dan mumpung kita masih muda dan bisa berkerja keras, bekerja keras lah sekarang...sampai nantinya kita sudah freedom kita kan bisa merawat ortu kita setiap hari tanpa harus menyewa pembantu (biaya lagi)  :))

sudah itu saja jawabannya..

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Kasus: Pemikiran Kita Sebagai Anak Yang Berbakti Harus Bagaimana?
« Reply #3 on: 15 April 2008, 01:57:04 PM »
Kenapa harus nunggu ntar ato ngebayangin ntar mau gimana?
sekarang aja... udah pasti... lakuin yang terbaik yang bisa kita lakuin selama ortu kita masih ada...

Offline huihui

  • Sebelumnya parahita
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.273
  • Reputasi: 109
Re: Kasus: Pemikiran Kita Sebagai Anak Yang Berbakti Harus Bagaimana?
« Reply #4 on: 15 April 2008, 02:25:40 PM »
Kenapa harus nunggu ntar ato ngebayangin ntar mau gimana?
sekarang aja... udah pasti... lakuin yang terbaik yang bisa kita lakuin selama ortu kita masih ada...

BETUL :whistle:

Offline hau_sing

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 27
  • Reputasi: 3
Re: Kasus: Pemikiran Kita Sebagai Anak Yang Berbakti Harus Bagaimana?
« Reply #5 on: 15 April 2008, 02:38:05 PM »
Namo Buddhaya  _/\_

Anumodana atas masukan & tambahan yang telah diberikan ^^
Yach dari cerita2 & pertanyaan diatas dikutip dari film seri yang diterbitkan di China berjudul (ShouWang XinFu 22 seri),.. ilacak di www.56.com
seperti nya di Indo ga bisa dibuka error,..krn dlm bahasa mandarin,..filmnya pun pake mandarin,..jd ga ad teks indo/ing.

Anumodana _/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Kasus: Pemikiran Kita Sebagai Anak Yang Berbakti Harus Bagaimana?
« Reply #6 on: 16 April 2008, 10:57:07 AM »
dear hau sing,

kalo dari perspektif chinese, mungkin jawabannya akan berbeda yah, mengingat tradisi chinese biasanya berdasar dari Khonghucu

kalau dari buddhism, sebenarnya dalam sigalovada sutta sudah jelas disebutkan
Quote
O putra kepala keluarga, dalam lima cara seorang anak harus memperlakukan orang tuanya seperti arah Timur: dahulu aku dirawat oleh mereka, sekarang aku akan merawat mereka; aku akan memikul beban kewajiban-kewajiban mereka; aku akan mempertahankan keturunan dan tradisi keluarga; aku akan menjadikan diriku pantas menerima warisan; aku akan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan upacara agama setelah mereka meninggal dunia.

Dalam lima cara ini, O putra kepala keluarga, orang tua yang diperlakukan demikian oleh seorang anak seperti arah Timur, menunjukkan kecintaan mereka kepadanya: mereka mencegahnya berbuat jahat; mereka mendorongnya berbuat baik; mereka melatihnya dalam suatu profesi; mereka mencarikan pasangan (istri) yang pantas baginya; dan pada waktu yang tepat, mereka menyerahkan warisan mereka kepadanya.

O putra kepala keluarga, dalam lima cara inilah seorang anak memperlakukan orang tuanya seperti arah Timur. Dalam lima cara inilah orang tua menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Demikianlah arah timur ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.

masalah dalam penerapan sehari-hari, dikembalikan kepada pribadi masing-masing mengingat dalam buddhism yang terutama adalah meningkatkan kualitas batin.

semoga bisa dimengerti........

Offline hau_sing

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 27
  • Reputasi: 3
Re: Kasus: Pemikiran Kita Sebagai Anak Yang Berbakti Harus Bagaimana?
« Reply #7 on: 17 April 2008, 09:03:41 AM »
Namo Buddhaya _/\_
Wagh anumodana sekali atas jawaban yang diberikan Bro Markos ^^
Quote

...aku akan menjadikan diriku pantas menerima warisan...
dalam kalimat diatas maksudnya apa yach Bro? _/\_

Namo Buddhaya =)

 

anything