Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: nyanadhana on 08 May 2008, 10:49:45 AM

Title: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 10:49:45 AM
 _/\_ Zaman sekarang mungkin kita sering melihat Dhamma yang digabungkan dengan sistem Entertainment yang ditujukan untuk menjaring umat sebanyak-banyaknya dan menarik minat sebagai contoh
1. Trend Api Homa
2. Trend Pemujaan Jambala untuk Kekayaan
3. Tari-tarian yang semakin eksotis dan pembuatan lagu Buddhist yang memacu nafsu(rasa senang bukan rasa tenang, rasa semangat bukan rasa syahdu/hikmat,bermain emosi)
4. Abhiseka
5. Ceramah Motivasi
6. Zen and Power of Mind
7. munculnya aliran Buddhis menyimpang dengan membawa motif tertentu.
8. masih banyak lagi

Kita melihat apakah tujuan mengenal Dhamma sebenarnya adalah mengikis Lobha Dosa Moha,sekaligus melatih batin agar tidak melekat namun apa yang terjadi saat ini? Apakah kita melupakan tujuan kita belajar Dhamma? apakah sekarang ini kita menganggap diri kita lebih hebat daripada Ajaran Sammasambuddha yang dikatakan telah ketinggalan zaman? Apa yang akan kita lakukan untuk mengembalikan itu semua?

thread ini diciptakan untuk semua anggota Buddhist yang memiliki kebijaksanaan dan simpati dalam mengembangkan Buddhadhamma seperti apa adanya. Mari sama-sama meberikan masukan di thread ini dan saling belajar.

Saran saya : Tegakkan Sila Vinaya
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 08 May 2008, 11:15:31 AM
nyanadhana,

Ya, memang sila & vinaya seharusnya tidak boleh tawar-menawar. Salah satunya, seharusnya pembabaran dhamma harus dipisahkan sama sekali dari 'kebutuhan ekonomi'. Pola pikir 'memerlukan umat untuk menopang hidupnya vihara' itu yang harus dibuang jauh2 jika memang ingin menegakkan dhamma. Biarlah vihara berupa gubuk reyot yang tidak nyaman, asalkan di situ orang menemukan dhamma, ketimbang tempat mewah yang seperti mall dengan pernak-pernik spiritual. Tapi dalam kenyataan, memang keadaan ini susah sekali dicapai  ;D Selalu ada 'kepentingan' lain.


Untuk api Homa, pemujaan Jambala dan Abhiseka, bisa dijelaskan apa itu?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 11:31:02 AM
Untuk api Homa, pemujaan Jambala dan Abhiseka, bisa dijelaskan apa itu?

ini produk yang ditujukan biar umat bisa mendapatkan kekayaan duniawi secara magis dengan melaksanakan upacara ini. terdapat pada Tantric buddhism. cuman sekarang semakin populer, karena umat yang datang mencari perlindungan dari mara bahaya,penyakit, serta menambah efek cepat kaya. katanya... :whistle:

Ada lagi Biksu yang suka menulis  Hu (lembar mantra Chinese) dan diberikan ke umat agar ditempel di pintu, bukankah ini balik lagipada Pembodohan batin?Lalu pengeroposan Buddhadhamma seharusnya tanggung jawab siapa?ada yang mau menjawab?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: cetera_zhang on 08 May 2008, 12:46:53 PM
Setahu saya, Sang Buddha tidak mengajarkan kita untuk menghakimi sesuatu yang kita tidak ketahui dengan pasti. Demikian juga, suatu pendapat yang dikemukakan tanpa pengetahuan yang jelas, adalah sebuah tindak kebodohan.

Apakah hanya sejauh itu hasil pembelajaran anda tentang Dharma?

Apakah seseorang yg belajar Dharma, pada hasil akhirnya hanya
menjadikan seseorang lebih sombong, sok tahu dan bathil?

Coba anda belajar lagi yang benar apa itu fire puja,abhiseka,Jambhala dll......Jgn asal memberi informasi yg ga benar.......


Anjali.....


Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: cetera_zhang on 08 May 2008, 12:55:54 PM
katak yang taunya hanya selebar tempurung, maka bilang tempurung itulah lautan luas. Dan mentertawakan ikan yang berenang di samudera sebagai sebuah omong kosong.

Mendingan kamu main2 ke pantai terlebih dahulu untuk memahami arti samudera.

itulah namanya EHIPASSIKO, bukan ASAL NJEPLAK
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 08 May 2008, 12:59:18 PM
cetera_zhang,

kalo dari komentar anda, sepertinya anda sudah lebih jauh dalam pembelajaran dharma dan sudah sangat banyak belajar. Boleh anda saja yang menjelaskan fire puja, jambhala dan lain-lain dan memberikan informasi yang menurut anda benar? Coba berikan pengetahuan "samudera" anda, dan ajarkan kerendahan hati.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 01:02:11 PM
 [at] cetera_zhang,

yang saya maksudkan adalah komersialisasi upacara ini sehingga kehilangan maknanya dan dianggap umat awam sebagai entertainment. Mohon kaji kata-kata saya,saya tidak menyebut upacara ini sebagai omong kosong. ada makna didalamnya tapi lihatlah umat awam sekarang dan bagaimana mengeruk keuntungan dari upacara-upacara seperti itu tanpa tahu makna jelas.

Anda ingin berdebat jangan gunakan emosi. _/\_. Anda baca tulisan saya dari awal,kalo saya menyebut upacara itu sebagai omong kosong, saya akan meminta maaf namun saya tidak menulis hal itu,

Ehipassiko,sudah banyak aku ehipassiko ke upacara begituan, dan saya kasih tahu setiap pemimpin upacara selalu menekankan bahwa upacara ini membawa kekayaan,kebahagiaan duniawi, buat saya ,dimanakah Dhamma itu sedangkan Sang Buddha tidak menekankan upacara / ritual untuk membebaskan makhluk hidup. Maaf kalo ini menyinggung tradisi Anda tapi maaf saya tidak mau melihat org-org terjebak dalam ketidak pengertian mereka dalam keikutsertaan gembar gembor upacara ini.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: cetera_zhang on 08 May 2008, 01:33:10 PM
Saya tidak berkompeten untuk menjawab,mendingan tanyakan langsung kepada pihak yang memiliki otoritas untuk mengajar tantra secara langsung.

yang jelas, dalam Tantrayana, pemahaman Dharma itu tidak hanya cukup untuk dipahami secara intelektual melalui analisa logis. Banyak orang membutuhkan "metode" yg dalam hal ini adalah upaya kausalya, untuk dapat lebih mudah menyerapkan esensi Dharma guna transformasi batin.

Bro Nyanadhana, Coba anda baca lagi tulisan anda dan saya. disana ada yang bertanya soal puja homa dll,dan anda menjawab dgn kata: ini produk..........disana anda tidak menekankan pada kata komersialisasi dari ajaran ini.

ini membawa pada pemahaman yg salah akan puja homa dll pada org yg tidak mengerti.

sekian.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: cetera_zhang on 08 May 2008, 01:48:29 PM
 [at]  bro kainyn_kut,

suasananya uda ga enak untuk jadi forum saling belajar. Toh anda tidak benar2 ingin belajar.
btw terima kasih atas pengajaran kerendahan hatinya ^^


 [at]  bro nyanadhana,

tetap aja kamu belum mengerti, sama spt saya dulu waktu belum mengerti juga berkata sama persis spt kamu. Sekarang sudah mengerti, malu berkata begitu.

Maka dari itu, saya menyarankan anda untuk ehipassiko yang netral. Bukan ehipassiko krn bias sudah antipati duluan. Kalau batin antipati mana bisa ehipassiko, yang ada adalah pembenaran diri.

Kosongkan dulu poci teh anda......

Pengalaman saya ingin saya sharingkan ke kamu, buat kebaikan kamu sendiri, dan kerukunan antar umat buddhis antar aliran. Jadi jangan belum2 bersikap defensif lah.

Anda yang agresif mulai duluan, tapi sekarang diberi saran, malah bersikap defensif, bahkan balik menuduh.

sekian....


anjali
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 08 May 2008, 02:14:16 PM
Quote
Toh anda tidak benar2 ingin belajar

cetera_zhang,

Dalam hal ini, anda yang malah tidak 'ehipassiko'. Biarpun ini adalah thread Theravada, tidak berarti saya tidak mau belajar tentang aliran lain. Tentu anda juga tahu bahwa oknum Mahayana/Tantrayana menyebut Theravada sebagai "egois" dan sebagainya karena ketidaktahuan, ataupun karena mencampur aduk ajaran.
Cobalah terangkan sebisanya secara garis besar. Saya akan coba respon dari orang awam (non religius). 
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 02:23:10 PM
 _/\_ yang memulai ofensif siapa duluan, kata 'ini produk' menunjukkan repackaging yang ada, saya tahu dalam Tantrayana memiliki pengertian yang berbeda memandang Upacara, namun kamu lihat saat ini juga,tidak hanya di kota besar di Jakarta,semua org tergila-gila akan upacara yang katanya mendatangkan rejeki,semua datang.
Maaf Buddhadhamma bukanlah hal untuk menaikkan tingkah Lobha,Dosa,Moha dengan packaging, Ehipassiko,saya sudah mengikuti upacara ini dan saya mengambil objek netral ketika saya mencari tahu arti sesungguhnya dari upacara ini, dan tentunya lebih mendalam upacara ini punya makna namun apakah etis setiap upacara itu dihubungkan dengan upacara mencari kekayaan,semacam perdukunan yang kita lihat.

Bro cetera, yang menggigit anda duluan, namun anda berontak bilang saya menggigit. Saya hanya menjelaskan produk upacara menjadi produk komersialisme tanpa tahu setiap inti. Kasihan umat awam Buddhist sekarang,tidakkah anda merasakan hal itu?

lihatlah saya menulis 1. Trend sudahkah meng-include kata komersialisasi?, anda mengatakan tidak berkompeten dalam menjawab tapi anda mengatakan tidak sesuai.....ini maksudnya apa? disini ada Samanera yang berasal dari Tantra, kita udah tahu tujuan upacara itu apa.Sekali lagi,saya tekankan thread ini ditujukan untuk komersialisasi produk Buddhism yang membutakan umat awam.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 02:25:54 PM
Pengalaman saya ingin saya sharingkan ke kamu, buat kebaikan kamu sendiri, dan kerukunan antar umat buddhis antar aliran. Jadi jangan belum2 bersikap defensif lah.

saya tidak membahas soal aliran ini itu disini,yang dibahas adalah komersialisasi produk.....maaf kalo kamu merasa kita membahas aliran,tapi tujuan bukan disitu,inti topik bukan disitu,jadi karena dari awal anda sudah salah mengerti tujuan thread ini,maka tidak ada yang perlu saya bicarakan lagi. Terima kasih  _/\_
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Suchamda on 08 May 2008, 02:55:53 PM
Sudah lama saya tidak ikut nimbrung, tapi disini ada hal2 penting untuk dikemukakan.
Saya berusaha menempatkan diri secara netral, karena saya menghargai sama tingginya ketiga aliran tersebut. Ijinkan saya menengahi.

Saya hanya ingin berbicara fakta-fakta saja, fakta2 tentang diskusi ini.

1. Fakta : Tulisan dibuat pertama kali oleh sdr.Nyanadhana, yang berisikan sesuatu yang bersifat judgemental (penghakiman secara sepihak) terhadap hal-hal yang terdapat di aliran lain.
    - Sdr.Nyanadhana hanya menyebutkan contoh-contoh secara sekilas, tapi tidak mengemukakan argumentasinya secara lengkap. Dia hanya mengatakan "untuk menjaring umat". Jelas ini merupakan judgmental. Ini fakta.
    - Sdr.Nyanadhana , entah atas dasar fakta apa mengatakan bahwa "menganggap diri kita lebih hebat dari Sammasambudha".
    - Entah dari sumber informasi mana, mengatakan : "Untuk mendapatkan kekayaan secara magis". (ini mengingatkan saya pada umat kr****n yg menuduh orang Buddhis penyembah berhala).

2. Fakta : bahwa tulisan ini memang ditulis di ruang Theravada.
Tetapi apakah sesuai dengan norma kemasyarakatan, etika dan bahkan norma2 Dharma bahwa seseorang yg bukan pemeluk mengomentari / menafsirkan / menilai suatu hal yang terdapat di dalam aliran lain? Apalagi secara keras menyiratkan sebagai "merusak" Dhamma. Menurut hemat saya, walaupun ditulis di ruang Theravada , saya rasa tidak layak untuk berkata demikian. Apalagi hal ini bisa dibaca oleh semua orang, termasuk dari yang aliran lain. Kalau di ruang Theravada, bicarakanlah ajaran dan tradisi2 dalam Theravada saja.

3. Fakta : Ada pihak yang keberatan (yaitu : Cetera_zhang). Disini pembicaraan semakin lama hanya berkisar pada membela diri. Sdr.Nyanadhana bersikeras mengatakan bahwa "saya tahu dan saya sudah belajar" tetapi hal itu dibantah oleh sdr.Cetera_zhang bahwa pernyataannya itu menunjukkan bahwa ia belum tahu. Sdr.Nyanadhana tidak bisa memberikan argumentasi atas pernyataannya tersebut.  Selanjutnya diskusi telah melenceng ke arah bela ego masing2 (pribadi maupun kelompok), bahkan berkembang ke hal-hal lain yang berkaitan dengan hal2 diluar cakupan bahasan ini (misal : mengungkit dendam lama atas tuduhan Theravada "egois").

Dari fakta-fakta diatas, tentu kita bisa menyimpulkan bahwa :
1. Karena ditulis di ruang Theravada, tentu ini bukan ditujukan buat menggali / bertukar informasi tentang hal-hal sebenarnya yang terdapat pada acara2 yg dikritik tersebut. Kalau untuk tujuan pembelajaran , mengapa tidak ditempatkan saja di ruang diskusi umum?
2. Tulisan seperti ini akan menghasilkan flame / pertikaian. Apakah dengan cara yang tidak simpatik seperti ini akan efektif untuk mengajar Dharma kepada pihak-pihak yang dikritik?
3. Topik seperti ini tidak berguna, tidak banyak membawa manfaat dan hanya menimbulkan permusuhan yang tidak perlu.

Saran saya :
1. Kalau mau membahas tentang "puja api homa" (atau yg lain2nya) silakan buka threat baru di ruang diskusi umum, atau di ruangan aliran ybs. Biarlah rekan2 yg berkepentingan yg menjelaskan. Buka topik dengan pertanyaan atau kalimat yang santun. Tunjukkanlah itikad baik.
2. Walaupun kita yakin bahwa aliran kita masing2 paling betul, tapi selayaknyalah kita TIDAK menilai / menafsirkan kepercayaan orang lain menurut standar doktrin aliran kita sendiri (yang tentu terbatas, terkotak, terfragmentasi).

Akhir kata, saya hanya bisa menasihati bahwa :
bila kita umat buddha tidak mau diperlakukan semena-mena oleh umat dari agama lain, maka janganlah melakukan hal yang sama apalagi kepada saudarar sendiri (dari aliran lain).
Adanya forum ini --saya rasa-- adalah untuk menggalang komunikasi menuju saling pengertian.
Bapak owner / admin milis ini, mohon jawab pertanyaan saya :
1. Apakah forum ini milik satu aliran saja?
2. Apakah semua aliran dihargai sama tinggi dan sederajat?
3. Apakah anda punya sistem / prosedur untuk menjamin visi itu tercapai dengan baik?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 03:04:18 PM
 _/\_ thread ini meungkin seharusnya ditaruh di diskusi umum........bukan soal bela ego atau apa-apa, dari awal bukan tujuan untuk menyerang sebuah tradisi aliran ini dan itu,kenapa disalah tanggapkan, awalnya saya menulis bahwa sekarang ini kita membahas mengenai Dhammatainment yang terjadi akhir2 ini. Apakah ada yang kurang dimengerti dari pernyataan saya? dan tiba-tiba masuk cetera yang merasa terhina, sudah saya katakan bukan soal aliran atau tradisi akan tetapi pengemasan produk Buddhism sekarang lebih mengarah keluar dari Buddhadhamma.
Haish,moderator,kalo merasa topik ini kurang sesuai di lock saja cukup. Saya pikir thread ini dibuka tapi ditanggapi dengan pemikiran negatif.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 03:10:29 PM
Entah dari sumber informasi mana, mengatakan : "Untuk mendapatkan kekayaan secara magis". (ini mengingatkan saya pada umat kr****n yg menuduh orang Buddhis penyembah berhala).

seperti yang saya pernah ikuti di beberapa upacara. apakah saya tidak berehipasiko terlebih dahulu dan asal berbicara. Pemimpin upacara yang menekankan ke umat bahwa dengan upacara ini,akan mendapat kekayaan,pemberkatan dan segala macamnya hingga semua orang berbondong-bondong membawa persembahan mulai dari biasa sampai termahal dan sekarang lagi Trend

Tolong simak kata trend ini. saya tidak menyebut Upacara Api Homa tapi Trend api homa.

1. Kalau mau membahas tentang "puja api homa" (atau yg lain2nya) silakan buka threat baru di ruang diskusi umum, atau di ruangan aliran ybs. Biarlah rekan2 yg berkepentingan yg menjelaskan. Buka topik dengan pertanyaan atau kalimat yang santun. Tunjukkanlah itikad baik.

Bukan api homanya yang dituju tapi packagingnya menjadi komersial dan kehilangan makna

2. Walaupun kita yakin bahwa aliran kita masing2 paling betul, tapi selayaknyalah kita TIDAK menilai / menafsirkan kepercayaan orang lain menurut standar doktrin aliran kita sendiri (yang tentu terbatas, terkotak, terfragmentasi).

tidak ada pengkotakan doktrin, saya berbicara mengenai produk Buddhism yang dikomersialkan untuk menjaring umat Buddhism dan saya menunjuk ini sebagai Buddhism secara universal tanpa scope aliran ini dan itu.

Fiuh capenya dijelasin soal komersialisme tapi tetep aja merujuk pada penyerangan aliran.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 08 May 2008, 03:13:55 PM
Suchamda,

Quote
bahkan berkembang ke hal-hal lain yang berkaitan dengan hal2 diluar cakupan bahasan ini (misal : mengungkit dendam lama atas tuduhan Theravada "egois")

Anda kurang lengkap quotenya, seolah saya memang menyulut pertikaian antara Theravada dengan umat lain. Cobalah disertakan kata "Oknum"-nya, yang berarti "SEBAGIAN/SEKELOMPOK", bukan ajaran itu sendiri. Lalu, tidak perlu anda bilang itu 'dendam lama'. Saya rasa tidak perlu ada yang di-dendam-i dalam hal ini. Kemudian itu juga bukan barang lama, baru 2 hari lalu saya terima e-mail macam itu.
Jika anda mengatakan ada OKNUM Theravada menghina Mahayana, maka itu baik2 saja. Tapi kalo anda mengatakan aliran Theravada menghina Mahayana, itu bermasalah.
Jangan sembarangan dalam berbahasa, tolong diperhatikan! Nanti bisa jadi anda yang menyulut pertikaian karena kesalahpahaman anda sendiri.




nyanadhana,

Karena saya sendiri tidak "up to date" dalam pembagian ritual berdasarkan aliran, mungkin lebih baik dibicarakan yang Theravada saja. Juga sepertinya aliran lain akan sensitif sementara tidak berniat untuk menjelaskan.



Untuk aliran lain yang merasa tersinggung dengan posting dari saya, saya minta maaf.

Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 03:18:55 PM
 _/\_ berawal dari salah paham aja , dan aku juga minta maaf kalau merasa alirannya dimasukin padahal aku ga bermaksud yang saya tulis adalah trend bukan upacara/ritualnya.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Suchamda on 08 May 2008, 03:20:36 PM
Quote
tidak ada pengkotakan doktrin, saya berbicara mengenai produk Buddhism yang dikomersialkan untuk menjaring umat Buddhism dan saya menunjuk ini sebagai Buddhism secara universal tanpa scope aliran ini dan itu.

Seharusnya anda menuliskannya secara jelas di depan / awal, bahwa yang anda komentari adalah trend komersialisasinya.
Karena ketidakjelasan tulisan anda tersebutlah maka terjadi konflik. Maka ada respon dari aliran lain yang membantah adalah suatu konsekwensi logis.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Suchamda on 08 May 2008, 03:23:52 PM
Quote
Anda kurang lengkap quotenya, seolah saya memang menyulut pertikaian antara Theravada dengan umat lain. Cobalah disertakan kata "Oknum"-nya, yang berarti "SEBAGIAN/SEKELOMPOK", bukan ajaran itu sendiri. Lalu, tidak perlu anda bilang itu 'dendam lama'. Saya rasa tidak perlu ada yang di-dendam-i dalam hal ini. Kemudian itu juga bukan barang lama, baru 2 hari lalu saya terima e-mail macam itu.
Jika anda mengatakan ada OKNUM Theravada menghina Mahayana, maka itu baik2 saja. Tapi kalo anda mengatakan aliran Theravada menghina Mahayana, itu bermasalah.
Jangan sembarangan dalam berbahasa, tolong diperhatikan! Nanti bisa jadi anda yang menyulut pertikaian karena kesalahpahaman anda sendiri.

Maaf bila kata-kata tidak tepat.
Tapi intinya adalah anda membawa alasan yang tidak relevan yang bisa memperuncing masalah.

Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 08 May 2008, 03:29:36 PM
Zaman sekarang mungkin kita sering melihat Dhamma yang digabungkan dengan sistem Entertainment yang ditujukan untuk menjaring umat sebanyak-banyaknya dan menarik minat sebagai contoh
1. Trend Api Homa
2. Trend Pemujaan Jambala untuk Kekayaan
3. Tari-tarian yang semakin eksotis dan pembuatan lagu Buddhist yang memacu nafsu(rasa senang bukan rasa tenang, rasa semangat bukan rasa syahdu/hikmat,bermain emosi)
4. Abhiseka
5. Ceramah Motivasi
6. Zen and Power of Mind
7. munculnya aliran Buddhis menyimpang dengan membawa motif tertentu.
8. masih banyak lagi

Kita melihat apakah tujuan mengenal Dhamma sebenarnya adalah mengikis Lobha Dosa Moha,sekaligus melatih batin agar tidak melekat namun apa yang terjadi saat ini? Apakah kita melupakan tujuan kita belajar Dhamma? apakah sekarang ini kita menganggap diri kita lebih hebat daripada Ajaran Sammasambuddha yang dikatakan telah ketinggalan zaman? Apa yang akan kita lakukan untuk mengembalikan itu semua?


mari baca ulang pernyataan saya,saya sudah merujuk komersialisasi pada awal dengan menulis Dhamma digabung Entertainment selanjutnya tujuan dimulai dengan menjaring umat ( ini adalah fakta jalanan yang kita semua tutup sebelah mata ) dan menarik minat(tentu saja ,setiap org memiliki minat)
Lalu masuk ke contoh,saya menulis Trend bukan Ritual/Upacara,bukankah sudah jelas saya merujuk pada sebuah produk yang dikemas dan diheboh-hebohkan.
 Lihat lagi contoh yang saya tulis, saya tidak asal berbicara, semua orang juga pasti tahu trend seperti ini sedang marak terutama di Jakarta, balik lagi tujuan apa, saya ingat selentingan Biksu Xing Yun(Bintang Awan) di Taiwan mengenai komersialisme upacara yang terjadi. Beliau berkata :"hahaha,zaman sekarang,Biksu kalo tidak pandai berinovasi mau makan apa,mana ada umatnya lagi" saya ingat ini betul sebagai kritikan keras beliau kepada biksu disana karena mulai mengadakan tim biksu karaoke,tim biksu drama semuanya dengan kilahan agar umat tertarik.

Balik lagi,disini, awalnya yang menyulut salah pengertian siapa?tiba-tiba dhuarr merasa panas. maaf kalo merasa tersinggung. thread ini tidak membahas aliran tapi Trend / Komersialisme dilihat dari kacamat Vinaya dan tentunya Vinaya adalah sama di semua aliran Buddhist,betul?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 08 May 2008, 03:52:28 PM
Suchamda,

Quote
Maaf bila kata-kata tidak tepat.
Tapi intinya adalah anda membawa alasan yang tidak relevan yang bisa memperuncing masalah.

Quote
Tentu anda juga tahu bahwa oknum Mahayana/Tantrayana menyebut Theravada sebagai "egois" dan sebagainya karena ketidaktahuan, ataupun karena mencampur aduk ajaran.

Relavansinya adalah, karena ketidaktahuan dan mencampur aduk ajaran, maka muncullah oknum. Oknum itu sendiri bukan hanya dari Theravada saja, tetapi juga ada di aliran lain dan saya berikan satu contohnya. Oleh karena itu, cobalah untuk menjelaskan pada orang yang kurang jelas (karena di sini cetera_zhang mengatakan nyanadhana keliru) supaya ketidaktahuan dan pencampuradukkan ajaran bisa dihilangkan, sehingga oknum bisa dihilangkan.
Mengapa anda sensitif untuk hal2 yang tidak perlu tapi tidak sensitif dalam menemukan relevansinya, malah berpikir tentang ribut antar aliran? Anda bisa bayangkan apa yang terjadi dengan sikap itu jika ada orang yang memang sengaja memecah belah aliran?

Jadi intinya apakah ada yang mau menjelaskan soal upacara2 ini?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: andry on 08 May 2008, 04:46:05 PM
mau donk jambala omm jambala biar cepet kuaya... $-) $-) $-)
coba saja tanya ke Samanera Nyanabadra
kalem mas..
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Hikoza83 on 08 May 2008, 05:20:57 PM
mau donk jambala omm jambala biar cepet kuaya... $-) $-) $-)
coba saja tanya ke Samanera Nyanabadra
kalem mas..

mo cepet kuaya apa bro andry? ???
kuaya monyet?  ^-^
kuaya buaya?  :P
kuaya macan ompong??  ;D
kuaya margasatva laen...  :))

menanggapi hal ini, saya sedikit komentar...
lihat ke dalam diri masing2, jgn langsung esmosi dalam menanggapi komentar yg lain.
tarik nafas dalam2, hitung sampe 10, hembuskan perlahan dgn 10 hitungan... ulangi 3-5 x.
dan susun kalimat yg pas, agar tidak menimbulkan salah paham dgn yg lain.
_/\_


By : Zen
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 08 May 2008, 05:46:32 PM
Seorang, 10, 20, 40 orang kuat membawa pedang, tidak akan dapat menghancurkan kota besar seperti Nalanda. Tetapi seorang yang menyebarkan kebencian dapat menghancurkan 1, 10, 20, bahkan 40 kota besar seperti Nalanda.

Begitu juga 1, 10, 20, 40 orang tidak dapat menghancurkan Buddha Dhamma dengan kekerasan, tetapi dengan menyebarkan kebencian, 1, 10, 20, 40 aliran Buddha Dhamma pun akan hancur berantakan.

Ehipassiko. Begitulah adanya!  _/\_ 

BTT: Jadi ada atau tidak ada yang bersedia menjelaskan upacara2 ini?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Suchamda on 08 May 2008, 07:04:43 PM
Quote
Seorang, 10, 20, 40 orang kuat membawa pedang, tidak akan dapat menghancurkan kota besar seperti Nalanda. Tetapi seorang yang menyebarkan kebencian dapat menghancurkan 1, 10, 20, bahkan 40 kota besar seperti Nalanda.

Begitu juga 1, 10, 20, 40 orang tidak dapat menghancurkan Buddha Dhamma dengan kekerasan, tetapi dengan menyebarkan kebencian, 1, 10, 20, 40 aliran Buddha Dhamma pun akan hancur berantakan.

Ehipassiko. Begitulah adanya!  Namaste

Saya kok kurang jelas dengan maksud tulisan anda ini. Bisa dijelaskan secara blak-blakan? Siapa yang dimaksud? Maaf, saya tidak paham.

Quote
BTT: Jadi ada atau tidak ada yang bersedia menjelaskan upacara2 ini?

Loh, katanya thread ini membahas tentang Dharmatainment? kok malah upacara2 spesifik yang diperpanjang kasusnya?
OOT donk.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: andyjkt on 08 May 2008, 09:46:11 PM
Bingung nich. ~X(
Title: DHARMA ENTERTAINMENT
Post by: Suchamda on 08 May 2008, 09:57:44 PM
Istilah Dharma Entertainment (Dharmatainment [?]) pertama kali saya dengar dari istilah yang dilontarkan oleh Bp.Dr.Hudoyo Hupudio dalam salah satu postingnya yg mengistilahkan langkah Ajahn Brahm untuk mereformulasikan 4 kesunyataan mulia agar bisa lebih diterima/ dicerna oleh masyarakat Barat.

Kita perlu mempertanyakan, apakah istilah Dharmatainment ini perlu diadakan dan dijadikan suatu penanda untuk fenomena ini?
Kalau jawabannya adalah "Ya", lalu apakah definisi dan batasan dari suatu hal dapat disebut sebagai Dharmatainment?

Apakah Dharmatainment itu hanya terjadi pada aliran-aliran tertentu saja, ataukah fenomena ini bisa terjadi di semua aliran Buddhism tanpa kecuali?

Apakah memang benar, hal ini merupakan kecenderungan / trend yang terjadi sekarang ini?

Ada beberapa kasus, yang bisa disinyalir sebagai Dharmatainment yang terjadi di berbagai aliran :
- Theravada : Show-show Bhante Uttamo.
- Mahayana / Zen: Seminar-seminar bertemakan kesuksesan di hotel-hotel mewah dengan tarian dan lagu2. Yang mana dikemas bagaikan 'pesta', dsb.
- Vajrayana : Puja-puja di hotel mewah yang bertemakan mendapatkan kekayaan; puja api homa, dsb
Pertanyaannya : apakah hal-hal diatas bisa dikategorikan sebagai Dharmatainment? apakah semua kasus di atas itu sama merupakan dharmatainment?

Apa sesungguhnya Dharmatainment itu? Apakah perlu? Mengapa perlu?
Apakah efeknya dari perubahan2 ini? Apakah tidak akan merusak Dharma? Apa efek kejiwaannya terhadap umat? Apakah implikasinya terhadap tatanan Buddhism tradisional?

Mari kita diskusikan disini dengan terbuka dan saling menghargai untuk membahas Dharmatainment ini.

Silakan.

Catatan :
- Demi ketertiban dan etika, maka sekiranya netter hendak mengomentari contoh kasus tertentu, hendaklah mengambil contoh kasus dari alirannya sendiri.
- Rekan2 dari tiap aliran, boleh mengemukakan argumentasinya dengan dalil-dalilnya sendiri tapi hendaknya menghargai pula dalil-dalil yang dikemukakan oleh netter dari aliran lain.
Biarlah berbagai macam wacana kita kumpulkan terlebih dahulu, untuk mendapat pemandangan luas dari berbagai macam sudut pandang.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Suchamda on 08 May 2008, 10:05:54 PM
Sdr. Moderator.
Tadi topik ini di lock, tapi sekarang di buka lagi.
Saya telanjur membuka topik baru untuk membahas Dharmatainment tanpa bias aliran dan prasangka yang judgmental. Saya sekedar mengarahkan kalau masih mau membahas topik ini secara sehat.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2599.msg37597/topicseen.html#msg37597 [ Topic akan di Merge ]

* Salam ko Suchamda, Topic sebelumnya memang telah di lock. Kemarin setelah berdiskusi dengan suhu benz, kami memutuskan untuk membuka kembali topic ini, karena diskusi ini masih layak untuk di lanjutkan kembali ... Terima kasih atas perhatiannya ...

_/\_
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: ryu on 08 May 2008, 10:23:33 PM
Dapet dari buku lu sheng yen  :

Namun, bila anda telah menerima suatu abhiseka tertentu (misalnya
Padmasambhava Yidam Yoga atau abhiseka lainnya) dari Maha Acarya Lian Shen
sendiri, maka sewaktu anda kembali ke negara asal anda, anda tidak dibenarkan untuk
menerima abhiseka jenis yang sama dari Acarya Acarya lainnya (yang merupakan
murid dari Maha Acarya Lian Shen). Karena anda telah menerima abhiseka dari tingkat
tertinggi (yaitu dari Maha Acarya langsung), maka anda seharusnya tidak mengulang
penerimaan abhiseka yang sama dari Acarya yang berada di tingkat yang lebih rendah
dari Maha Acarya Lian Shen.
Saya berikan sebuah contoh lain. Misalnya, anda telah menerima abhiseka
"Dewa Rejeki 5 Penjuru" dari Maha Acarya sendiri, lalu anda diabhiseka "Dewa Rejeki 5
Penjuru" lagi dari Acarya lain di Hongkong. Ini tentu saja salah karena peraturan
menyatakan bahwa abhiseka hanya boleh dari tingkat bawah menuju tingkat tinggi.
Begitu Maha Acarya Lian Shen memberikan suatu jenis abhiseka kepadamu, maka
anda harus berhenti menerima abhiseka jenis yang sama dari Acarya lainnya. Ini
karena abhiseka "Dewa Rejeki 5 Penjuru" (yang telah anda terima langsung dari Maha
Acarya) akan kehilangan kekuatannya begitu anda mengulang penerimaan abhiseka
jenis yang sama dari Acarya lain di tingkat yang lebih rendah. Kemanjuran abhiseka
yang anda terima menjadi turun tingkatnya ke tingkat Acarya yang lebih rendah. Tak
apa apa naik dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi tidak sebaliknya.
Banyak siswa melanggar peraturan ini sewaktu menerima berbagai jenis abhiseka dari
berbagai Acarya.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Suchamda on 08 May 2008, 10:44:00 PM
Quote
Namun, bila anda telah menerima suatu abhiseka tertentu (misalnya
Padmasambhava Yidam Yoga atau abhiseka lainnya) dari Maha Acarya Lian Shen
sendiri, maka sewaktu anda kembali ke negara asal anda, anda tidak dibenarkan untuk
menerima abhiseka jenis yang sama dari Acarya Acarya lainnya (yang merupakan
murid dari Maha Acarya Lian Shen). Karena anda telah menerima abhiseka dari tingkat
tertinggi (yaitu dari Maha Acarya langsung), maka anda seharusnya tidak mengulang
penerimaan abhiseka yang sama dari Acarya yang berada di tingkat yang lebih rendah
dari Maha Acarya Lian Shen.
Saya berikan sebuah contoh lain. Misalnya, anda telah menerima abhiseka
"Dewa Rejeki 5 Penjuru" dari Maha Acarya sendiri, lalu anda diabhiseka "Dewa Rejeki 5
Penjuru" lagi dari Acarya lain di Hongkong. Ini tentu saja salah karena peraturan
menyatakan bahwa abhiseka hanya boleh dari tingkat bawah menuju tingkat tinggi.
Begitu Maha Acarya Lian Shen memberikan suatu jenis abhiseka kepadamu, maka
anda harus berhenti menerima abhiseka jenis yang sama dari Acarya lainnya. Ini
karena abhiseka "Dewa Rejeki 5 Penjuru" (yang telah anda terima langsung dari Maha
Acarya) akan kehilangan kekuatannya begitu anda mengulang penerimaan abhiseka
jenis yang sama dari Acarya lain di tingkat yang lebih rendah. Kemanjuran abhiseka
yang anda terima menjadi turun tingkatnya ke tingkat Acarya yang lebih rendah. Tak
apa apa naik dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi tidak sebaliknya.
Banyak siswa melanggar peraturan ini sewaktu menerima berbagai jenis abhiseka dari
berbagai Acarya.

Apakah aliran Lu Sheng Yen bisa dikatakan mewakili Vajrayana Buddhism?
Apakah definisi abhiseka itu seperti yang diuraikan di atas?
Coba setelah mengerti apa itu sebenarnya abhiseka, coba kamu kemukakan alasan kamu menggolongkan itu sebagai dharmatainment?
Lebih baik sebelum membahas panjang lebar, kemukakan dulu apa itu definisi dan batasan dharmatainment menurut anda? (saya rasa ini tugas dari pembuka topik, daripada nanti salah paham lagi)
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Hendra Susanto on 08 May 2008, 11:44:48 PM
gak mantep....

nyilem lagi ahhh...
Title: Re: DHARMA ENTERTAINMENT
Post by: nyanadhana on 09 May 2008, 07:59:40 AM
Pada OOT semua di thread pertama yang dibikin.....gara-gara satu orang salah paham dan menjadi emosi akhirnya diskusi menjadi blur tanpa arah. thanks bro Suchamda untuk membuat thread baru........Saran saya tetep berpegang pada Sila Vinaya namun bagaimana menyadarkan umat yang telah terlanjur terbiasa dengan hal ini semua,sangat tidak gampang membawa org keluar dari kebiasaan yang dibuat oleh sejuml;ah oknum ini.
Title: Re: DHARMA ENTERTAINMENT
Post by: ryu on 09 May 2008, 08:09:26 AM
Iya bro nyanadhana kasi conto dong yg menurut anda dhammataintment itu.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 09 May 2008, 08:15:21 AM
 _/\_ Thread ini OOT ,silahkan dilock Moderator, udah ada yang baru dari bro Suchamda,dan mungkin tolong jangan dinodai lagi dengan kesalah pahaman. Gara-gara satu orang yang langsung panas-panas ria tanpa bertanya dulu tujuan thread ini, membuat thread ini kotor menjadi ajang serang aliran. next time baca dengan teliti, menyuruh gw mengosongkan gelas dan ehipasiko tapi yang menyerang malah udah panas-panas ria duluan sebelum mengerti makna thread ini. Terima kasih untuk membuat thread ini nampak indah. Silahkan di lock _/\_
Title: Re: DHARMA ENTERTAINMENT
Post by: nyanadhana on 09 May 2008, 08:21:26 AM
Dhammatainment itu menurut aku sendiri
1. Untuk umat perumah tangga, mulailah mengurangi,toh inti sari Buddhadhamma menyuruh kita melatih Sila,Samadhi dan Panna, bukan melakukan ritual,ceramah heboh yang sebenarnya menjebak kita semakin jauh dari Buddhadhamma

2. Untuk Bhikkhu, sebaiknya tidak ikut-ikutan menghebohkan Dhamma Entertainment karena Sila Vinaya bahkan Atthasila dengan tegas menghindari segala bentuk entertainment seperti sekarang ini ada. bukankah sama saja menjadi bhikkhu dengan umat perumah tangga biasa?apakah perbedaan cuman sekedar fisik,satu botak satu berambut?

Bhikkhu seharusnya mempelajari Vinaya karena dia adalah teladan bukan malah mendukung acara-acara yang tidak mengandung manfaat pencerahan.
 _/\_ Demikian pemikiran saya
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 09 May 2008, 08:48:14 AM
Suchamda,

Quote
Saya kok kurang jelas dengan maksud tulisan anda ini. Bisa dijelaskan secara blak-blakan? Siapa yang dimaksud? Maaf, saya tidak paham.

Saya tidak menunjuk orang per orang secara personal, bukan juga aliran per aliran, tetapi pada keadaan apa adanya di mana umat sensitif sekali dengan pembicaraan yang dilakukan aliran lain. Jika saja ada orang yang 'menyusup' menyamar sebagai satu aliran dan menghina aliran lain dengan maksud sengaja menimbulkan kebencian untuk memecah belah aliran, maka bukan cuma umat dari 3 aliran besar, tetapi 40 aliran Buddhisme pun (seandainya ada) akan hancur.



Quote
Loh, katanya thread ini membahas tentang Dharmatainment? kok malah upacara2 spesifik yang diperpanjang kasusnya?
OOT donk.

Ini contohnya sensitif. Jika upacara alirannya dibahas oleh aliran lain, maka kebencian cenderung muncul.
Kalo bukan upacara ataupun ritual yang berhubungan dengan dhamma, itu namanya memang enterntainment, bukan Dhamma Entertainment yang dimaksud.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: cetera_zhang on 09 May 2008, 11:59:34 AM
Bro and sis,

Sori kl postingan saya membuat anda tersinggung. Saya memposting itu tanpa ada niat sedikitpun *emosi kemarahan/kebencian* seperti yg bro katakan. Saya memposting itu adalah agar jangan sampai tulisan bro nyanadhana itu menjurus pada penjelasan yg kurang tepat pada satu ajaran. Saya pribadi tiadk memihak satu aliran.Jadi kl ada yang bilang saya marah2 krn itu menyinggung aliran saya,saya rasa tidak tepat. Saya hanya ingin mengingatkan bro nyanadhana saja pada postingan itu.....ok kl saya dianggap salah paham,saya minta maaf...truely saya mengerti maksud bro nyanadhana awalnya...tp krn di postingan penjelasan itu saya melihat ada yg kurang tepat makanya saya *menyentil*,krn penjelasan itu sendiri mengarah pada ajaran dan bukan entertainmentnya.dan tolong jangan kait2kan protes saya itu dgn tradisi,sekte ataupun lineage,krn yg saya protes adalah esensi penjelasan dan bukan soal ribut dan panas krn sekte.

Untuk penjelasan ajaran2 itu tadi,saya uda terangkan kalau saya tidak berkompeten untuk menjelaskannya. karena kapasitas saya sendiri bukan kesana.

Mudah2an menjadi clear....kalau ada yg tersinggung,saya mohon maaf.

Silahkan lanjutkan diskusi dhamma entertainment ini......


Anjali
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 09 May 2008, 12:14:07 PM
 _/\_ kalokamu merasa kurang tepat,untuk apa memulai sesuatu dengan emosi,kamu menyruh org untuk mengosongkan gelas sebelum ehipasiko,sedangkan kamu baru membaca tapi belum meresapi sudah panas duluan. dengan segampang itukah langsugn meminta maaf setelah salah paham yang menjurus pada persinggungan antar sekte yang awalnya tidak terjadi. Lihat postingan sebelum anda,semua wajar-wajar saja dibahasnya, setelah anda semua pada ikutan dan akhirnya thread ini rasanya tidak berguna lagi sebagai tempat pembelajaran.
Anda memang jago berkilah tapi buat saya, thread ini tidak lagi efektif pembahasannya karena semua postingan keluar jalur. Terima Kasih dan bisakah anda membuka pernyataan tanpa rasa emosi namun keinginan belajar. setelah diam mempelajari kemana arah perbincangan baru ambil keputusan kalo misalkan semua postingan dari temen-temen forum ternyata menyerang sekte.

Gw kasih tahu yah,trend api homa sendiri juga merupakan pengeroposan dari Tantric Buddhism,orang-orang kehilangan makna diakibatkan tidak adanya pemahaman luhur atas Upacara Api Homa itu sendiri, dan ini bukan menjadi ajang penyerangan sekte karena masing-masing aliran mulai harus menjaga diri terhadap oknum yang mengeruk keuntungan besar atas apa yang diajarkan di aliran anda. Malah anda panas hanya ada satu tulisan mengenai api homa yang kebetulan berasal dari aliran anda.

Yang saya bahas bukan begitu, kamu kira saya tidak mendukung aliran Buddhism, saya terbuka dengan semua aliran dan saya harap perbincangan ini dimulai dari pihak netral,keterbatasan kata saya disini mungkin menjadi kekurangan karena menjadi celah bagi anda untuk menyinggung. Terima kasih,thread ini bagaikan thread yang mengerikan karena aling serang antar aliran. Terima kasih.

jujur saya kecewa dan terima kasih untuk input anda selama ini
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: cetera_zhang on 09 May 2008, 12:42:01 PM
Bro saya minta maaf kl saya salah paham. benar2 minta maaf kalau saya dianggap mengacau disini.

tapi saya tetap berpendirian bahwa dgn pernyataan bro itu tetap berpotensi membawa kesalahpengertian mengenai ajaran tsb (dan sekali lagi saya katakan: tidak ada hubnya ma sekte yah,tolong jgn kait2kan ma sekte)....

dan saya tidak ada *panas* ketika menulis itu...sungguh saya hanya ingin *mengingatkan* anda agar jgn sampai salah kata.

tapi yah sudahlah,krn saya sudah menyinggung anda,sekali lagi saya minta maaf dari lubuk hati saya yg paling dalam.mudah2an bro bisa menerima maaf saya.(mumpung mo waisakan neh hehehe) bolehkah?walo berbeda pendapat,tetap kan bisa bersahabat?

psst: saya baru termasuk dalam tahap *org2 yg setuju ma apa Buddha ajarkan*,belum menjadi praktisi apalagi siswa Buddha ataupun menjadi pengikut para sesepuh/mahayana/tantra.


Anjali

Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: EVO on 09 May 2008, 01:26:18 PM
sedalam apa cetera lubuk nya ;D :P ^:)^
'dari lubuk hati saya yang paling dalam'

sudah ku maaf kan diri mu
sedalam nya lubuk mu ^-^ ^-^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: williamhalim on 09 May 2008, 01:58:01 PM
okey....

Sekarang kita bahas 'Dhammatainment'.

Saya pribadi, setuju dengan istilah ini.
Bisa kita lihat dari perspektif dalam skala global (seminar2 di Singapore, Jakarta), bisa juga dari keseharian di vihara masing2.

Saya akan membahasnya dari lingkup kecil di kota saya.

Selama ini saya melihat kegiatan penyebaran Dhamma (dan vihara sebagai mediasinya), sudah meningkat dari segi aktivitas, namun merosot dari segi kualitas dhamma.

Aktivitas yg meningkat:
~ ada organ / keyboard untuk lagu2an di vihara
~ ada tari2an untuk menyambut acara Bhante. Sering dibawakan oleh gadis2, yg sewaktu saya lihat, memakai baju dalam ala China (kain merah menutupi badan, tanpa lengan), juga kadang baju2 tipis menutupi dada dan lengan. Tarian gemulai. Sedangkan barisan Bhante duduk di depan sekali.
~ Sering diadakan acara pesta2, dalam rangka menyambut imlek, cap go meh, tahun baru.... pesta2 tsb memerlukan dana yg tidak sedikit. Acara itu sendiri diisi oleh tari2an, mars vokal, dsbnya. Karena seringnya acara pesta2 tsb, giliran ada acara kedatangan Bhante dari luar kota yg memerlukan sumb dana, sponsor sudah sulit mendapatkan sponsor / dana kas persediaan sudha habis terpakai.
~ Acara sejuta lilin, atau pemasangan lentera. Para donatur dimintai sumbangan dengan diiming2i namanya akan dicantumkan di lentera, yg digantung dilangit2, murah rezeki, jauh dari marabahaya.

Beberapa contoh diatas dilakukan demi mengumpulkan umat lebih banyak, menahan muda/i agar tidak 'boring' dan pindah ke agama tetangga, berusaha menyamai kegiatan dan keceriaan agama tetangga, memodern kan agama Buddha, dsbnya.

Sedangkan disisi lainnya, kemerosotan esensi Dhamma:
~ Tidak ada lagi/berkurangnya diskusi2 dhamma
~ Muda/i lebih berfokus kepada seremonial dan tetek bengek kegiatan. Setelah habis program / pesta yg satu, segera berfokus kepada program pesta selanjutnya.
~ Ibu2 / kaum yg lebih tua tidak mendapat pengarahan inti ajaran Dhamma, malah sibuk dengan lilin, lentera2, cari sumbangan, dan cung2cep
~ Apa yg saya saksikan di vihara saya sendiri, setiap saat2 berkumpul di hari Minggu, TIDAK PERNAH BERDISKUSI MASALAH DHAMMA, yg didiskusikan adalah program acara, pengumpulan dana, pemilihan panitia, pemilihan tanggal dan acara2 pesta selanjutnya.

Saya tidak tau bagaimana dengan komunitas lainnya di Indonesia / dunia, namun yg sy lihat dari sekeliling saya, ENTERTAINMENT lebih difokuskan ketimbang mengembangkan AJARAN DHAMMA.

Saya sadari, pengembangan ajaran Dhamma sangat tidak populer dan akan mendapatkan sedikit pengikut, bahkan vihara bisa mati suri kalau berfokus pada pengembangan dhamma saja. Tapi, saya tetap pada pemikiran bahwa, KUALITAS lebih penting dibanding KUANTITAS.

Pendapat saya:
Boleh2 saja mengadakan kegiatan entertain, namun jangan sampai melupakan kegiatan pengembangan dhamma. Tetap pertahankan proporsi, misalkan 50% - 50% (entertain dan dhamma): untuk dana, waktu dan program Vihara.

::
 


Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 09 May 2008, 02:36:53 PM
Budaya hedonisme ini seharusnya menjadi perhatian para anggota Sangha dan juga umat sekaligus panitia vihara, setahu saya sendiri, panitia atau pengurus Vihara kadang juga tidak mengerti Buddhism itu seperti apa, melihat hijaunya kegiatan agama orang lain lalu merasa okay Buddhism juga harus begitu. menurut aku lebih baik 1 orang mengerti Dhamma dan mempraktekkan daripada 100 orang yang datang bukan untuk tujuan Dhamma namun duniawi.

Acara sejuta lilin, atau pemasangan lentera. Para donatur dimintai sumbangan dengan diiming2i namanya akan dicantumkan di lentera, yg digantung dilangit2, murah rezeki, jauh dari marabahaya.

Mendukung terjadinya Global Warming kah? lebih berguna dananya untuk fakir miskin,dan itu membuat jodoh dan kamma baik dengan orang,Bukankah Buddha juga mengajarkan bahwa berdana disertai dengan kebijaksanaan dan cinta kasih,lalu dimana esensi hikmat dan pengertian Dhamma didalamnya. sudah tidak terlihat lagi.

Kita lihat lagi, ceramah motivasi yang ujung-ujungnya tawaran prospek multilevel atau produk semacam itulah,apakah begini kita belajar Dhamma,menambah LDM atau mengurangi? _/\_
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Umat Awam on 09 May 2008, 03:04:42 PM
okey....

Sekarang kita bahas 'Dhammatainment'.

Saya pribadi, setuju dengan istilah ini.
Bisa kita lihat dari perspektif dalam skala global (seminar2 di Singapore, Jakarta), bisa juga dari keseharian di vihara masing2.

Saya akan membahasnya dari lingkup kecil di kota saya.

Selama ini saya melihat kegiatan penyebaran Dhamma (dan vihara sebagai mediasinya), sudah meningkat dari segi aktivitas, namun merosot dari segi kualitas dhamma.

Aktivitas yg meningkat:
~ ada organ / keyboard untuk lagu2an di vihara
~ ada tari2an untuk menyambut acara Bhante. Sering dibawakan oleh gadis2, yg sewaktu saya lihat, memakai baju dalam ala China (kain merah menutupi badan, tanpa lengan), juga kadang baju2 tipis menutupi dada dan lengan. Tarian gemulai. Sedangkan barisan Bhante duduk di depan sekali.
~ Sering diadakan acara pesta2, dalam rangka menyambut imlek, cap go meh, tahun baru.... pesta2 tsb memerlukan dana yg tidak sedikit. Acara itu sendiri diisi oleh tari2an, mars vokal, dsbnya. Karena seringnya acara pesta2 tsb, giliran ada acara kedatangan Bhante dari luar kota yg memerlukan sumb dana, sponsor sudah sulit mendapatkan sponsor / dana kas persediaan sudha habis terpakai.
~ Acara sejuta lilin, atau pemasangan lentera. Para donatur dimintai sumbangan dengan diiming2i namanya akan dicantumkan di lentera, yg digantung dilangit2, murah rezeki, jauh dari marabahaya.

Beberapa contoh diatas dilakukan demi mengumpulkan umat lebih banyak, menahan muda/i agar tidak 'boring' dan pindah ke agama tetangga, berusaha menyamai kegiatan dan keceriaan agama tetangga, memodern kan agama Buddha, dsbnya.

Sedangkan disisi lainnya, kemerosotan esensi Dhamma:
~ Tidak ada lagi/berkurangnya diskusi2 dhamma
~ Muda/i lebih berfokus kepada seremonial dan tetek bengek kegiatan. Setelah habis program / pesta yg satu, segera berfokus kepada program pesta selanjutnya.
~ Ibu2 / kaum yg lebih tua tidak mendapat pengarahan inti ajaran Dhamma, malah sibuk dengan lilin, lentera2, cari sumbangan, dan cung2cep
~ Apa yg saya saksikan di vihara saya sendiri, setiap saat2 berkumpul di hari Minggu, TIDAK PERNAH BERDISKUSI MASALAH DHAMMA, yg didiskusikan adalah program acara, pengumpulan dana, pemilihan panitia, pemilihan tanggal dan acara2 pesta selanjutnya.

Saya tidak tau bagaimana dengan komunitas lainnya di Indonesia / dunia, namun yg sy lihat dari sekeliling saya, ENTERTAINMENT lebih difokuskan ketimbang mengembangkan AJARAN DHAMMA.

Saya sadari, pengembangan ajaran Dhamma sangat tidak populer dan akan mendapatkan sedikit pengikut, bahkan vihara bisa mati suri kalau berfokus pada pengembangan dhamma saja. Tapi, saya tetap pada pemikiran bahwa, KUALITAS lebih penting dibanding KUANTITAS.

Pendapat saya:
Boleh2 saja mengadakan kegiatan entertain, namun jangan sampai melupakan kegiatan pengembangan dhamma. Tetap pertahankan proporsi, misalkan 50% - 50% (entertain dan dhamma): untuk dana, waktu dan program Vihara.

::

Memank pada kenyataannya penyebaran Agama Buddha mulai terjadi seperti itu, organ2/keyboard, tari2an, dll
Di kota saya pun demikian, bahkan sekarang udh tertular pada muda-mudinya.. Tiada lagi diskusi dhamma yg baik dan benar, yang ada hanyalah kumpulan org2 yg bercerita ga jelas arahnya... :(
Entah apakah ini disebabkan oleh upaya kausalia yg sy merasa hingga saat ini tidak memiliki batasan yg jelas.. Kadang malah mereka lbh byk melakukan pembenaran atas apa yg mereka lakukan dan ini bukan saja oleh para umat awam, tp juga para bhikkhu2... ::)

Tapi, apakah ada jalan keluar yg kiranya bisa setidaknya mengurangi dhammatainment tsb? :D
Jalan keluar seperti apakah yg kira2 bisa mengurangi ato mengubah hal2 tersebut?
Saya rasa jika hanya dilakukan oleh satu org, maka hal tsb menjadi AGAK tdk mungkin tercapai. ;D
Misalnya dikota saya, hanya saya yg ga setuju dgn acara2 gituan, apakah acara itu akan batal? saya rasa tidak... Harus ada suatu kelompok ato lembaga yg memiliki peranan penting yg harus mengambil langkah tegas dan bijak utk mengubah dhammatainment tsb menjadi sesuatu yg lbh bernilai dan berkualitas...

 _/\_
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Hendra Susanto on 09 May 2008, 03:12:50 PM
mang gt ya pake kibot??
untuk diprabha gak ada gt2an,
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 09 May 2008, 03:30:21 PM
 :D aku pernah ikut baca Paritta yang diiringi keyboard langsung serasa kebaktian di gereja. Viharanya dulu di Sunter sekarang pindah ke Pluit. aje gile pas aku jadi dayaka Bhante diundang kesana. Bhantenya shock, pas pulang dibilang,jangan ditiru ya... :whistle:

Jalan keluar adalah mulai menggiatkan pengertian Dhamma dalam setiap ceramah dan aku berpikir kita mulai membicarakan Sila Vinaya, maka lama-lama uamt akan mengerti dan mereduce kegiatan ini.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Rina Hong on 09 May 2008, 03:47:46 PM
Jalan keluar adalah mulai menggiatkan pengertian Dhamma dalam setiap ceramah dan aku berpikir kita mulai membicarakan Sila Vinaya, maka lama-lama uamt akan mengerti dan mereduce kegiatan ini.

yu..yup..Rina setuju, dengan dimulai dari diri sendiri, menjadi ke lingkungan dan lingkungan menjadi ke negara dan negara menjadi ke seluruh dunia, jika kita inginkan perubahan maka harus mulai dari diri sendiri [teladan diri]

 _/\_
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: williamhalim on 09 May 2008, 04:10:14 PM
:D aku pernah ikut baca Paritta yang diiringi keyboard langsung serasa kebaktian di gereja. Viharanya dulu di Sunter sekarang pindah ke Pluit. aje gile pas aku jadi dayaka Bhante diundang kesana. Bhantenya shock, pas pulang dibilang,jangan ditiru ya... :whistle:


 :))

Jadi ingat lagi nih,

Pas waktu itu ada mengundang Bhante dari luar kota...
Pemimpin kebaktian kemudian berkata "Marilah kita nyanyikan mars Vihara...."
Umat serentak berdiri, dan dengan diiringi keyboard (irama/tempo disco) seluruh umat, romo ramani mulai menyanyikan mars vihara, dengan penuh semangat <---- persis banget nuansa kristiani nya.

aku ingat wajah Bhante yg datang itu:
Beliau tercengang, tapi diam aja... mukanya kelihatan kaku sekali.

::
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 09 May 2008, 04:42:12 PM
cetera_zhang,

Quote
...mudah2an bro bisa menerima maaf saya.(mumpung mo waisakan neh hehehe) bolehkah?walo berbeda pendapat,tetap kan bisa bersahabat?

waduh, masa' maaf2an pake "mumpung mo Waisak" sih?  ;D
Beda pendapat itu memang wajar. Kamu tidak salah ketika menyanggah, tetapi lain kali kalo sudah bikin statement 'heboh', harus kasih penjelasan juga, jangan kemudian "dilempar" ke "yang berkompeten".



nyanadhana & willibordus,

Menurut kalian, mengapa upacara ini tidak cocok dengan menggunakan instrumen keyboard, tari2an dan lain sebagainya yang telah disebutkan? Apa dasarnya ini dikatakan tidak cocok dengan dhamma?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 09 May 2008, 04:53:10 PM
Menurut kalian, mengapa upacara ini tidak cocok dengan menggunakan instrumen keyboard, tari2an dan lain sebagainya yang telah disebutkan? Apa dasarnya ini dikatakan tidak cocok dengan dhamma?

saya balik bertanya apakah ini membawa kebijaksanaan? apakah ini membawa pencerahan? apakah ini membawa pengertian Dhamma lebih mendalam ? atau hanya sekedar pemuasan batin?

Saya pikir Sang Buddha menggariskan Sila Vinaya sampai pada perihal Entertainment sudah tentu jelas memiliki kebijaksanaan agar kita tidak terjerat oleh indahnya alunan musik yang membuat pikiran melamun, atau tarian eksotis yang membuat pikiran melayang jauh dan segala macam tetek bengek upacara yang dikemas dengans edemikian rupa sehingga membuat kita lupa akan Sila,Samadhi,Panna

Dalam Entertainment ada kesenangan batin, sedangkan kita diharapkan melihat sisi Dukkha, belum lagi tertawa terbahak-bahak yang akhirnya lupa diri dan menggosip(musavada), hal itu ada talian berantai. Hal ini bahkan dimaksudkan untuk lagu-lagu Buddhist, orang mengira lagu Buddhist itu sacred,suci, padahal dia adalah produk duniawi yang hanya memuaskan nafsu sesaat.

Dimana Praktek Sila,Samadhi,Panna untuk mengikis Lobha,Dosa,Moha?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: williamhalim on 09 May 2008, 05:11:46 PM

nyanadhana & willibordus,

Menurut kalian, mengapa upacara ini tidak cocok dengan menggunakan instrumen keyboard, tari2an dan lain sebagainya yang telah disebutkan? Apa dasarnya ini dikatakan tidak cocok dengan dhamma?


Kebaktian di Vihara bertujuan untuk mengingatkan kembali pada ajaran Sang Buddha.

Seyogyanya detik2 kebaktian diisi dengan suasana khidmat yg akan mengantar pikiran kita ke suasana konsentrasi, tenang sehingga dapat menyerap Dhamma yg akan dibabarkan dengan baik.

Apa yg terjadi jika suasana tersebut diisi keyboard dengan rithm disco, lagu2 gegap gempita?
Pikiran akan terbawa suasana semangat, jantung berdetak lebih kencang alih2 mendapatkan ketenangan dan suasana yg khusyuk.

Harap dicatat, bahwa agama tetangga menekankan pada pemujaan tuhan. Tuhan mereka yg senang dipuja. Jadi wajar saja mereka menyanyi dengan penuh gempita.

Dan, seperti yg telah dijelaskan oleh Bro Nyanadhana diatas, kegiatan entertainment (musik, lagu dan tari2an) termasuk kenikmatan indera, dan ajaran Buddha menganjurkan kita untuk mengekang hal2 yg berhubungan dengan pemanjaan indera ini. Dalam melaksanakan athasila, hal tsb juga dilarang. Apakah hal tsb sangat penting sehingga kita perlu menambahkannya dalam kebaktian?

Juga, di kebaktian, jika ada Bhante yg akan memberi ceramah, seyogyanya kita menjauhkan hal2 yg berpotensi menimbulkan pelanggaran vinaya bagi beliau. Apakah kita tidak risih menampilkan tari2an gadis2 dengan pakaian begitu didepan para Bhante?

Demikian pemikiran saya

::
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Suchamda on 09 May 2008, 05:23:02 PM
Saya rasa cukup jelas pendapat dari rekan2 Nyanadhana, Kanyn, dan Willibordus bila ditinjau dari sudut pandang pemahaman Theravada tentang Dharma.

Selanjutnya, apakah ada pendapat dari rekan-rekan Mahayana, Tantrayana, dsb? Bagaimanakah menurut pemahaman kalian tentang event Dharma yang dikemas bersama/dalam bentuk entertainment?

Ada baiknya kita mendengar pendapat yang berbeda-beda supaya semakin kaya wacana.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 09 May 2008, 05:28:38 PM
nyanadhana,

Quote
saya balik bertanya apakah ini membawa kebijaksanaan? apakah ini membawa pencerahan? apakah ini membawa pengertian Dhamma lebih mendalam ? atau hanya sekedar pemuasan batin?

Apa definisi kebijaksanaan menurut Dhamma? Bagaimana mekanisme pemikiran anda mengatakan bahwa itu bukanlah jalan pada kebijaksanaan?


Quote
Saya pikir Sang Buddha menggariskan Sila Vinaya sampai pada perihal Entertainment sudah tentu jelas memiliki kebijaksanaan agar kita tidak terjerat...

Boleh sekalian dikutip referensi dan penjelasannya, supaya bisa ditunjukkan pada orang lain?


Quote
Dalam Entertainment ada kesenangan batin...
Mungkin maksudnya kesenangan indriah?


Quote
Hal ini bahkan dimaksudkan untuk lagu-lagu Buddhist, orang mengira lagu Buddhist itu sacred,suci...
;D  ini memang produk pembenaran pemuasan indriah lewat merk 'agama'.

Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 09 May 2008, 05:37:07 PM
willibordus,

Quote
Harap dicatat, bahwa agama tetangga menekankan pada pemujaan tuhan. Tuhan mereka yg senang dipuja. Jadi wajar saja mereka menyanyi dengan penuh gempita.

Dan, seperti yg telah dijelaskan oleh Bro Nyanadhana diatas, kegiatan entertainment (musik, lagu dan tari2an) termasuk kenikmatan indera, dan ajaran Buddha menganjurkan kita untuk mengekang hal2 yg berhubungan dengan pemanjaan indera ini. Dalam melaksanakan athasila, hal tsb juga dilarang. Apakah hal tsb sangat penting sehingga kita perlu menambahkannya dalam kebaktian?

 :)) :)) Betul, semua memang sebetulnya menjadi "tidak cocok" dengan Dhamma, karena dhamma mengajarkan orang untuk mengurangi kemelekatan pada nikmatnya rangsangan indriah, bukan sebaliknya.



Quote
Juga, di kebaktian, jika ada Bhante yg akan memberi ceramah, seyogyanya kita menjauhkan hal2 yg berpotensi menimbulkan pelanggaran vinaya bagi beliau. Apakah kita tidak risih menampilkan tari2an gadis2 dengan pakaian begitu didepan para Bhante?
Ya, memang mungkin kita tidak "salah" menampilkan hal2 begituan, tetapi itu tidak menghargai orang yang sedang berusaha menempuh hidup selibat. Bagi umatpun, sebetulnya bisa menjadi potensi membangkitkan nafsu.


Suchamda,

Saya coba melihat dari sudut pandang umum, kalo ada yang rasanya kurang cocok (baik secara pribadi, umum atau doktrin), silahkan langsung disanggah saja.


Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 09 May 2008, 05:37:19 PM
Apa definisi kebijaksanaan menurut Dhamma? Bagaimana mekanisme pemikiran anda mengatakan bahwa itu bukanlah jalan pada kebijaksanaan?

balik bertanya : apa yang kamu dapatkan dari menyanyikan lagu Buddhist atau entertainment bertemakan Buddhist? Semakin dalamkah pengertian Dhamma anda dengan mengatakan oh dari lagu ini aku mengerti Dukha,Asal Mula Dukha, Lenyapnya Dukha dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukha?
Kalau begitu, kenapa Sang Buddha ga menciptakan band aja waktu itu ,ga usah cape2 meditasi 6 tahun lamanya , bikin band aja,ajarkan pengetahuan Dhamma melalui itu? tapi apakah bisa?
Lagu Buddhist membuat pikiran kamu selalu ingin bersenandung. saya bukan katakan tidak boleh ada lagu Buddhist, inget Jalan Tengah, yang terjadi sekarang ini adalah berlebihan dengan memacu emosi dan semangat umat.


Boleh sekalian dikutip referensi dan penjelasannya, supaya bisa ditunjukkan pada orang lain?
bisa dibaca dari thread Bhikkhu Vinaya : Perihal Music dan Entertainment

Mungkin maksudnya kesenangan indriah?
Pikiran yang selalu digoncang dengan paduan semangat,haru ibarat sebuah kolam dilempari batu,airnya menjadi beriak dan tidak jernih.......Panca skandah bereaksi menjadi rasa senagn atau rasa sedih,bukankah Sang Buddha mengajarkan kita untuk menjaga Panca Skandha kita?
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Umat Awam on 09 May 2008, 05:44:32 PM
Apa definisi kebijaksanaan menurut Dhamma? Bagaimana mekanisme pemikiran anda mengatakan bahwa itu bukanlah jalan pada kebijaksanaan?

balik bertanya : apa yang kamu dapatkan dari menyanyikan lagu Buddhist atau entertainment bertemakan Buddhist? Semakin dalamkah pengertian Dhamma anda dengan mengatakan oh dari lagu ini aku mengerti Dukha,Asal Mula Dukha, Lenyapnya Dukha dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukha?
Kalau begitu, kenapa Sang Buddha ga menciptakan band aja waktu itu ,ga usah cape2 meditasi 6 tahun lamanya , bikin band aja,ajarkan pengetahuan Dhamma melalui itu? tapi apakah bisa?
Lagu Buddhist membuat pikiran kamu selalu ingin bersenandung. saya bukan katakan tidak boleh ada lagu Buddhist, inget Jalan Tengah, yang terjadi sekarang ini adalah berlebihan dengan memacu emosi dan semangat umat.


Boleh sekalian dikutip referensi dan penjelasannya, supaya bisa ditunjukkan pada orang lain?
bisa dibaca dari thread Bhikkhu Vinaya : Perihal Music dan Entertainment

Mungkin maksudnya kesenangan indriah?
Pikiran yang selalu digoncang dengan paduan semangat,haru ibarat sebuah kolam dilempari batu,airnya menjadi beriak dan tidak jernih.......Panca skandah bereaksi menjadi rasa senagn atau rasa sedih,bukankah Sang Buddha mengajarkan kita untuk menjaga Panca Skandha kita?

SETUJU......... _/\_
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 09 May 2008, 06:09:56 PM
nyanadhana,


Quote
balik bertanya : apa yang kamu dapatkan dari menyanyikan lagu Buddhist atau entertainment bertemakan Buddhist? Semakin dalamkah pengertian Dhamma anda dengan mengatakan oh dari lagu ini aku mengerti Dukha,Asal Mula Dukha, Lenyapnya Dukha dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukha?

Sebetulnya saya memang setuju dengan pendapat kamu, tapi tidak cocok dengan penjelasannya. Jika orang menjelaskan seperti itu, maka saya akan bertanya, "memangnya pengertian 4 kesunyataan mulia ada hubungannya dengan menyanyi dan tidak menyanyi? Kalo iya, tentunya orang bisu yang belajar dhamma pasti lebih suci; Jika tidak, lalu kenapa kamu mempermasalahkannya?".  ;D



Quote
Lagu Buddhist membuat pikiran kamu selalu ingin bersenandung
Jika pikiran bersenandung baik, jauh lebih bagus daripada yang tidak baik, bukan?
Dalam Dhammapada Atthakata (296-301), dikisahkan seorang anak tukang pahat yang punya 'latah' "namo Buddhasa", dan hal itu justru menolongnya. Itu karena 'senandung pikiran'-nya memang baik, maka latahnya baik. Daripada 'senandung lagu selingkuh' yang marak dewasa ini, lebih baik 'senandung lagu buddhis', bukan?


Quote
Boleh sekalian dikutip referensi dan penjelasannya, supaya bisa ditunjukkan pada orang lain?
bisa dibaca dari thread Bhikkhu Vinaya : Perihal Music dan Entertainment
Ini subjeknya untuk bhikkhu/bhiksu. Bagaimana dengan perumahtangga?


Quote
Mungkin maksudnya kesenangan indriah?
Saya menulis ini karena tadinya kamu bilang "kesenangan bathin". Kesenangan bathin itu sifatnya lebih umum, bahkan dalam meditasi pun, ada kesenangan bathin. Menurut teorinya juga para arahat sebelum parinibbana juga menikmati kesenangan bathin (walaupun tidak melekat), tapi tanpa kesenangan indriah.

Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Modernbuddha on 09 May 2008, 07:03:04 PM
Hi semuanya..baru bergabung hari ini uda ada topik menrik nih..
kalo saya bole menambahkan sedikit sih meskipun mengenai hal ini katanya uda di tutup, sorry ya buat yang uda nutup..cuma dkit sih..

Dalam hal ini menurut gw sih kembali ke diri masing2..apa makna Buddhism yang sesungguhnya..
apa makna ehipassiko yang sesungguhnya..
mungkin kita semua memiliki perbedaan kata2 dalam hal ini meskipun intinya mungkin saja sama..
saya sendiri juga bukan org yang menguasai Buddhism secara mendalam tapi dari topik yang saya baca ini mungkin ada baiknya saat kita mau melakukan suatu kesimpulan berdasarkan pendapat kita ataupun berdasarkan pengalaman kita yang menurut kita itu bener apa adanya terlebih dahulu kita mohon maaf kepada semua yang ada di forum ini apabila ada kata2 yang berkenan di hati mereka karena kata2 setiap org bisa diartikan beda oleh org yang berbeda juga..

Patut kita sendiri menyadari dulu apakah Entertainment itu sebenarnya sama sperti pendapat bro yang itu (syaa lupa namanya hehehe..) apakah Entertainment itu selalu dikaitkan dengan kekayaan, komersial dsb? Pkah entertainment itu tidak bisa sejalan dengan sila vinaya? dalam dunia modern skr ini patut kita perhatikan hal seperti itu..Hidup adalah mengikuti perkembangan jaman namun bukan berarti kita melupakan tradisi dan budaya hanya sampai sejauh mana kita bisa mengembangkannya dan mengapresiasikannya dalam dunia yang kian berkembang ini..

Upacara sperti Abhiseka, trus Jambhala, maupun sampai ke praktek Zen dan ceramah motivasi saya pikir smua hal itu adalah kekayaan buddhism yang tidak ternilai..terkadang dalam suatu praktek tertentu memang ada yang selalu terpengaruh denga fanatisme yang berlebihan itu yang harus menjadi perhatian kita, terkadang juga kata2 seorang perantara pemimpin upacara selalu mengadung unsur negatif sperti yang dikatakan bro nyayananda..

Tp dibalik itu smua unsur negatif dan positif itu hanyalah dari orangnya bukan praktek maupun upacaranya..harapan saya tulisan saya ini bisa mencairkan segala kesalahpahaman yang terjadi antar bro nyayananda dengan bro cetera..

saya mohon maaf yang sebesar2nya apabila ada salah ucap dalam kata2 saya..terima kasih..
Namo Buddhaya..





_/\_ Zaman sekarang mungkin kita sering melihat Dhamma yang digabungkan dengan sistem Entertainment yang ditujukan untuk menjaring umat sebanyak-banyaknya dan menarik minat sebagai contoh
1. Trend Api Homa
2. Trend Pemujaan Jambala untuk Kekayaan
3. Tari-tarian yang semakin eksotis dan pembuatan lagu Buddhist yang memacu nafsu(rasa senang bukan rasa tenang, rasa semangat bukan rasa syahdu/hikmat,bermain emosi)
4. Abhiseka
5. Ceramah Motivasi
6. Zen and Power of Mind
7. munculnya aliran Buddhis menyimpang dengan membawa motif tertentu.
8. masih banyak lagi

Kita melihat apakah tujuan mengenal Dhamma sebenarnya adalah mengikis Lobha Dosa Moha,sekaligus melatih batin agar tidak melekat namun apa yang terjadi saat ini? Apakah kita melupakan tujuan kita belajar Dhamma? apakah sekarang ini kita menganggap diri kita lebih hebat daripada Ajaran Sammasambuddha yang dikatakan telah ketinggalan zaman? Apa yang akan kita lakukan untuk mengembalikan itu semua?

thread ini diciptakan untuk semua anggota Buddhist yang memiliki kebijaksanaan dan simpati dalam mengembangkan Buddhadhamma seperti apa adanya. Mari sama-sama meberikan masukan di thread ini dan saling belajar.

Saran saya : Tegakkan Sila Vinaya
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Mr. Wei on 09 May 2008, 07:16:13 PM
 _/\_

Menurut saya sih lagu Buddhis silakan saja ada, tapi jangan lagu2 yang bersifat kita lupa akan dukkha. Mungkin model seperti lagu "Bijaksana" yang isi liriknya bagus: "Avijja sumber penderitaan, oleh pujian kuterlena, oleh cecaan sakit hatiku, semua datang silih berganti / Anicca dukkha anatta / inilah 3 corak utama, dsb" bisa memberikan pesan bahwa avijja ini sumber penderitaan, sadarilah anicca dukkha anatta. Dan seperti kata saudara siapa tuh (saya lupa  ;D), bukankah lebih  baik bersenandung lagu buddhis daripada lagu "selingkuh"?

Lalu, bagi seminar2 zen dsb yang bersifat mengajarkan untuk menambah motivasi mengejar kesuksesan duniawi itu, jujur saja saya tidak setuju, kalau mau, silakan dijadikan seminar2 umum tanpa perlu tetek bengek atau embel2 Dharma. Alasannya, karena Buddha Dharma ajarannya mengajarkan kita untuk melepaskan sesuatu, bukannya malah semakin bersemangat mengejar sesuatu yang duniawi (kesuksesan, uang, teman) itu, bukan?

Mengenai Api Homa, setahu saya api homa itu bukanlah ajaran Buddhisme, melainkan dari ajaran lain yang diakulturasi kan dengan Buddhisme, saya belum pernah dapat referensinya, saya hanya pernah dengar sekedar lewat ceramahd dari seorang dhammadutta yg saya rasa cukup berkompeten.

Sekian pendapat dari saya, kalau ada yang salah silakan dibenarkan, mari bersama-sama berkembang dalam Dhamma  :).


 _/\_


Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Sumedho on 09 May 2008, 09:22:00 PM
Saya rasa cukup jelas pendapat dari rekan2 Nyanadhana, Kanyn, dan Willibordus bila ditinjau dari sudut pandang pemahaman Theravada tentang Dharma.

Selanjutnya, apakah ada pendapat dari rekan-rekan Mahayana, Tantrayana, dsb? Bagaimanakah menurut pemahaman kalian tentang event Dharma yang dikemas bersama/dalam bentuk entertainment?

Ada baiknya kita mendengar pendapat yang berbeda-beda supaya semakin kaya wacana.
Bro Suchamda, sembari nunggu mungkin bisa memberikan pendapatnya ? Kan udah mumpuni di theravada, mahayana. Dengar2x sudah belajar tantra nih  ;)
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: ryu on 09 May 2008, 10:10:00 PM
yang ini nyambung gak yah :

Dari buku “the Truth of Nature” by Bhikkhu Duddhadasa

"Bagaimana cara berpikir seorang nonpraktisi dan seorang Buddhis yang mempraktikkan ajaran Buddha?"

Mari kita perhatikan sebuah fakta yang akan menjadi petunjuk untuk membedakan cara berpikir seorang non praktisi dan seorang Buddhis yang mempraktikkan ajaran Buddha. Seorang non praktisi berarti seorang yang belum menjadi seorang umat Buddha yang baik dan tidak memahami ajaran Buddha. la hanya menjadi Buddhis karena label agama saja, sesuai dengan catatan kependudukan (seorang Buddhis KTP sejati) dan karena orangtuanya beragama Buddha. Mereka kita sebut dengan Buddhis non praktisi. Persyaratan untuk menjadi seorang Buddhis sejati seorang praktisi, Ariya (orang suci, maju pesat dalam latihan) adalah memiliki pandangan benar yang jauh lebih tinggi daripada seorang non praktisi terhadap semua hal yang ada di sekelilingnya.

Buddha bersabda, "Ada perbedaan yang sangat besar dalam cara pandang antara pandangan para ariya dan pandangan umat biasa." Karena itu, dalam pandangan para ariya, dan juga sesuai dengan peraturan para ariya, bernyanyi sama saja dengan menangis; menari adalah ciri khas orang gila; dan tertawa terbahak bahak adalah kelakuan anak anak ingusan. Orang orang pada umumnya menyanyi, tertawa, dan menikmati semua itu tanpa menyadari kapan dirinya akan lelah. Di dalam pandangan para ariya, menyanyi terlihat sama dengan menangis. Jika kita mengamati seorang yang menyanyi dan berteriak sekeras kerasnya, dia tidak hanya kelihatan seperti orang yang sedang menangis, tetapi selain itu, apa yang dilakukannya berasal dari kondisi kondisi emosional. yang sebenarnya sama dengan menangis.

Menari adalah kelakuan orang gila! Jika kita perhatikan sedikit lebih mendalam, kita akan menyadari bahwa ketika kita bangun dari tempat duduk untuk menari, kita paling tidak sudah menjadi sepuluh persen gila. Jika tidak, kita pasti tidak akan mau menari. Karena secara umum menari dipandang sebagai sebuah bentuk kesenangan, kita tidak menganggapnya sebagai kelakuan orang gila. Ada beberapa orang yang suka tertawa; tertawa memang menyenangkan. Mereka tertawa terbahak bahak, bahkan di saat saat yang tidak tepat. Tetapi bagi para ariya, dan di dalam peraturan mereka, tertawa adalah kelakuan anak kecil. Oleh sebab itu, jika kita mampu tidak tertawa, ini tentu baik. Tidak tertawa sama sekali bahkan lebih baik lagi.

Contoh contoh di atas menunjukkan bagaimana latihan displin (sila) para ariya berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Secara umum, menyanyi, berdansa, dan tertawa sepertinya tidak membawa akibat dan bukan sesuatu yang istimewa. Namun bagi para ariya kegiatan kegiatan tersebut dianggap tidak berguna dan tidak terkendali. Demikianlah pandangan seseorang yang pikirannya sudah berkembang pesat.

Buddha tidak mengatakan, jangan lakukan hal-hal itu ketika kita menginginkannya, tetapi mengajarkan kita untuk memahami bahwa ada perbuatan yang terpuji dan perbuatan rendah, dan ada hal hal yang tidak layak untuk dilakukan. Karena belum menjadi seorang ariya, kita mungkin ingin melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah. Ketika kita melakukannya, kita akan sadar bahwa hal itu terkadang memang tampak menyenangkan, tetapi pada akhirnya kita akan kelelahan. Selanjutnya, kita dapat meningkatkan diri kita ke tingkat yang lebih tinggi dan berlatih disiplin para ariya.

Sebagian orang tidak suka mendengar tentang "disiplin". Mereka khawatir bahwa mengendalikan diri menyebabkan "penderitaan." Tetapi, mengendalikan diri untuk tidak mengikuti perasaan adalah sebuah praktik dan latihan penting dalam agama Buddha.

Mengendalikan tubuh dan pikiran untuk tidak menuruti setiap perasaan bukanlah penderitaan. Sebaliknya, ini adalah sebuah metoda untuk melenyapkan dukkha. Kita harus menemukan cara. untuk mencegah diri kita agar tidak sampai dikuasai oleh ego atau kekotoran batin. Kita harus menjaga pikiran agar kekotoran batin tidak mengarahkan dan menguasai diri kita. Lihat orang orang yang sedang menari dan perhatikan betapa kuatnya kekotoran batin menguasai dan membuat mereka tunduk. Inikah yang disebut dengan kebebasan?

Oleh sebab itu, kita harus meningkatkan kemampuan batin kita bagaimanapun juga. Jangan menjadi seorang Buddhis awam selamanya! Buat diri Anda bisa menjadi anggota komunitas Buddhis praktisi, dengan memiliki pengetahuan, kecerdasan, kesadaran, dan pemahaman sehingga penderitaan akan berkurang. jangan lakukan hal hal yang tidak layak dan tidak bermanfaat bagi diri sendiri. Inilah hasil yang akan Anda dapatkan. Anda akan bertransformasi dari seorang Buddhis non praktisi awam menjadi seorang Buddhis praktisi, yang menaati disiplin para ariya. Buddha berharap akan lebih banyak lagi yang menjadi ariya, semakin banyak lagi orang yang akan meninggalkan keduniawian selamanya.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Suchamda on 10 May 2008, 06:31:35 AM
Quote
Bro Suchamda, sembari nunggu mungkin bisa memberikan pendapatnya ? Kan udah mumpuni di theravada, mahayana. Dengar2x sudah belajar tantra nih

Bro, pendapat saya ya?....soal dharmatainment?.....
hmm.....saya kok tidak begitu tertarik ya.  :)

Sori kalau OOT, tapi nulis ditempat lain rasanya ga nyambung, jadi disini saja. Barangkali ada sedikit nilai Dharmanya.
Hmmm........saya mau menulis ini karena komentar kamu yg mengatakan "sudah mumpuni".
Bro, semakin saya belajar dari berbagai aliran, ternyata Dharma sang Buddha itu bukan seperti yg terlihat, sangat dalam dan halus sekali, sangat sulit dipahami, apalagi dengan menggunakan otak. Apa yg dibicarakan disini ini, maaf, saya dengan jujur harus mengatakan, masih sangat jauh.
Theravada benar, Mahayana benar, Tantrayana benar; tapi kok kita tidak memahami? Justru yang terlihat perbedaannya? Mengapa justru kita mudah melihat ‘kesalahan’nya? Bukankah ini menunjukkan bahwa kita sebetulnya semakin tertutup mata kebijaksanaannya? Pernyataan saya ini counterintuitive ya, tapi begitulah yg saya lihat.

IMHO, apakah barangkali karena ‘konsep-dharma’ justru menghalangi kita untuk melihat DHARMA yang sesungguhnya???
Saya baru sedikit melihat bro, tapi dari sedikit itu saya insaf bahwa sesungguhnya lebih banyak yang belum saya sadari. Dharma sangat subtil, halus, mendalam, misterius, dan tidak bisa dikata-katakan dengan bahasa apapun. Harus dilihat sendiri.

Pengalaman saya menunjukkan bahwa memahami Dharma dengan otak percuma saja. Saya bukan orang yg bodoh, atau malas mikir, atau sedikit membaca. Justru sebaliknya, terlalu banyak mengandalkan rasio, sekalipun sudah praktek. Tapi apa hasil semua itu? Tiada lain hanya menghasilkan split personality (*).
Makanya saya merasa , saat ini tidak mau terlalu banyak belajar teori lagi, buku2 saya tunda baca dulu. Sekarang saya mau menikmati hidup saja, bermain-main dengan suka cita dan ringan. Menjalani hidup dengan lebih hidup. Menyaksikan hidup, menjadi saksi sang kehidupan.
Dalam kesempatan ini juga, mungkin bisa saya komunikasikan juga ke teman2 yg secara langsung ataupun tidak langsung mengajak saya ikut kursus Abhidhamma dari Dr.Mehm Tim Mon. Bukannya saya tidak menghargai, saya sangat berterimakasih atas perhatian dari teman2 itu. Secara pikiran, saya sangat tertarik, tapi pengetahuan2 itu saya rasa sudah cukup, bahkan berlebih, tapi masih juga sulit untuk saya amalkan secara jujur.
Yang saya butuhkan sekarang justru adalah menyingkirkan semua pengetahuan itu dan yg lebih dibutuhkan adalah menyikapi semuanya bagaikan permainan : sukacita, ringan, sportif, segar. Mungkin inilah yang di psikologi disebut masa2 inkubasi ya.

Sejujurnya saya masih belum jelas, apa sih yang dimaksud dengan mempermasalahkan Dharmatainment.
Tapi kalau Dharmatainment itu dimaksud adalah bermain-main dalam Dharma, barangkali malah saya setuju buat diri pribadi sendiri. Karena dengan main-main itulah saya mulai benar2 bisa meninggalkan belenggu saya yg terkuat yaitu : pikiran ini. Dan dengan main-main, saya bisa menyentuh hati –bukan otak-- dengan Dharma. Lihatlah cara anak-anak belajar.

Pernahkah anda memelihara anak anjing? Yang terbayang tentang diri saya sendiri adalah bagaikan anak anjing.
Ya, diri saya adalah anak anjing yang masih suka menggigit-gigit segala sesuatu yg ditemuinya. Yang saya butuhkan adalah mainan tulang-tulangan utk digigit. Apa jadinya besarnya nanti bila anak anjing dengan kealamiahnnya itu bila dipaksa, diajar dengan bentakan atau pukulan?
Ya, saya masih suka menggigit, masih suka LDM. Dan saya tidak mau mengingkarinya, atau membohongi diri bahwa saya sudah bebas. Jangan heran kalo saya mengatakan jengkel, marah, sedih, dsb. Oleh karena itu, Dharma yg muluk-muluk tidak berguna buat saya krn telah terbukti hanya menyentuh otak. Dan pada hasilnya akan menghasilkan kepribadian terpecah, split personality. Saya sekarang cukup dengan main-main saja untuk mencapai integrasi. Saya suka menyanyi ya saya menyanyi, suka menari ya menari. Tidak perlu berpura-pura, tapi tentu saja semuanya dalam pengawasan kesadaran dan panduan etika dan etiket yg wajar.

Bro, kalau dikatakan mumpuni Theravada, Mahayana atau Tantra. Saya MALU. Apakah ukuran mumpuni itu sih? Apakah gunanya banyak pengetahuan tetapi tidak paham? Lihatlah betapa banyak sarjana lulusan perguruan tinggi yang pintar2 tapi tidak paham. Tapi kalau orang paham, maka batasan2 itu jadi lebur, menjadi sederhana, menembusi kompleksitas perbedaan. Bahkan saya rasanya tidak perlu diberi label Buddhis.
Saya barusan berdialog hati dengan seorang teman muslim yg saya nilai telah mendapat realisasi. Sama sekali sejalan dengan Dharma walaupun tidak satupun teori Buddhism muncul dari mulutnya. Mungkin kalian akan membantah ini dengan segala macam debat teoritis perbedaan Islam - Buddhism. Apalah artinya semua itu? Dari dialog itu, justru saya mau dikatakan muslim pun rela. Dari sini saya justru mendapat suatu perspektif yg lain : apakah justru bukan dengan bicara konsep-konsep dharma itulah yang sebenarnya merupakan entertainment belaka bagi pemuasan sang intelek? Ingat, otak itu bekerja dengan batasan-batasan, dengan definisi, dengan syarat co-syarat. Sedangkan Dharma itu membebaskan, liberation. Bisakah memahami sesuatu kebebasan dengan membatasi???  :)

Nurut saya, bayi ya tidak bisa diberi makanan keras-keras. Itu saja.
Oya, sedikit saran : jangan terlalu tinggi menilai diri sendiri memahami Dharma. Maaf, saya sendiri tidak benar2 paham.
Biarlah masing2 orang menikmati prosesnya sendiri-sendiri. Kita jangan menghakimi. Menegur atau mengingatkan boleh, tapi tentu dengan cara yang tepat. Mampu menggunakan cara yang tepat inilah menunjukkan sudah munculnya paramita upayakausalya

Saya disini hanya berusaha mencurahkan isi hati, dalam bentuk sebuah surat, bukan diskusi. Sori OOT.
Kalian silakan lanjutkan diskusi semau kalian. Silakan kalian bermain-main, mengkhayal sebagai pembesar2 Buddhis yang sedang merumuskan kebenaran2 Dharma di depan komputer. Atau bak dharma protector yang sedang menjaga 'kemurnian' sesuatu 'dharma'. Selamat bermain saja. Hanya ada yang bermain. Dan mainlah dengan manis. Tak perlu menanggapi celoteh orang gila ini.

Salam majenun,
Suchamda

----------------------
(*) Split personality yg saya maksud itu bukan berkepribadian ganda yg merupakan salah satu jenis penyakit kejiwaan. Split personality yg saya maksud merupakan gejala umum yg terjadi di banyak orang yg mempelajari sesuatu tetapi belum mampu mengintegrasikan antara hati - pikiran - ucapan - tindakan.
Saya beri 3 contoh, (maaf , bukan bermaksud menyinggung siapa2 ya) , silakan dirasakan sendiri apa itu:

(1) Sebenarnya Ego tapi dikira spiritual :
Ada seorang yg belajar dharma berkata seperti ini:
"Dharma yang paling bener itu gini. Yang itu sesat. Bakar saja. Bunuh saja karena menodai Dharma. Aliran yang begitu tidak layak hidup. Saya begini ini demi persatuan loh. Supaya jangan ada orang yang memecah belah."
--> bisakah anda melihat split personalitynya?  :)

(2)Ego spiritual bertempur dengan Ego duniawi. Sama-sama Ego.
Orangnya baik. Pikirannya baik. Pandangannya benar. Tingkah laku santun. Pokoknya tidak ada cacatnya deh.
Aktif di vihara. Di organisasi Buddhis. Kenal dengan orang2 top. Pokoknya tauladan deh.
Dia merasa sebagai praktisi Dharma, tapi senyatanya ia hanya mengejar hal-hal tersebut, karena kepuasan, karena reputasi, karena dibilang baik, karena dianggap teladan. Kebajikan yang dilakukan itu semuanya karena "ingin menjadi", karena satu target, karena satu cita-cita, karena suatu lobha. Ia mengeraskan diri, menegangkan lehernya, mengatupkan rahangnya, sekuat tenaga agar 'menjadi' baik. Tapi dalam hati ia merana, karena ia sadar bahwa semua itu cuman kosmetik, dibuat-buat.
--> bisakah anda melihat split personality-nya? :)

(3) Ego spiritual maupun Ego duniawi, sama-sama jadi bingung

Karena punya ego maka saya berpikir untuk menjadi baik, menjadi yang terbaik. Yang tertinggi adalah tanpa ego. Tapi kalau saya menjadi semakin baik, ego saya semakin membesar. Berarti saya tidak bertambah baik. Sedangkan, kalau saya melemahkan ego saya, maka saya tidak ingin mengejar lagi menjadi yang terbaik. Berarti saya juga tidak bertambah baik.
--> bisakah anda melihat split personality-nya? :)
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Sumedho on 10 May 2008, 07:51:50 AM
Quote
Pengalaman saya menunjukkan bahwa memahami Dharma dengan otak percuma saja. Saya bukan orang yg bodoh, atau malas mikir, atau sedikit membaca. Justru sebaliknya, terlalu banyak mengandalkan rasio, sekalipun sudah praktek. Tapi apa hasil semua itu? Tiada lain hanya menghasilkan split personality .
Sorry yah bro, dari dulu saya mau kasih tahu tapi takut tersinggung. Perlu 'sadar' dari dalam. Akan tetapi baguslah jika sudah happy ending utk yang satu ini.  _/\_

Terbukti pancingan saya nga kena   :))

ok, :backtotopic:

ps: nanti kita japri bro, ada yg perlu dibahas nih  :)
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: EVO on 10 May 2008, 08:04:43 AM
dear suchamda
surat mu benar-benar mengharukan
ini lah dhamma yang sebenarnya :)
selamat yah....aku turut bersuka cita
'air selalu mengalir kebawah'
'hujan selalu turun kebawah'
'padi ketika penuh selalu turun kebawah'
ini sudah hukum alam....
jika semangkin pandai pikiran kita..apa batin kita mao 'kebawah'
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 10 May 2008, 09:00:19 AM
Suchamda,

Komentar yang sangat bagus.

Quote
semakin saya belajar dari berbagai aliran, ternyata Dharma sang Buddha itu bukan seperti yg terlihat, sangat dalam dan halus sekali, sangat sulit dipahami, apalagi dengan menggunakan otak.
Kalo ini saya setengah setuju dengan anda. Setengah tidak setuju karena saya sudah banyak sekali mendengar "sesuatu di atas logika" (apakah itu iman dsb) yang akhirnya membawa kita pada pembenaran diri sendiri saat melakukan hal2 di luar logika. Saya bunuh orang, nanti bilangnya, "anda jangan berlogika, dhamma tidak bisa dijelaskan dengan logika". Cobalah ngomong itu ke polisi.
Dhamma dalam Buddhisme, tidak bertentangan dengan logika.
Setengah setuju lagi karena memang Dhamma bukanlah logika, bukan bisa dirumuskan seperti matematika, juga bukan intelektualitas, ataupun pengetahuan yang ada ukuran mutlaknya.



Quote
Apa yg dibicarakan disini ini, maaf, saya dengan jujur harus mengatakan, masih sangat jauh.
Quote
Nurut saya, bayi ya tidak bisa diberi makanan keras-keras. Itu saja.
Anda sendiri yang katakan demikian. Memang betul, dikatakan mengajarkan Dhamma harus dalam 'bertahap' sesuai kemampuan masing2. Di sini adalah tempat membahas bagi "bayi"2 seperti saya, mungkin juga beberapa rekan lainnya. Jika bayi anda berikan makanan keras tidak bagus, tapi anda biarkan dia cari makan sendiri juga tentu tidak bagus. Nanti mereka malah makan batu.


Quote
Saya baru sedikit melihat bro, tapi dari sedikit itu saya insaf bahwa sesungguhnya lebih banyak yang belum saya sadari.
Quote
saya merasa , saat ini tidak mau terlalu banyak belajar teori lagi, buku2 saya tunda baca dulu.

Semakin tahu bahwa kita baru tahu sedikit, semakin tidak mau belajar? Bukannya yang tidak mau belajar itu yang merasa "sudah cukup tahu"??? Jangan2 'split personality'?  ;D
Kalo saya sih semakin menyadari bahwa masih kurang banyak belajar, semakin banyak belajar dan juga harus belajar dari orang lain, bukan menganggap diri sendiri sudah melampaui logika orang lain. Lagipula kalo orang sudah melihat dhamma adalah begitu halusnya, maka dia akan dapat memahami logika orang yang masih berpikir kasar dan mampu membimbing dan memberi manfaat. Begitulah saya lihat Buddha Gotama bisa membimbing orang dari yang super intelek sampai yang super sederhana.


modernbuddha,
Memang perbedaan adalah hal2 yang merupakan kekayaan. Tetapi 'kan tidak semuanya harus dimasukkan ke dalam dhamma. Nanti sejalan dengan turunnya moral, kalo ada "dhamma striptease" bagaimana? Nanti saya berikan alasan "Dhamma Striptease" adalah untuk perenungan tubuh, karena tidak setiap orang punya kesempatan melihat tubuh lawan jenis  ;D  ;D
Maka di sini, rasanya bagus juga jika kita bisa membahas batasan2nya.




Dhamma Entertainment ini saya pikir memang harus dihindari bagi yang sudah menyadari hal itu tidak bermanfaat, namun jangan sampai 'membenci' juga, karena hal itu jelas membawa kemunduran bagi kita sendiri.



Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Hendra Susanto on 10 May 2008, 09:04:16 AM
pengen tau dhamma? perhatikan tubuh dan pikiran ;D
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Hikoza83 on 10 May 2008, 02:59:56 PM
Terbukti pancingan saya nga kena   :))

ternyata Suhu punya hobi memancing di DC...  ^-^


By : Zen
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Riky_dave on 10 May 2008, 09:13:27 PM
Pada ngo apa sih disni??dr td gw baca sekilas gk ada yg nyambung...
Cuma acara minta maaf aja...(Mank ni mengenang lebaran/hr raya besar ya??)
Diskusinya jd/gk??
Soal puas tdk puas bisa langsung dikatakan aja deh...
Jgn panjang amet...
gw yg sbg pembaca bingung deh...
Gw mau nanya(Tp gw gk tau pertanyaan ini pantas/kgk.Jd gw sarankan kpd modelator/apapun yg jd penguasa forum ini untuk menetapkan apa2 aja yg gk ble diblg.mksdnya menjurus kmn,krn kdg2 mau ngo disni pun susah...)"jika ada sbh vihara tp dsana lbh mengajarkan kegiatan tari,mengisi acara dan membuat acara,kegiatan bbq dll...Apakah hal tsb sesuai dgn Buddha Dhamma sendiri???Byk yg disana menjd "MANA" dan membanggakan vhrnya sendiri(jgn blg ehipassiko ke gw ya sdr zhang apa ya gw lupa..(pokoknya yg berdebat dgn Nyanadhana)krn org tsb tmn klz gw duduk diblkg gw dan sering blg ttg vhrnya)
 _/\_
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 11 May 2008, 02:11:09 PM
Aktivitas vihara seperti kegiatan tari sebetulnya positif aja,namun jika sudah mulai berlebihan dengan menciptakan tarian yang menjurus atau membuat orang merasa nafsu,contoh,pilih cewe paling cakep buat nari trus pas acaranya digelar,para cowo melek ama dia. Tarian Buddhist ada yang traditional dan mengena dengan Dhamma contohnya drama tari Riwayat Buddha di Thailand, namun kembali lagi,itu juga merupakan hiburan yang seharusnya tidak membuat pikiran melayang,terpesona,berfantasi.
Mengenai lagu sendiri meskipun memiliki kata-kata Dharma,namun ingat,lagu Buddhist tetap sebuah belenggu,tidak ada org yang mendengar sebuah lagu Buddhist mencapai pencerahan bukan?
Saya lebih suka melihat lagu Buddhist yang hikmat seperti Malam Suci Waisaka, sudah lama tidak muncul lagu Buddhist yang hikmat,syahdu,dan begitu bagus dalam liriknya sekrang diganti dengan jreng...jreng...gedebak gedebuk alat musik yang udah mirip perang rock dengan dangdut.
Entertainment buat umat perumah tingga sejak dia melaksanakan hanya 5 Sila ,maka hal itu wajar ,namunketika berlebihan apalagi ngajak Sangha ikutan,waduh kemerosotan moral.
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Riky_dave on 11 May 2008, 02:23:00 PM
Aktivitas vihara seperti kegiatan tari sebetulnya positif aja,namun jika sudah mulai berlebihan dengan menciptakan tarian yang menjurus atau membuat orang merasa nafsu,contoh,pilih cewe paling cakep buat nari trus pas acaranya digelar,para cowo melek ama dia. Tarian Buddhist ada yang traditional dan mengena dengan Dhamma contohnya drama tari Riwayat Buddha di Thailand, namun kembali lagi,itu juga merupakan hiburan yang seharusnya tidak membuat pikiran melayang,terpesona,berfantasi.
Mengenai lagu sendiri meskipun memiliki kata-kata Dharma,namun ingat,lagu Buddhist tetap sebuah belenggu,tidak ada org yang mendengar sebuah lagu Buddhist mencapai pencerahan bukan?
Saya lebih suka melihat lagu Buddhist yang hikmat seperti Malam Suci Waisaka, sudah lama tidak muncul lagu Buddhist yang hikmat,syahdu,dan begitu bagus dalam liriknya sekrang diganti dengan jreng...jreng...gedebak gedebuk alat musik yang udah mirip perang rock dengan dangdut.
Entertainment buat umat perumah tingga sejak dia melaksanakan hanya 5 Sila ,maka hal itu wajar ,namunketika berlebihan apalagi ngajak Sangha ikutan,waduh kemerosotan moral.
Tolong jelasin yg gw bold itu....
Yap gw s7 spt yg anda yg berkhimat,tp skrg bykan yg gk gitu...
Malahan break dance,freeze,ntah apa lah...
Tar lagu2 buddhis digantikan nada2nya spt lagu rock and yg ngejreng2 yg spt saudara katakan...
Lgan bahas Dhammanya sdkt....
 _/\_
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: nyanadhana on 12 May 2008, 08:37:13 AM
Tolong jelasin yg gw bold itu....
Yap gw s7 spt yg anda yg berkhimat,tp skrg bykan yg gk gitu...
Malahan break dance,freeze,ntah apa lah...
Tar lagu2 buddhis digantikan nada2nya spt lagu rock and yg ngejreng2 yg spt saudara katakan...
Lgan bahas Dhammanya sdkt....


Begini,mengenai Entertainment dalam umat perumah tangga memang sah-sah saja dalam artian Sila yang mengatur itu sampai 5 sila ,kecuali umat PRT mengambil 8 Sila untuk tuntunan maka ia harus menjauh dari Entertainment itu sendiri. Bhikkhu yang memiliki ratusan sila termasuk didalamnya memuat 8 Sila, sudah barang tentu tidak diperkenankan menyentuh Entertainment baik itu embel-embelnya Buddhist misalnya ikut nyanyi,ikut nari,ikut nonton pertunjukan, Entertainment dalam bentuk apapun meskipun labelnya Buddhist tetaplah sebauh entertainment yang menyebabkan kemelekatan.

Batasan-batasan mengenai Entertainment menjadi rancu sejak Umat merasa bahwa Vinaya "tidak boleh dipertanyakan" dan seorang Bhikkhu memilih diam karena tidak ada request mengenai penjelasan Vinaya itu sendiri. Sehingga,seiring perkembangan zaman dan isi kepala manusia yang kreatif dibuatlah breakdance,acara seminar,tarian eksotis,drama, dll. sudah tentu dengan mengikuti acara ini,bagi yang ingin melatih kesucian akan sangat terganggu konsentrasinya karena Entertainment adalah pemuasan batin akan panca skanda( 5 indriya )

Hal ini tentunya menjadi bumerang,karena batasan tidak jelas membuat Bhikkhu semakin leluasa melonggarkan Silanya,sedangkan umat merasa kalo mempertanyakan Bhikkhu adalah siap-siap menuju neraka. Sang Buddha mengijinkan teguran kepada Bhikkhu oleh umat perumah tangga namun dengan sikap sopan,anggun,halus,disertai bukti dan disampaikan secara personal,karena kita tentu tidak ingin membuat orang lain mencibir bhikkhunya karena gosip ga jelas.

Mungkin saran kecil saya mengenai Dhamma Entertainment ini adalah
1. Lagu
Kenapa lagunya tidak mencontoh dari lagu Malam Suci Waisaka,begitu syahdu,begitu khidmat,begitu membawa ketenangan dan rasa hormat kepada Buddha,Dhamma,Sangha
2. Tari-Tarian
Bawakan tarian yang benar-benar mebuat orang hormat dengan kemegahan Buddha Dhamma Sangha, saya berikan contoh Tari Bali, atau kesenian tradisional dimana kita bisa mengembangkan Budaya Indonesia menjadi lebih maju, bukan diisi dengan dance dance napsu ntar dikira tarian Putri Mara.
3. Ceramah Dhamma
ini agak membuat bingung karena sekrang ini banyak pembicara motivasi mengatasnamakan Dhamma, turut disayangkan karena pembicara sama sekali nihil soal Dhamma, hal ini pernah saya singgung pada thread yang berjudul Dhammaduta, anda tahu Dhammaduta bukan sembarangan mengumbar Dhamma, mereka juga harus banyak belajar bukan sekedar memotivasi, saya tidak menganggap itu jelek hanya saja motivasi yang dibikin memiliki nilai komersialisme yang membawa orang lebih dekat pada keduniawian.
4. Drama
berceritalah soal Drama yang terdapat dalam Suttanta Pitaka,disitu begitu banyak kisah yang bisa diangkat kembali sehingga orang mengerti Dhamma dengan mudah,jangan buat Dhamma kehidupan sehari-hari yang isinya percintaan,pertikaian, namun bawa label Buddhism


Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Modernbuddha on 12 May 2008, 10:43:02 AM
Saya sangat setuju dan sanagt banyak belajar dari pernyataan bro suchamda..
emang terkadang dalm setiap hal yang kita lakukan ataupun kita kemukakan bisa dipengaruhi oleh ego yang berlebihan..

Untuk Bro Kainyn_Kutho, saya sangat setuju kalo ada pembahasan mengenai batasan dalam Dhamma Entertaint..seperti yang saya kemukakan kemarin, yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana caranya Entertain itu bisa seejalan dengan perkembangan Buddha-Dharma bukan malah menjerumuskan Buddha-Dharma itu sendiri.. untuk contoh striptease itu bole kita katakan sebagai suatu Entertaint dewasa ini, tp blm tentu dapat dapat sejalan dengan Buddha-Dharma..saya sangat seneng dengan contoh yang bro berikan, dari sini kita mendapatkan satu contoh lagi apa yang bole sejalan dan apa yang tidak bole sejalan dengan Buddha-Dharma..

Jika kita meliahat dewasa ini ada tari2an ataupun nyanyian yang berkembang sejalan dengan perkembangan Buddhism, saya pikir sih itu adalah salah satu kekayaan yang patut kita syukuri..Sang Buddha mungkin tidak mengajari kita untuk meperdalam Buddhism melalui kesenian namun saya lebih melihat ke arah positifnya, semakin kita sering menyanyikan lagu buddhis mungkin saja buddhism itu sendiri akan semakin diingat sama kita semua, namun itu bukan suatu ukuran pasti.. kalo misalnya da yang nafsu melihat gadis yang menari, itu mungkin juga bukan salah penari tersebut, kita malah harusnya harus kagum karena penari itu bisa dikaruniai bentuk tubuh yang sempurna dimata kita, jadi kembali lagi ke orangnya..jika mereka menjadi nafsu tanyakan ke dalam diri mereka lagi apa yang salah dalam bathin mereka..

Dalam seminar/Zen yang marak dewasa ini, saya pikir juga ga semua bertujuan mencari kekayaan, tergantung dari orang yang menilainya juga, Sang Buddha memang tidak mengajarkan kita untuk terikat dengan ataupun semangat mengejar kekayaan materi karena semua itu adalah tidak kekal ataupun Anicca namun Sang Bhagava sendiri juga tidak pernah mengajarkan kepada kita untuk bermalas2an, bahkan untuk bersedekah dulu sang Buddha dan para Muridnya juga mesti berusaha berjalan ke rumah2..

Hanya itu yang mungkin bisa saya sampaikan..Sekali lagi pernyataan ini sama sekali tidak ada maksud untuk menekan ataupun menyinggung perasaan siapapun, sama seperti bro Suchamda saya hanya ingin mengeluarkan curahan hati dan pendapat saja, jika ada kekeliruan maupun kesalahan dalam hal ini, kembali saya mohon maaf yang sbesar2nya..

Namo Buddhaya
Buddha memberkati..

modernbuddha,
Memang perbedaan adalah hal2 yang merupakan kekayaan. Tetapi 'kan tidak semuanya harus dimasukkan ke dalam dhamma. Nanti sejalan dengan turunnya moral, kalo ada "dhamma striptease" bagaimana? Nanti saya berikan alasan "Dhamma Striptease" adalah untuk perenungan tubuh, karena tidak setiap orang punya kesempatan melihat tubuh lawan jenis  ;D  ;D
Maka di sini, rasanya bagus juga jika kita bisa membahas batasan2nya.




Dhamma Entertainment ini saya pikir memang harus dihindari bagi yang sudah menyadari hal itu tidak bermanfaat, namun jangan sampai 'membenci' juga, karena hal itu jelas membawa kemunduran bagi kita sendiri.




[/quote]
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 12 May 2008, 11:02:49 AM
Modernbuddha,

Sebenarnya menurut saya, memang tidak masalah budaya yang tidak bertentangan dengan Buddha Dhamma berkembang dan dijalankan. Hanya saja, Buddha dhamma adalah Buddha Dhamma. Buddha Dhamma bukanlah kesenian, walaupun tidak menentang kesenian. Buddha Dhamma bukanlah sarana mendapatkan kekayaan, walaupun Buddha Dhamma tidak menentang kita mencari kekayaan (secara benar). Buddha Dhamma juga bukan sarana hiburan indrawi, walaupun Buddha Dhamma juga tidak mengharuskan kita jadi pertapa. Buddha Dhamma juga bukan sarana politik, walaupun Buddha dhamma tidak melarang orang berpolitik.

Menurut saya, kadang orang menyalah-artikan "Buddha Dhamma tidak menentang", sehingga semua hal dimasukkan, dan dianggap bagian dari Buddha-dhamma. Nanti yang jadi masalah adalah, nantinya orang sudah tidak tahu lagi sebenarnya apa intisari buddha dhamma.

Soal Dhamma Striptease itu memang contoh yang ekstrim  ;D Hanya untuk memberi contoh kalo orang mau 'maksa' menghubungkan, memang apapun bisa dihalalkan.

Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: williamhalim on 12 May 2008, 12:38:56 PM
Pengalaman saya menunjukkan bahwa memahami Dharma dengan otak percuma saja. Saya bukan orang yg bodoh, atau malas mikir, atau sedikit membaca. Justru sebaliknya, terlalu banyak mengandalkan rasio, sekalipun sudah praktek. Tapi apa hasil semua itu? Tiada lain hanya menghasilkan split personality (*).
Makanya saya merasa , saat ini tidak mau terlalu banyak belajar teori lagi, buku2 saya tunda baca dulu. Sekarang saya mau menikmati hidup saja, bermain-main dengan suka cita dan ringan. Menjalani hidup dengan lebih hidup. Menyaksikan hidup, menjadi saksi sang kehidupan.
Dalam kesempatan ini juga, mungkin bisa saya komunikasikan juga ke teman2 yg secara langsung ataupun tidak langsung mengajak saya ikut kursus Abhidhamma dari Dr.Mehm Tim Mon. Bukannya saya tidak menghargai, saya sangat berterimakasih atas perhatian dari teman2 itu. Secara pikiran, saya sangat tertarik, tapi pengetahuan2 itu saya rasa sudah cukup, bahkan berlebih, tapi masih juga sulit untuk saya amalkan secara jujur.
Yang saya butuhkan sekarang justru adalah menyingkirkan semua pengetahuan itu dan yg lebih dibutuhkan adalah menyikapi semuanya bagaikan permainan : sukacita, ringan, sportif, segar. Mungkin inilah yang di psikologi disebut masa2 inkubasi ya.


Rekan Bro Suchamda,

Saya juga ingin sharing pengalaman Dhamma saya selama ini.

Pada permulaan, saya memang sangat haus dengan segala teori teknis yg disuguhkan oleh Buddha Dhamma. Semua teori Buddha Dhamma bagaikan puzzle2 yg tersusun rapi di mata saya. Semuanya klop dan saling bertautan atas pertanyaan2 saya selama ini.

Dan sama seperti Sdr. Suchamda, saya juga sampai pada titik dimana teori2 yg bejibun tsb malah mengedepankan EGO saya. Hingga akhirnya saya kembali mengambil langkah mundur sejenak untuk menyaksikan semua perjalanan tsb dan diam memandang hubungan antara Dhamma dan diri saya.

Semua penuh gejolak, semua adalah proses.
Ya, Sdr. Suchamda benar. Kita selalu berinkubasi saat ke saat.
Saya juga menyadari inkubasi ini bukanlah yg pertama juga bukanlah yg terakhir.
Batin kita sedang mengalami proses....

Tapi -ini yg agak beda dgn pendapat Sdr. Suchamda- saya malah mendapat ketenangan dan kebahagiaan dalam Dhamma. Meskipun sejauh ini perjalanan saya penuh gejolak (batin), namun secara benang merah, TREN KEBAHAGIAAN saya meningkat dibanding dulu.

Sekarang masalah2 hidup tidak segampang dulu, dapat membuat saya pusing.
Problem2 hanya singgah sebentar dan kemudian berlalu dari pikiran saya.
Problem dan masalah bukannya tidak muncul, malah semakin banyak menurut saya, namun respon yg saya ambil, sangat berbeda dibanding dulu.

Mengenai 'analisis rasional', apakah hal ini bertentangan dengan Dhamma itu sendiri?
Dapat saya katakan, pada tahapan awal 'analisis rasional' malah sangat berguna.
Mungkin -ini menurut saya- inilah 'rakit' yg dikatakan Sang Buddha.
Kita pada mulanya dapat menggunakan rakit2 tsb dan kemudian kita dapat meninggalkannya ataupun masih menggunakannya, tergantung situasi dan pencapaian kita....

Saya sampai detik ini, masih mengalami maju mundur dalam Dhamma.
Namun, secara keseluruhan, saya mendapat kebahagiaan dari Ajaran Mulia ini.

Catatan:
Semalam sore saya mendapat SMS dari seorang teman isinya kira2 berbunyi:
~ kesemua kontak yg terjadi melalui ke 6 inderamu, dapat dijadikan latihan dalam mengarungi sang jalan



::






Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: EVO on 12 May 2008, 12:54:00 PM
Semalam sore saya mendapat SMS dari seorang teman isinya kira2 berbunyi:
~ kesemua kontak yg terjadi melalui ke 6 inderamu, dapat dijadikan latihan dalam mengarungi sang jalan


setuju....
jadikan lah jasmani mu...sebagai kendaraan mu mencapai pembebasan


Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: EVO on 12 May 2008, 12:56:12 PM
terekeyu karrrrr
bisa neh :)
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: K.K. on 12 May 2008, 02:22:31 PM
Quote
Mengenai 'analisis rasional', apakah hal ini bertentangan dengan Dhamma itu sendiri?
Dapat saya katakan, pada tahapan awal 'analisis rasional' malah sangat berguna.
Mungkin -ini menurut saya- inilah 'rakit' yg dikatakan Sang Buddha.
Kita pada mulanya dapat menggunakan rakit2 tsb dan kemudian kita dapat meninggalkannya ataupun masih menggunakannya, tergantung situasi dan pencapaian kita....


willibordus,

Ini sangat bagus! Bukan hanya analisis rasional, namun analisis di atas rasio, bahkan kesadaran jhana pun sebetulnya hanya rakit. Namun orang memang tidak akan menyeberang tanpa rakit. Sama seperti kesempurnaan sila, pengetahuan tentang jalan dan lain2 bukanlah tujuan dari Buddha Dhamma, namun tujuan sebenarnya tidak akan didapat tanpa kesempurnaan sila, pengetahuan tentang jalan dan lain2.

Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: ryu on 12 May 2008, 04:26:17 PM
Kalo sama thread ini keknya nyambung gak yah ?

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,164.0.html
Title: Re: Dhamma Entertainment
Post by: Modernbuddha on 12 May 2008, 06:49:07 PM
That's right saya semaikin setuju dengan pendapat Bro Kainyn..Memang jika kita kaji satu persatu semua kata2 itu punya makna tersendiri..namun sampai sejauh mana 2 kata yang berbeda dapat saling melengkapi walaupun bukan suatu kewajiban untuk saling melengkapi, karena sang Buddha selalu mengajarkan kita untuk tidak melekat pada suatu hal tertentu..
Oleh karena itu kita hendaknya juga jgn terlalu melekat dengan suatu pendapat yang belum tentu bener adanya hanya saja kita bisa mengetahui sampai dimana pendapat, tindakan, dan ucapan kita dapat melengkapi kehidupan beragama kita..

Isi itu adalah kosong..
Kosong itu adalah isi..
Terkadang sesuatu yang nyata dihadapan kita belum tentu bener seperti apa yang ada di dalam pikiran kita..Hanya samapi sejauh mana kita bisa mengambil sisi positifnya yang mungkin saja bisa kita amalkan dalam kehidupan Buddha-Dharma..

Melalui diskusi ini juga mungkin saya sendiri jadi belajar banyak sekali..
sekali lagi saya mohon maaf apabila ada yang mungkin tersinggung dengan penuturan saya ini..
Buddha Bless..

Namo Buddhaya..




Modernbuddha,

Sebenarnya menurut saya, memang tidak masalah budaya yang tidak bertentangan dengan Buddha Dhamma berkembang dan dijalankan. Hanya saja, Buddha dhamma adalah Buddha Dhamma. Buddha Dhamma bukanlah kesenian, walaupun tidak menentang kesenian. Buddha Dhamma bukanlah sarana mendapatkan kekayaan, walaupun Buddha Dhamma tidak menentang kita mencari kekayaan (secara benar). Buddha Dhamma juga bukan sarana hiburan indrawi, walaupun Buddha Dhamma juga tidak mengharuskan kita jadi pertapa. Buddha Dhamma juga bukan sarana politik, walaupun Buddha dhamma tidak melarang orang berpolitik.

Menurut saya, kadang orang menyalah-artikan "Buddha Dhamma tidak menentang", sehingga semua hal dimasukkan, dan dianggap bagian dari Buddha-dhamma. Nanti yang jadi masalah adalah, nantinya orang sudah tidak tahu lagi sebenarnya apa intisari buddha dhamma.

Soal Dhamma Striptease itu memang contoh yang ekstrim  ;D Hanya untuk memberi contoh kalo orang mau 'maksa' menghubungkan, memang apapun bisa dihalalkan.