Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: nyanadhana on 09 April 2008, 01:25:42 PM

Title: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 09 April 2008, 01:25:42 PM
 _/\_ Mari membahas sekaligus mempertegas aturan main Vinaya berhubung banyaknya ketidakpahaman akan Vinaya akan memunculkan pandangan-pandangan yang beragam dan tafsir Buddhism yang terlalu bervariasi.

Vinaya Pitaka merupakan kumpulan pertama dari Tipitaka yang memuat dengan jelas peraturan-peraturan yang diterapkan kepada bhikkhu dan upasaka(uamt perumah tangga). peraturan ini telah tegas disabdakan dengan Sang Buddha dimana murid utama Kassapa dan Upali adalah pemegang Dhammavinaya secara teguh. Oleh karena itu,mari kita lihat versi Vinaya untuk beginner.

Perihal Pakaian
"Mengapa bhikkhu dianjurkan untuk memakai jubah berwarna kuning seperti yang telah kita kenal sekarang ini?"
Sang Buddha bersabda:
Mayà apaccavekkhitvà ajja yam civaram paribhuttam,
tam yàvad-eva sãtassa patighàtàya, ubhassa patighàtàya
damsamakasavàtàtapasirimsapasamphassànam pañighàtàya,
yàvad-eva hirikopãnapañicchàdanattham.

Jubah yang saya pakai hari ini seharusnya saya merenungkan
ini hanya untuk melindungi saya dari panas dan dingin
ini hanya untuk melindungi saya dari gigitan nyamuk,serangga,angin,matahari dan objek yang berbahaya kepada tubuh saya
dan sebagai penutup dari bagian yang dianggap tidak layak dipertontonkan.

Pada zaman Sang Buddha,jubah terbuat hanya sederhana saja dengan pola yang sederhana untuk mendukung cara hidup sederhana seorang bhikkhu.
Warna kuning pada jubah merupakan perlambangan dari Arahanta Magga (The Banner Of Arahant) dan sebagai corak khas Buddhism. Ada tata cara dalam menentukan panjang jubah,pola,jenis bahan dan bagaimana cara seorang diperbolehkan memakai jubah.

Jubah berwarna putih digunakan oleh umat Buddha sebagai lambang komitmen mereka memegang teguh Atthasila, juga dipakai oleh Anagarika(calon samanera),penggunaan jubah ini harus mengikuti tata cara Buddhism,jadi umat awam mohon tidak sembarangan memakai jubah Naga tanpa mengetahui dengan jelas apa yang dia pakai.

Beberapa pertanyaan ayng pernah ditanyakan kepada saya adalah
1. Apakah seorang bhikkhu boleh memakai jeans seperti misalkan kondisi perang dimana ia harus cepat-cepat mengganti celana?
Kembali lagi ke Vinaya,seorang bhikkhu sepantasnya memakai jubah yang telah diajarkan oleh Guru Buddha,memakai jeans memang perkembangan jaman namun apakah layak dipakai seorang yang telah bertekad meninggalkan keduniawian.
Jubah juga akan selalu mengingatkan pemakainya kepada peraturan Sang Buddha,menghindarkan dirinya dariperbuatan yang bertentangan dengan Buddha Dhamma dan jubah ini memang diperlukan terutama mereka yang menginjak Arahatta Magga.

2. Kenapa ada beberapa bhikkhu memakai warna merah,orange,coklat?
Kembali lagi kepada struktur daerah setempat apakah warna itu dimungkinkan diperoleh. org Tibet memakai merah danmerah menjadi perlambangan cinta kasih.hal ini disesuaikan menurut struktur geografis tiap daerah namun diinget, tata cara pembuatan jubah tetap mengikuti aturan yang sudah ada.

Demikian ,semoga tulisan saya bermanfaat.  _/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Fei Lun Hai on 10 April 2008, 12:24:06 PM
Kl Bhikkhu ceramah di vihara, ada yg menyingkap (sorry kl salah istilah) jubahnya sehingga terlihat bahu kanannya tapi ada juga yg tidak. Adakah peraturan memakai jubah pada saat memberikan dhammadesana?  _/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Fei Lun Hai on 10 April 2008, 12:30:44 PM
Baru inget. Numpang tanya lagi  ;D

1. Adakah batasan jumlah jubah yg dimiliki seorang Bhikkhu? (mis: min 3 jubah)
2. Pernah liat Bhikkhu di vihara cuma pakai jubah dalam. Apakah jubah luar baru dipakai untuk kegiatan pindapatta, pembacaan paritta & dhammadesana?  _/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 12:33:34 PM
 _/\_ saya belum menemukan statement ini dalam Vinaya namun pertanyaan yang menarik.
1. Dalam Theravada,model berpakaian bhikkhu adalah menyingkapkan bahu kanan.apakah anda menemukan kasus bhikkhu yang anda ceritakan menyingkapkan dengan senonoh( cth : sampai kelihatan dadanya? atau kelihatan bahu dua-duanya kiri dan kanan).
2. Apakah cara berpakaian bhikkhu kurang pantas di muka umum?

Selama dalam garis kepantasan dan kewajaran dimana umat tidak berteriak bhikkhu kok porno,maka tidak memiliki banyak perdebatan dalam menyingkap baju apa tidak.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 10 April 2008, 12:36:41 PM
kenapa Bhikkhu gak pake kaupina?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 12:38:13 PM
 _/\_ batasan jubah bhikku dalam setahun adalah satu jubah utama dan satu jubah serapan (dalam artian kalo dicuci maka masih ada satu lagi). Bhikkhu dalam Vinaya tidak diizinkan menumpuk jubah lebih dari itu karena ini akan mengganggu latihannya dan menambah kemelekatan akan baju. bhikkhu yang memakai jubah terlalu mewah juga dianggap tidak layak contoh dari kain sutra yang berkilau-kilau.

Di dalam vihara,seorang bhikkhu boleh memakai jubah dalam, atau kalo mau full set juga it's okay. asal ia tidak telanjang dalam vihara. memakai jubah full set lebih sering kita temukan dalam acara formal. jubah dalam biasanya untuk keseharian seperti org memakai kaos.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 12:41:30 PM
kenapa Bhikkhu gak pake kaupina?

maksudnya celana dalam/CD/kolor? hal ini lebih dihubungkan dengan alasan kesehatan sebenarnya. Seorang Bhikkhu buang air kecil dengan cara jongkok. dan juga menggunakan CD akan menghambat perjalanan darah,ini lebih ditujukan untuk praktek meditasi. satu hal lagi,bhikkhu hemat air ga setiap hari melekat gara-gara harus cuci kolor everyday apalagi memakai jubah kan sebenarnya udah hangat/panas tambah lagi kolor,bisa mateng kali <jokes> tapi it's true.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Fei Lun Hai on 10 April 2008, 12:43:29 PM
Bukan gitu maksudnya. Saya ga bilang kl menyingkap jubah itu senonoh. ??? Emang model berpakaian Bhikkhu Theravada itu menyingkap bahu kanan. Yg saya tanyakan apakah Bhikkhu harus menyingkapkan jubahnya atau tidak saat memberikan dhammadesana?

 _/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 12:45:20 PM
 _/\_ itu dikembalikan lagi kepada bhikkhunya,bukan sesuatu yang menjadi permasalahan dalam dhammadesana.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 12:46:50 PM
jubah hanya diartikan sebagai untuk menutupi tubuh dari apa ayng dikatakan memalukan, dari gigitan serangga ,silahkan baca postingan awal beserta parittanya.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 10 April 2008, 12:47:07 PM
bukan, kaupina itu dianggap sebagai kain pelindung bagi para petapa di India jaman dulu, jadi bukan kolor modern, tetapi lebih seperti cawat atau fundoshi

kenapa gak ada aturannya memakai kaupina?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 12:49:57 PM
 _/\_ karena bhikku itu tidak ada sesuatu yang melekat di badannya dalam artian menggantung,langsung plong kayak jubah.lagian kaupina dililit di pinggang terlebih dahulu kan(hampir mirip kolor zaman sekarang). terlebih Sang Buddha tidak menyiratkan kaupina untuk dipakai karena sudah ada jubah menutupi tubuh.

kaupinam hanya diapakai oleh pertapa ascetic dan pertapa telanjang zaman Sang Buddha,bhikkhu tentu saja bukan seperti itu.kalo misalnya bro karuna pernah ikut pelatihan samanera,mungkin akan lebih tahu,jubah itu udah lebih cukup dari kolor kok.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Lex Chan on 10 April 2008, 12:55:43 PM
Baru inget. Numpang tanya lagi  ;D

1. Adakah batasan jumlah jubah yg dimiliki seorang Bhikkhu? (mis: min 3 jubah)
2. Pernah liat Bhikkhu di vihara cuma pakai jubah dalam. Apakah jubah luar baru dipakai untuk kegiatan pindapatta, pembacaan paritta & dhammadesana?  _/\_

CMIIW
1. Setahu saya, bhikkhu Theravada maksimal mempunyai 2 jubah luar (Sanghati), yaitu 1 yg dipakai dan 1 jubah cadangan. Biasanya jubah cadangan ini dilipat membentuk selendang, dan dikenakan di bahu sebelah kiri sewaktu memimpin upacara-upacara khusus.

Kalau jubah dalam (terdiri dari jubah atas dan jubah bawah), saya kurang tahu.

2. Sebaiknya jika bhikkhu ingin bertemu dengan umat awam (apalagi wanita), dianjurkan untuk mengenakan jubah secara lengkap. Tanpa perlu dikemukakan, rasanya alasannya sudah jelas.. :)
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 10 April 2008, 12:58:16 PM
bukankah kain sutra diperbolehkan?
jadi kalau umat awam tidak boleh menyumbang kain yang berasal dari bahan sintetik, misalnya polyester?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 01:00:13 PM
 _/\_ kain sutra dari ulat,kalo memang diperbolehkan maka akan terjadi pembantaian ulat sutra.perlu diketahui ,benang sutra dibikin dengan membunuh ulat kepompong.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 10 April 2008, 01:05:12 PM
informasinya salah tuh, kain sutra boleh lagi, juga serat dari ganja (hemp)

Quote
According to the Pali tradition, six kinds of cloth are allowed for making the upper and outer robes: plant fibres, cotton, silk, animal hair (e.g. wool, but not human), hemp, and a mixture of some or all of them. The Buddha recommended that the robe design should be cut in the pattern of the Magadha padi-fields.

http://www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/robe_txt.htm (http://www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/robe_txt.htm)


"I allow a cloak ... I allow a silk cloak ... I allow a woolen shawl (§)." — Mv.VIII.1.36

"I allow woolen cloth." — Mv.VIII.2.1

"I allow six kinds of robe-cloth: linen, cotton, silk, wool, jute (§), and hemp (§)." — Mv.VIII.3.1
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 01:11:22 PM
 _/\_ hm aku jelasinnya gimana yah, begini aja deh awalnya kain yang menjadi bahan jubah berasal dari kain yang sudah tidak terpakai lagi. yang biasanya diambil dari kain penutup jenazah.

Bro karuna,silahkan meilhat zaman sekarang dimana proses produksi dan cara umat bisa berdana menjadi gampang. berbeda dengan bhikkhu hutan,umat-umat yang semakin banyak akan berpikir sutralah yang terbaik karena harganya mahal,makin bagus untuk berdana,so makin hebatlah ternak ulat-ulat yang akhirnya mati untuk dijadikan jubah bhikkhu.
Saya pernah melihat seorang biksu yang karena mengutip tulisan ini akhirnya menjadi tergila-gila akan kemewahan jubah sutra,dipakai dan dipamerkan,lupa pada tujuan awalnya bahwa jubah adalah sederhana.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 01:15:50 PM
A bhikkhu may obtain cloth by collecting cast-off cloth, accepting gifts of cloth from householders, or both. The Buddha commended being content with either.

ini adalah term dimana bhikkhu mendapatkan material jubahnya jadi bukan atas kesengajaan yang dibuatkan sehingga terjadinya pembunuhan,ia akan berhubungan dengan Nissagiya Pacittiya bila dia berkehendak akan materi penyusun jubah. jadi umat harus mengerti.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 10 April 2008, 01:21:09 PM
Anda yang bilang sendiri kan kalau Sang Buddha tidak mengijinkan hal itu?  ;D boleh atau tidak itu beda

Saya kenal dengan seorang Bhikkhu, dia pernah dikasih kain Sutra, tetapi ada kesempatan untuk ganti langsung diganti, karena licin, panas, dan kulit susah bernafas.

Kalau jubahnya mewah tetapi yang bersangkutan tidak melekat? Kadang-kadang kita suka menilai baik dan buruk, tetapi yang bersangkutan yang tahu sendiri bagaimana kondisi batinnya.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 10 April 2008, 01:27:22 PM
 _/\_ ayng saya lihat malah bhikkhu itu menunjukkan koleksi jubah sutranya yang bisa diganti setiap harinya.Senin pake warna orange,Selasa kuning cerah,Rabu pake warna kuning agak gelap. Dan itu yang saya sayangkan dalam hal menegakkan Vinaya.
Bro Karuna,saya akan merevisi tulisan saya,terima kasih atas penjelasannya tapi jujur soal Vinaya,saya tidak akan main2 dengan pemikiran yang macem2
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Andi Sangkala on 28 August 2008, 08:40:34 PM
_/\_ ayng saya lihat malah bhikkhu itu menunjukkan koleksi jubah sutranya yang bisa diganti setiap harinya.Senin pake warna orange,Selasa kuning cerah,Rabu pake warna kuning agak gelap. Dan itu yang saya sayangkan dalam hal menegakkan Vinaya.
Bro Karuna,saya akan merevisi tulisan saya,terima kasih atas penjelasannya tapi jujur soal Vinaya,saya tidak akan main2 dengan pemikiran yang macem2

Namaste

Apakah seorang bhikkhu boleh menukar jubahnya dengan pakaian umat awam biasa, atau ganti-ganti jubah?
Bolehkan seorang samanera pakai jubahnya cuma sabtu dan minggu?

Ada yang bisa menjelaskan?

sukhi hotu

Andi
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Kelana on 28 August 2008, 08:52:07 PM
Ada sebuah pertanyaan:
Kenapa Sang Buddha menetapkan aturan pakaian? Kenapa tidak pakaian bebas? Yang lebih ekstem lagi, kenapa sih Sang Buddha masih mengenakan pakaian? Kenapa Ia tidak bertelanjang bulat saja? Bukankah jika sudah tercerahkan pikirannya maka sudah tidak terganggu dengan apa yang ada di luar, misalnya hujan panas, cemohoan orang dll? 

Ada yang mau berpendapat?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Semit on 28 August 2008, 09:06:18 PM
Namaste

Apakah seorang bhikkhu boleh menukar jubahnya dengan pakaian umat awam biasa, atau ganti-ganti jubah?
Bolehkan seorang samanera pakai jubahnya cuma sabtu dan minggu?

Ada yang bisa menjelaskan?

Dalam Vinaya theravada saya pernah membaca bahwa seorang bhikkhu tidak boleh berpisah dari jubahnya dalam jarak tertentu.
Dalam Vinaya juga dijelaskan apa yang dimaksudkan dengan jubah, yang jelas t-shirt, jeans, bahkan underwear tidak termasuk dalam "jubah".

 _/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Semit on 28 August 2008, 09:10:14 PM
Ada sebuah pertanyaan:
Kenapa Sang Buddha menetapkan aturan pakaian? Kenapa tidak pakaian bebas? Yang lebih ekstem lagi, kenapa sih Sang Buddha masih mengenakan pakaian? Kenapa Ia tidak bertelanjang bulat saja? Bukankah jika sudah tercerahkan pikirannya maka sudah tidak terganggu dengan apa yang ada di luar, misalnya hujan panas, cemohoan orang dll? 

Ada yang mau berpendapat?

1. pakaian/jubah berfungsi sebagai pelindung dari panas, dingin, serangga, dll.
2.  pakaian/jubah berfungsi sebagai penutup bagian tubuh yang dapat menimbulkan rasa malu.
3. untuk membedakan bhikkhu dari para pertapa telanjang (yg ini dugaan).
 _/\_
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Kelana on 29 August 2008, 01:02:53 PM
Ada sebuah pertanyaan:
Kenapa Sang Buddha menetapkan aturan pakaian? Kenapa tidak pakaian bebas? Yang lebih ekstem lagi, kenapa sih Sang Buddha masih mengenakan pakaian? Kenapa Ia tidak bertelanjang bulat saja? Bukankah jika sudah tercerahkan pikirannya maka sudah tidak terganggu dengan apa yang ada di luar, misalnya hujan panas, cemohoan orang dll? 

Ada yang mau berpendapat?

1. pakaian/jubah berfungsi sebagai pelindung dari panas, dingin, serangga, dll.
2.  pakaian/jubah berfungsi sebagai penutup bagian tubuh yang dapat menimbulkan rasa malu.
3. untuk membedakan bhikkhu dari para pertapa telanjang (yg ini dugaan).
 _/\_

Bukankah seseorang Yang Tercerahkan sudah tidak menganut konsep diri, dualisme (termasuk panas dingin) ? Bukankah seharusnya Ia tidak lagi mempermasalahkan cemoohan orang yang akan membuat Ia malu?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: san on 29 August 2008, 01:10:55 PM
Just sharing:
Bagi sebagian orang, melihat orang yang telanjang bulat akan memicu nafsu keinginan yang rendah (seks).
Seseorang yang bijak saya rasa melakukan sesuatu dengan tidak menyebabkan dirinya maupun orang lain hanyut dalam nafsu keinginan.

CMIIW
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 29 August 2008, 01:13:57 PM
Bukankah seseorang Yang Tercerahkan sudah tidak menganut konsep diri, dualisme (termasuk panas dingin) ? Bukankah seharusnya Ia tidak lagi mempermasalahkan cemoohan orang yang akan membuat Ia malu?

Yang tidak menganut konsep diri adalah Pikiran bukan Tubuh, kalo pernyataan anda begitu,semua orang yang tecerahkan buat apa makan lagi,ga ada guna betul?makan atau tidak makan masuk dalam dualisme seperti halnya vege dan makan daging.

Mengenai telanjang....bro san sudah memberi penjelasan yang bagus, Sang Buddha sendiri tidak setuju dengan petapa telanjang bukan?kalo Sang Buddha melihat pakaian tak lebih dari kosnep adanya diri mendingan ia juga telanjang sekalian,ga usah pake apa2 atau lebih parah langsung bunuh diri karena tubuh adalah jubah pikiran,bukankah begitu?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Kelana on 29 August 2008, 01:33:02 PM

Yang tidak menganut konsep diri adalah Pikiran bukan Tubuh, kalo pernyataan anda begitu,semua orang yang tecerahkan buat apa makan lagi,ga ada guna betul?makan atau tidak makan masuk dalam dualisme seperti halnya vege dan makan daging.

Sdr. Nyana, Sdr. San, bukankah dengan adanya konsep tanpa diri dalam pikiran maka ia akan bisa mengabaikan rasa sakit pada tubuh yang terserang melalui panas dan dingin?


Quote
San:
Bagi sebagian orang, melihat orang yang telanjang bulat akan memicu nafsu keinginan yang rendah (seks).
Seseorang yang bijak saya rasa melakukan sesuatu dengan tidak menyebabkan dirinya maupun orang lain hanyut dalam nafsu keinginan.

Nyana:
Mengenai telanjang....bro san sudah memberi penjelasan yang bagus, Sang Buddha sendiri tidak setuju dengan petapa telanjang bukan?kalo Sang Buddha melihat pakaian tak lebih dari kosnep adanya diri mendingan ia juga telanjang sekalian,ga usah pake apa2 atau lebih parah langsung bunuh diri karena tubuh adalah jubah pikiran,bukankah begitu?

Jadi apakah ini bisa dikatakan bahwa, Orang yang tercerahkan juga masih memperdulikan hal-hal eksternal, di luar dirinya? Dapatkah dikatakan bahwa Pencerahan, Kebijaksnaan Tertinggi tetap menudukung kebijaksanaan duniawi seperti nilai-nilai kesopanan?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: san on 29 August 2008, 01:53:16 PM
Saya rasa:
Orang yang bijak memiliki pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dapat dikenali secara mudah oleh umat awam sebagai orang bijak. Salah satunya kita dapat melihatnya dalam cara mereka berpakaian (meskipun kita tidak menggunakan ini sebagai satu2nya kriteria orang bijak).

Mengenai peraturan kebikkhuan mengenai berpakaian, no comment.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 29 August 2008, 02:00:47 PM
Sdr. Nyana, Sdr. San, bukankah dengan adanya konsep tanpa diri dalam pikiran maka ia akan bisa mengabaikan rasa sakit pada tubuh yang terserang melalui panas dan dingin?

Maaf saya hanya bisa menjawab dari catatan Sutta karena batin saya belum melampaui mereka. Begini, saat Sang Buddha sakit dan akan wafat , Beliau mengatakan pikiran berada dalam kondisi yang tenang namun tubuh ini mengikuti perputaran waktu sehingga ia akan menua dan membusuk dan akhirnya tidak dapat menahan / menopang aktifitas normal.

aku pernah mendengar ceramah seorang bhikkhu mengenai hal yang sama , beliau mengatakan adalah tindakan yang tidak bijaksana bahwa orang berpikir bahwa orang yang tercerahkan tidak akan membutuhkan apa-apa lagi. iya di level pikiran tapi di level tubuh harap mengingat bahwa tubuh ini mengalami proses penuaan yang tidak bisa diganggu gugat karena adalah teratur dalam niyama.

Sakit lahir tua dan mati yang dikatakan dilampaui oleh Sang Buddha adalah perasaan dukkha yang terjadi bukan berarti Sang Buddha setelah mencapai pencerahan,iapun menjadi semacam makhluk abadi,tidak perlu makan,tidak perlu perlindungan,tidak perlu minum dan tidak perlu apa-apa lagi,ingat pada level tubuh,yang ada semua adalah anicca.namun di level pikiran,itu semua telah lenyap.

Jadi apakah ini bisa dikatakan bahwa, Orang yang tercerahkan juga masih memperdulikan hal-hal eksternal, di luar dirinya? Dapatkah dikatakan bahwa Pencerahan, Kebijaksnaan Tertinggi tetap menudukung kebijaksanaan duniawi seperti nilai-nilai kesopanan?

Lokuttara Dhamma termasuk juga dalam Dhamma universal. nilai nilai kesopanan merupakan praktek Sila. karena Sila digariskan sebagai norma menjaga hubungan Bhikkhu dengan masyarakat.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: nyanadhana on 29 August 2008, 02:02:29 PM
Oiya kelupaan satu hal lagi,karena Sang Buddha menggariskan sila ini tidak untuk Bhikku yang udah level tinggi tapi mulai dari pemula. Jadi pembahasan kita kembalikan kepada orang yang baru menjadi samana juga termasuk.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Kelana on 29 August 2008, 02:41:35 PM
Ic Thanks
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: markosprawira on 29 August 2008, 04:22:21 PM
Dear All,

hanya ingin menambahkan bahwa citta/kesadaran yang ada pada mereka yang sudah merealisasi Nibbana adalah Kiriya/fungsional, bukan kusala-akusala lagi seperti pada putthujana seperti saya.

Jadi jangan diasumsikan bahwa pakaian yang digunakan oleh Buddha karena melihat dari pandangan orang lain terhadap beliau, namun semata hanyalah untuk menutupi tubuh dari panas/dingin, juga dari serangga2 dimana ini selaras dengan citta yang kiriya/fungsional.

Dan jangan pula diasumsikan, bahwa karena sudah merealisasi nibbana, lalu jadi super sakti dimana tidak merasakan dingin/panas, atau sakit...... mereka tetap merasakan sakit dimana contohnya Buddha setelah memakan makanan terakhirnya.

Singkatnya yang merealisasi nibbana adalah citta/kesadarannya sementara fisiknya tetap mengalami proses ketidak kekalan.
Karena itulah fisik masih membutuhkan perawatan seperti makanan, obat atau pakaian

semoga penjelasan ini dapat dimengerti...........
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 29 August 2008, 05:10:20 PM
mereka tetap merasakan sakit dimana contohnya Buddha setelah memakan makanan terakhirnya.

Saya kira hanya timbul citta yang menyenangkan?
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: kullatiro on 07 September 2008, 10:18:22 PM
ya enggak lah merasakan, melihat dan menggunakan sesuatu sesuai apa ada nya tidak berlebih juga kurang. seperti timbang obat herbal ( obat godokan) kalo resepnya tulis sekian di timbang nya juga sekian, tidak lebih dan juga tidak kurang.
Title: Re: Bhikkhu Vinaya : Perihal Berpakaian
Post by: kullatiro on 07 September 2008, 10:28:20 PM
Baru inget. Numpang tanya lagi  ;D

1. Adakah batasan jumlah jubah yg dimiliki seorang Bhikkhu? (mis: min 3 jubah)
2. Pernah liat Bhikkhu di vihara cuma pakai jubah dalam. Apakah jubah luar baru dipakai untuk kegiatan pindapatta, pembacaan paritta & dhammadesana?  _/\_

CMIIW
1. Setahu saya, bhikkhu Theravada maksimal mempunyai 2 jubah luar (Sanghati), yaitu 1 yg dipakai dan 1 jubah cadangan. Biasanya jubah cadangan ini dilipat membentuk selendang, dan dikenakan di bahu sebelah kiri sewaktu memimpin upacara-upacara khusus.

Kalau jubah dalam (terdiri dari jubah atas dan jubah bawah), saya kurang tahu.

2. Sebaiknya jika bhikkhu ingin bertemu dengan umat awam (apalagi wanita), dianjurkan untuk mengenakan jubah secara lengkap. Tanpa perlu dikemukakan, rasanya alasannya sudah jelas.. :)

seingat ku kalo jumlah bhikku nya mencapai jumlah tertentu (15 kalo gak salah) maka jubah bhikku cadangan bertambah satu buah untuk satu kelompok (15 org ini )