Sdr. Asep, yang bersangkutan mengatakan yang dimaksud adalah Yang Sadar . Dengan demikian bukankah bisa kita katakan bahwa Yang Sadar itu yang berbicara/menulis dhamma. Dengan apa Yang Sadar itu menulis/berbicara ? Anda bisa menjawab sendiri.
Jadi saya menggunakan definisi Buddha sesuai dengan yang bersangkutan inginkan.
petama-tama, harus diperjalan mana "kalimat asli" si pembuat pernyataan, mana yang merupakan kesimpulan.
misalnya, kalimat asli si pembuat pernyataan adalah :
buddha adalah yang sadar.
kalimat kesimpulan :
yang sadar itu adalah yang berbicara dhamma.
berbicara dhamma itu mempunyai mulut.
berarti yang sadar itu mempunyai mulut.
seharusnya begini kesimpulannya (menurut kita).
lalu, apa salahnya kita untuk mengajukan pertanyaan kepada si pembuat pernyataan :
"apakah yang sadar itu mempunyai mulut?"
pertanyaan itu tidak salah. tapi yang salah adalah ketika memvonis bahwa kalimat asli si pembuat pernyatan telah salah, karena telah munculnya suatu kesimpulan yang salah.
menurut suatu pendapat, apabila jawaban dari pernyataan itu sudah dinyatakan oleh si pembuat pernyataan, dan ternyata jawaban itu "irrelevant", maka barulah kalimat si pembuat pernyataan bisa dianggap sebagai kalimat yang salah.