Saya melihat di luar dari niat buruk Devadatta untuk merebut pamor dari Sang Buddha, perbuatannya memang dilandasi oleh perbedaan pandangan dari Ajaran Sang Buddha.
Misalnya mengenai makanan. Bhikkhu Devadatta tidak setuju dengan Disiplin dari Sang Buddha yang mengizinkan para bhikkhu untuk memakan daging dengan 3 syarat. Menurut Devadatta, seorang bhikkhu seharusnya tidak memakan makanan dari hewani dan menjalani kehidupan bervegetarian. Bhikkhu Devadatta memiliki beberapa perbedaan pandangan dari Sang Buddha, dan ia pun 'memisahkan diri' dari Sang Buddha. Bhikkhu-bhikkhu lain yang menyetujui pandangan Devadatta pun mengikutinya. Dan ini sudah jelas merupakan cikal-bakal terpecahnya Sangha. Di mana bisa kita pahami bahwa saat itu ada 2 pandangan yang muncul ke permukaan di dalam tubuh Sangha.
Memang bukan berarti karena ulah Devadatta maka lahirlah aliran-aliran Buddhis saat ini. Saya tidak menyatakan hal demikian, jadi harap teman-teman tidak menyimpulkan persepsi negatif terhadap komentar saya.
--------------------------
[at] GandalfTheElder, chingik atau teman-teman Mahayanis yang lain...
Saya ingin bertanya kepada siapapun Anda yang bisa memberikan saya jawaban... Sebelumnya, saya tidak bermaksud menyindir atau melakukan pertanyaan kurang ajar.
Dalam Tipitaka Pali (Theravada), dikisahkan bahwa Sang Buddha dan para bhikkhu masih memakan daging asal dengan tiga syarat. Lalu Bhikkhu Devadatta memprotes dan meminta Sang Buddha mewajibkan para bhikkhu untuk bervegetarian. Sang Buddha menolak tuntutan ini dan memberi kebebasan kepada para bhikkhu untuk tetap memakan daging sesuai dengan 3 syarat, atau memakan makanan hasil olahan nabati saja.
Pertanyaan saya adalah:
- Apakah kisah ini juga ada di Tripitaka Sanskrit (Mahayana)?
- Jika ada, bisa sertakan Sutra lengkap atau link-nya?
- Jika tidak ada, bagaimana komentar Mahayanis terhadap kisah ini?