//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3  (Read 9479 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3
« on: 08 July 2008, 10:41:57 PM »
Tanya Jawab : SEPUTAR BUDDHISME

T : Ajaran kebajikan duniawi mengajarkan orang untuk memakai kertas sebaik-baiknya dan membakar kertas bekas yang tidak terpakai. Tetapi bagaimana dengan para pemulung yang mengumpulkan dan menjual kertas bekas kepada pabrik kertas? Di samping berjasa mendaur ulang kertas bekas, mereka juga mendapat keuntungan. Di antara dua hal di atas, manakah yang terbaik?
J : Bagi Sutra Buddhis yang rusak dan tak dapat diperbaiki lagi, dapat menggunakan cara yang pertama. Sedang untuk kertas biasa, bisa menggunakan cara kedua (dijual dan didaur ulang).

T : Sewaktu kecil saya penuh diliputi kebodohan, bukan saja tidak pernah mendengarkan nasehat ibu, bahkan balik memaki kedua orang tua. Sekarang setelah menginjak dewasa, saya sadar betapa tidak berbaktinya saya. Saya sangat menyesal. Tetapi kedua orang tua telah tiada lagi. Bagaimana cara saya agar dapat membalas budi orang tua? Bagaimana pula cara menyesali perbuatan yang tidak berbakti itu?
J : Setiap hari baca Sutra Amitabha satu kali dan lafalkan nama Buddha sebanyak ratusan atau ribuan kali. Kemudian limpahkan jasa kebajikan ini untuk kedua orang tua agar dapat terlahir di alam Sukhavati. Inilah cara balas budi kita. Kita harus menyesali kesalahan kita dengan setulus hati, lakukan dengan tiada hentinya dan berbuatlah seakan-akan orang tua yang telah meninggal masih hidup.

T : Saya teringat di kampung halaman di Fujian ada seorang upasaka marga Shi. Dia berlatih dengan sangat giat. Keyakinan, pendalaman dan penerapan Buddha Dharmanya sangat dalam. Dia juga menerima Sila Bodhisattva bagi umat perumah tangga. Tetapi dia memiliki tiga empat istri, bukankah ini bertentangan dengan kedisplinan Buddhis? Dia mengatakan, “Asal kondisi berkecukupan, memperistri wanita miskin adalah merupakan salah satu bentuk perbuatan menolong makhluk hidup.” Apa memang benar bahwa memperistri wanita miskin adalah perbuatan bajik? Mohon petunjuknya.
J : Kehidupan dunia ini bagaikan permainan catur, kombinasi langkahnya sangat beraneka ragam, jadi kita tidak bisa memutuskan sesuatu dengan hanya berdasarkan satu hal saja. Bila dilakukan untuk membimbing sang istri berlatih Buddha Dharma, itu boleh saja. Tetapi kalau tidak berhasil membuatnya berlatih Buddha Dharma, maka hanya akan menambah ketamakan, sama saja dengan mencari penyakit bagi diri sendiri. Atau bisa saja, meski tidak berhasil mengarahkannya kea rah Jalan Suci, tetapi setidaknya telah membantu mengentaskan kemiskinan. Tetapi untuk ini saya tambahkan, “Bila memang berkeinginan menolong si miskin, biarkan wanita itu menikah dengan orang lain. kita cukup membantu dengan pemberian dana saja. Bukankah ini adalah tindakan yang lebih bajik?

Sumber : Majalah Sinar Dharma Edisi 08 – Magha Puja 2548/2005
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3
« Reply #1 on: 10 July 2008, 09:28:07 AM »
T : Sata sering bermimpi sewaktu tidur di malam hari, bahkan sebelum tidurpun mimpi itu sudah mulai datang. Boleh dibilang saya tak pernah tidak bermimpi. Bila saya berbincang dengan orang lain soal mimpi, mereka umumnya juga bermimpi meski kadang2 saja.. apakah hanya saya yang sering bermimpi? Apakah mimpi itu munculnya kadang2 saja atau seringkali? Adakah hubungannya dengan batin dan jasmani kita? Adakah cara untuk mengatasinya?
J : Dunia mimpi itu ada akibat pikiran yang terlalu banyak atau karena tidak adanya konsentrasi. Gangguan keseimbangan pada empat unsur pembentuk jasmani (tanah, air, api, angin) juga dapat menimbulkan banyak mimpi.

T : Saya sering mendengar kalau buah karma itu tidak dapat dihindari. Jadi orang yang membunuh pasti akan dibunuh. Tetapi dalam Buddha Dharma dikatakan bahwa pelafalan Nama Buddha dapat menyingkirkan bencana, pun dapat membahagiakan makhluk hidup, bahkan dapat mencapai tingkat Kesucian. Kalau memang benar demikian, buah karma membunuh orang itu lenyap kemana?
J : Membunuh orang harus ditebus dengan kehidupannya sendiri, demikian juga kita harus membayar harta untuk melunasi hutang, ini adalah prinsip. Tetapi dengan Buddha Dharma dapat dilakukan berbagai cara untuk tidak memunculkan buah karma itu. Apa yang terjadi? Bagi pihak yang kita sakiti, mereka menjadi terlahir di alam bahagia sehingga ikatan dendam itu menjadi lenyap. Buah karma buruk itu juga dapat lenyap dalam kondisi lingkungan yang merusaknya. Sedang bagi diri sendiri, bila dapat memutuskan kekotoran batin sehingga tidak lagi  melakukan karma baru dan tidak terikat pada nafsu, maka buah karma itu akan lenyap. Tetapi ada dua pengecualian yang harus kita ketahui : 1. Orang Suci yang memahami bahwa tubuh ini hanya ilusi tidak akan menolak buah karma. Misal, Master An Shi Kao yang dua kali lahir dan membayar hutang nyawa di Luoyang. Sesepuh Keenam Hui Neng yang menunggu datangnya pembunuh bayaran di malam hari dengan meletakkan tumpukan emas di atas meja dan , berkata, “Hanya berhutang harta pada anda.” 2. Praktisi Sukhavati membawa buah karma untuk terlahir di alam Sukhavati, kemudian dengan tekad Bodhisattva kembali ke dunia ini untuk membimbing mereka yang berjodoh agar dapat berlatih bersama-sama telahir di alam calon Buddha.

T : Saya pernah membaca Catatan Tanya Jwab Yin Kuang (Sesepuh ke 13 Aliran Sukhavati) yang saya pandang sebagai Permata Dharma. Master Yin Kuang melarang umat untuk banyak membaca Sutra, hanya dibatasi pada pemahaman Sutra dan Sastra Sukhavati. Anjuran ini memang tidak boleh diragukan kebenarannya. Tetapi dengan kondisi Master Yin Kuang yang sangat paham dengan semua aliran, mengapa melarang orang untuk mempelajari banyak Dharma? Bagaimana mungkin Bodhisattva yang membabarkan ajaran Sukhavati melakukan hal seperti ini? Ataukah karena umat manusia di Dharma Akhir ini kurang memiliki akar kebijaksanaan sehingga hanya pelafalan Nama Buddha yang paling sesuai?
J : Bertekad mempelajari metode Dharma yang tak terhingga, ini adalah ajaran para Suciwan. Jadi, bagaimana mungkin melarang orang mendalami banyak Sutra? Demikian juga tak mungkin hanya membatasi orang untuk mempelajari aliran Sukhavati. Tetapi mengapa dalam Tanya jawab terdapat ucapan seperti itu? Itu tak lain adalah anjuran yang diberikan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu. Bila tidak, maka bukan saja tidak memperoleh manfaat dari Buddha Dharma itu sendiri, bahkan bisa jadi mencelakakan umat tersebut. Misal : “kekotoran batin adalah Bodhi/Penerangan Batin, kelahiran dan kematian adalah Nirwana”, “Mara datang, bunuh Mara, Buddha datang, bunuh Buddha”, “hati tidak melekat pada Jalan”,”bukan berlatih dan bukan mengalami”, dan sebagainya, ini bukan ajaran yang bisa dipahami oleh pemula. Ajaran Guru Dunia Raja Dharma dibabarkan dalam beberapa tahap sesuai dengan kondisinya. Dharma adalah obat yang harus diberikan sesuai dengan penyakitnya.
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3
« Reply #2 on: 10 July 2008, 11:02:00 PM »
T : Saya sering mendengar kalau buah karma itu tidak dapat dihindari. Jadi orang yang membunuh pasti akan dibunuh. Tetapi dalam Buddha Dharma dikatakan bahwa pelafalan Nama Buddha dapat menyingkirkan bencana, pun dapat membahagiakan makhluk hidup, bahkan dapat mencapai tingkat Kesucian. Kalau memang benar demikian, buah karma membunuh orang itu lenyap kemana?
J : Membunuh orang harus ditebus dengan kehidupannya sendiri, demikian juga kita harus membayar harta untuk melunasi hutang, ini adalah prinsip. Tetapi dengan Buddha Dharma dapat dilakukan berbagai cara untuk tidak memunculkan buah karma itu. Apa yang terjadi? Bagi pihak yang kita sakiti, mereka menjadi terlahir di alam bahagia sehingga ikatan dendam itu menjadi lenyap. Buah karma buruk itu juga dapat lenyap dalam kondisi lingkungan yang merusaknya. Sedang bagi diri sendiri, bila dapat memutuskan kekotoran batin sehingga tidak lagi  melakukan karma baru dan tidak terikat pada nafsu, maka buah karma itu akan lenyap. Tetapi ada dua pengecualian yang harus kita ketahui : 1. Orang Suci yang memahami bahwa tubuh ini hanya ilusi tidak akan menolak buah karma. Misal, Master An Shi Kao yang dua kali lahir dan membayar hutang nyawa di Luoyang. Sesepuh Keenam Hui Neng yang menunggu datangnya pembunuh bayaran di malam hari dengan meletakkan tumpukan emas di atas meja dan , berkata, “Hanya berhutang harta pada anda.” 2. Praktisi Sukhavati membawa buah karma untuk terlahir di alam Sukhavati, kemudian dengan tekad Bodhisattva kembali ke dunia ini untuk membimbing mereka yang berjodoh agar dapat berlatih bersama-sama telahir di alam calon Buddha.


Kok sepertinya agak aneh ya?

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3
« Reply #3 on: 11 July 2008, 10:17:30 AM »
Anehnya gimana? Sorry lebih baik bahas di tempat lain, karena ini khusus buat posting tentang Sukhavati.
Kalau dilihat dari sudut pandang Aliran lain yah aneh....makanya jangan dicampur aduk :)
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3
« Reply #4 on: 14 July 2008, 03:28:55 PM »
T : Dari jaman dahulu sampai sekarang, para tokoh masyarakat kelas atas ternyata justru lebih tidak mempercayai Buddha Dharma dibanding masyarakat awam. Kalau berdasarkan hukum karma, menikmati pahala adalah buah dari karma baik kehidupan yang lalu, tetapi mengapa mereka itu sekarang bahkan tidak bersedia menginjakkan kaki ke Vihara atau mempelajari Sutra? Apakah ini karena di kehidupan lalu mereka hanya melatih pahala duniawi tetapi tidak melatih kebijaksanaan, sehingga dalam kehidupan sekarang tidak lagi memiliki jodoh dengan Buddha?
J : Dalam kehidupan sekarang tidak bersedia menginjakkan kaki ke Vihara dan menjauhi Tri Ratna, ini adalah hal yang cukup kompleks. Seperti yang anda katakan, ini merupakan sebab masa lalu yang hanya berlatih pahala duniawi tetapi melalaikan kebijaksanaan. Selain itu, faktor lingkungan dan adat kebiasaan dalam kehidupan sekarang juga sangat berpengaruh. Pun sebagai umat Buddhis, kita juga harus introspeksi diri sendiri, kenapa agama kita yang memiliki beragam metode tidak mampu mengarahkan mereka ke Jalan Dharma yang benar?

T : A dan B adalah dua sahabat yang menjadi atasan saya. Keduanya memahami ajaran Buddha, Tao dan Konfusius. Setelah mendengar Dharma, A segera berlatih ajaran Sukhavati dan mengembangkan bodhicitta dengan tekun. Sedang pemahaman B akan Buddha Dharma lebih mendalam. Di luar pekerjaan sering berbincang tentang Buddha Dharma. Sangat pandai menguraikan dan sering memuji Buddha Dharma, tetapi tetap saja tidak percaya akan adanya Tanah Suci Sukhavati, kontak batin, tumimbal lahir dan sebagainya. Adakah cara agar yang bersangkutan dapat terbuka tabir kebodohannya dan bersama-sama menapak kelopak bunga teratai?
J : Perlu diketahui bahwa pandangan terang berbeda dengan kepintaran duniawi. Anda katakan B sangat menguasai Buddha Dharma, saya tidak yakin akan hal ini. Tanah Suci, kontak batin dan tumimbal lahir, Buddha telah mengatakannya sejak dari masa HuaYen hingga Parinirvana. Bila B tidak mempercayainya, maka itu menunjukkan kesombongannya menganggap Sutra Buddhis tidak sebanding dengan pandangannya. Seperti ini, bagaimana bisa dikatakan paham atau memuji Buddha Dharma? Mungkin saja kemampuannya sekarang hanya berhenti pada pengetahuan (belum mencapai tahap mengalami). Bila kelak ia bisa bertemu dengan seorang Master, semoga saja pandangannya bisa berubah.
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

Offline maitri88

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 24
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3
« Reply #5 on: 17 October 2012, 05:00:18 PM »
Waduh ...pertanyaannya banyak dan panjang banget ceritanya ....

Tetapi saya ada pertanyaan yang mirip dengan format sederhana :

Apakah melafal nama nama Buddha  atau membaca mantra Buddhis ada pahalanya/ karma baik?

Apakah karma baik yang kita perbuat dalam kehidupan sekarang bisa mengurangi karma buruk kehidupan lalu, atau bahkan bisa menhapus sama sekali karma buruk itu ?

Apakah berdoa/bersembahyang kepada leluhur ada gunanya, mengingat leluhur kita mungkin sudah tumimbal lahir lagi?

Mohon pencerahannya....salam metta untuk semuanya ......


Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 3
« Reply #6 on: 17 October 2012, 05:08:05 PM »
Waduh ...pertanyaannya banyak dan panjang banget ceritanya ....

Tetapi saya ada pertanyaan yang mirip dengan format sederhana :

Apakah melafal nama nama Buddha  atau membaca mantra Buddhis ada pahalanya/ karma baik?

Apakah karma baik yang kita perbuat dalam kehidupan sekarang bisa mengurangi karma buruk kehidupan lalu, atau bahkan bisa menhapus sama sekali karma buruk itu ?

Apakah berdoa/bersembahyang kepada leluhur ada gunanya, mengingat leluhur kita mungkin sudah tumimbal lahir lagi?

Mohon pencerahannya....salam metta untuk semuanya ......

Kalau melafal mantra biasanya aliran mahayana...
Kalau karma tidak bisa dihapus tapi contohnya seperti air dan garam dicampur, lebih banyak air/garam mempengaruhi keasinannya..
Bersembahyang pada leluhur adalah budaya dan tradisi turun temurun, bukan ajaran Buddha, tapi kita melaksanakan untuk menghormati tradisi tsb.
CMIIW