Ya saya kira seseorang harus meninjau dari sisi akademis dan keyakinan apa yang ada dalam kelenteng tersebut. Tetapi yang saya lihat dan seperti anda sendiri bilang: money talks. So sisi akademis dan keyakinannya bukankah hilang menjadi suatu tempat ibadah dengan kepercayaan yang dipaksakan dan tanpa dasar yang jelas? Makanya dari kemarin" saya menyarankan adanya studi yang jelas mengenai mana kelenteng Tao, mana yang Buddha dan mana yang bener" Konghucu (Wen Miao atau Kong Miao).
==>
Begini bro di maksud saya tuh di fokus pembahasannya ke satu klenteng bro maksud. Kalau secara menyeluruh ribet, kalo pendekatan akademis, pertama butuh yang namanya peneliti, bro mesti ketahui peneliti Indonesia juga kurang dana (ujungnya juga money talks lah), yang ada peneliti itu haus ilmu pengetahuan.
Kedua masalah pendataan Pihak akademisi tidak punya hak menentukan dari segi empiris akademis, karena yang punya hanya yang empunya dan pengurus klenteng, yah akhir u sampai kan ujung ujungnya money talk. Mereka yang mengeluarkan dana ke pengadilan menentukan klenteng itu milik siapa, yah pengurus dana.
Masalah sturuktur dan arsitektur barang bersejarah, saya mau tanya klenteng mana bro maksud?. Kalo tidak berani pm saja, siapa tahu bisa bantu, akademisi cuman bisa menyelamatkan hal tersebut, kepercayaan tidak bisa bro
Yaaaa.. dari awal kan saya bilang klo Cheng Hoo memang Muslim, hanya saja beliau juga meyakini Buddhisme, bukan sekedar nama saja. Baca saja kisah Cheng Hoo menyumbang dana Sutra Marichi atas dasar keyakinannya sendiri.
==> tidak masalah dengan sumbang menyumbang, tapi dari saya baca statement u, saya mengira trisarana menurut buddhis yaitu harus ada bhiku
Nah... bukankah ini juga aneh? Kelenteng Tao tapi dijalankan oleh Theravada? Yah tapi saya masih bisa memaklumi kalau pihak Theravada membangun vihara di sebelah kelenteng, jd tetap ada pemisahan yang jelas. => masih ada pemisahan tapi dibangun dibelakang jalan klenteng, bukan pembatas bro tapi jalan kecil
Yang saya pertanyakan adalah kecarutmarutan yang terjadi sekarang ini serta ajang saling rebutan yang terjadi tanpa didasari landasan akademis yang jujur dan jelas. = Akademisi sudah bro, cuma tidak bisa mencatat secara hukum, karena yang punya kuasa pengurus
Yah namanya tetep kelenteng TAO, tetapi karena gak ada yang ngurus akhirnya dibina oleh pihak Theravada. Seperti satu kelenteng di Jogja, dilihat" lagi ya TAO tapi akrena ga ada yang ngurus alias terbengkalai ya akhirnya dibina Buddhayana...hahaha
==> terserah anda berpandangan money talks. memang begitu adanya siapa mampu mengurus dia yang memiliki
Ya benar. Tapi jika anda melakukan kajian akademis, banyak misionaris bhiksu" Mahayana yang membangun kelenteng Buddha dan membina Buddhisme di bumi Indonesia sebelum Bhante Ashin Jinarakkhita mempelopori bangkitanya agama Buddha. Jadi pelestarian kelenteng saya kira juga didukung oleh pihak Buddhis dan terjaid beberapa kali:
1. Misionaris bhiksu" Mahayana yang turut membangun kelenteng dan menyebarkan Dharma di sana pada tahun 80-an ==> sebenarnya sebelum Bhante ashin sudah ada bro, kemarin ini ditemukan artifak sejarah, ternyata ada Bhiku pertama yang mengajar pendidikan agama buddha dan membangkitkan Buddha Dharma adalah Y.A SANGHANATA ARYAMULA (MAHA BHIKSU PEN CHING 1878-1962). wilayah jawa barat dan jawa tengah.