//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?  (Read 18911 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #15 on: 27 October 2011, 05:55:11 AM »
Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Agustus 1936) :

Apatah betoel Sam Kauw Hwe satoe pakoempoelan "Gado gado"?

• "Bahoea sabagian besar dari orang jang masih pegang tetep Agama Tionghoa dalam praktijk ada memelok Sam Kauw, kerna ini Tiga Agama sadari banjak abad yang laloe soedah tergaboeng mendjadi satoe dalem batin dan panghidoepn orang Tionghoa.

•   Kita sendiri anggep tidak djelek kalo satoe Hoed Kauw Hwe meloeloe perhatiken agama Buddha dan satoe Khong Kauw Hwe tida bitjaraken laen dari agama Khong Tjoe... begitu juga satoe To Kauw Hwe perhatiken agama Too saja....

•   Tapi ia orang tida haroes mentjelah pada Sam Kauw Hwe tjoemah lantaran ini perkoempoelan soedah perhatiken sari dari Tiga Agama jang soedah tergabung dalem batin dan panghidoepan Tionghoa.

•   Sam Kauw Hwe ada pandang seperti soedara dan ingin bekerdja sama sama dengan sasoeatoe pakoempoelan atawa pergerakan jang perhatikan sadja sotoe satoe dari itu Tiga Agama sendirian.

•   Djoega kita tidak ingin bermoesoehan pada laen laen agama jang bukan Sam Kauw kaloe di laen fihak tida ada disiarken apa apa jang bersifat menjerang atawa merendahkan pada Khong Kauw, Hoed Kauw dan Too Kauw, Dunia ada tjoekoep lebar aken masing masing agama bekerdja dalem kalangannja sendiri"

Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Feb 1939) :

•   “Itoe Sam Kauw akan mendjadi satoe philosofie agama jang paling lengkep dan memberi faedah besar bagi manoesia, teroetama bagi bangsa Tionghoea jang leloehoernja soedah kenal itoe tiga peladjaran sadari riboen taon laloe”

Maha Pandita Sasanaputera Satyadharma (Mei 1977) :

•   Pertemuan dari ketiga ajaran kebenaran ini telah menelorkan suatu pandangan hidup dan memupuk alam pikiran manusia Tridharma yang toleran, penuh bakti, sederhana, dan praktis dalam cara berpikir. Adakah hal hal atau sikap semacam itu bertentangan dengan Buddhisme / Taoisme / Konfusianisme?

===================================================================================

Itu pandangan tokoh Tridharma Kwee Tek Hoay, apakah teman" setuju?

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline SUGI THEN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 304
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #16 on: 27 October 2011, 08:09:07 AM »
Yang sy pernah baca malahan kata Kelenteng berasal dari : Kwan Im Teng ("teng" sy ga tau artinya, klo yang di depan kata "teng" tentu semua sudah tau).



Kwan Im Teng itu dari kata Kwan Yin Thang yang artinya aula atau tempat kwan im

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #17 on: 27 October 2011, 09:35:54 AM »
Ooo saya cm pingin tau pandangan rekan" gimana dan menunjukkan ttg peristiwa sosial yang terjadi sekarang... siapa tahu bisa digunakan dalam sikap kehidupan sehari" hahahaha dan ide" pembuatan wacana yang berkompeten di majalah atau media massa lainnya....

tdk berniat untuk menyelesaikan masalah / konflik secara langsung, emang kita siapa-nya mereka lage? hahahaha  :)) saya hanya mengharapkan pertukaran pandangan sehingga setidak"nya secara tidak langsung mengurangi konflik yg ada beserta potensi-potensinya.


 _/\_
The Siddha Wanderer

tidak ada solusi, LDM masih tebal   :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #18 on: 27 October 2011, 11:43:46 AM »
jadi bagaimana dengan statement anda tentang "bhikkhu theravada yg tidak beradab"? mohon penjelasan anda

Sudah di jawab sebelumnya Kalau Dari Kasus Walubi sudah jelas, tanya saja sama Bhante yang tergabung dalam STI dan MAGABUDHI, pernah ngak buat Statement seperti " EKor Umat, Penghianat" kepada masing masing organisasi, kalau jawaban mereka " NO Coment", "buat apa buka luka lama". Berarti saya  benar. Anda ini ternyata Pendendam.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #19 on: 27 October 2011, 11:53:41 AM »
[at] Purnama:

Oohh berarti memang kebanyakan / mayoritas seperti yang bro. andry bilang... uang dan siapa yang berkuasa mengurus / memimpin yang menentukan kelenteng mau dibawa ke arah mana? Hmm... mmg sangat berpotensi membangkitkan konflik, karena tidak dilatarbelakangi pemahaman ajaran dan dasar pendirian satu kelenteng dengan jelas, maka jadilah kerancuan di antara Tridharma, Tao, Khonghucu dan Buddha.

Maksudnya jumlah kelenteng lebih banyak dari Vihara? hhmm dulu mungkin iya, sekarang mah lebih banyak vihara jauh.

Yap konsep seatap ini dikemukakan oleh banyak bhiksu Buddhis dan rohaniwan Taois pada masa itu, namun yang terjadi adalah penyimpangan yaitu sinkretisasi, bukan lagi seatap, tp "gado-gado". Ini yang dikritik oleh guru yang tercerahkan YA Dogen Zenji sebagai "ketololan".

Wah banyak..... saya tahu jelas ada satu kelenteng ternama yang jelas" pihak KHC dr kelenteng tsb berusaha memblokir unsur" Buddha yang akan masuk ke kelenteng tersebut dengan cara-cara yang menurut saya agak aneh dan menyebalkan.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Konsep Apa Bro Gandalf, Ajaran, begini loh, Masuk akal Pengurus Klenteng itu punya keluarga, mereka butuh mata pencaharian, bila ada yang mampu menghidupi mereka, Wajar mereka ikut yang bisa membiayai mereka, pada dasarnya Anda belum pernah mendengar secara langsung pengurus Klenteng itu mengeluh "ekonomi Keluarganya" , ada yang terpaksa mencari mata pencaharian lain.


Wah banyak..... saya tahu jelas ada satu kelenteng ternama yang jelas" pihak KHC dr kelenteng tsb berusaha memblokir unsur" Buddha yang akan masuk ke kelenteng tersebut dengan cara-cara yang menurut saya agak aneh dan menyebalkan. ==> kasus klenteng daerah mana Bro Boleh tau?. Setau saya permasalahan seperti ini diselesaikan secara hukum

Sis dari Semarang? hahah

Khonghucu pada dasarnya tidak memuja dewa", dewa' di kelenteng kebanyakan Tao. Bahkan banyak kelenteng yang didominasi dewa Tao, tapi diaku-akui sebagai kelenteng Khonghucu. Nah lho?

Vihara adalah tempat ibadah agama Buddha. Kelenteng sekarang lebih ke arah tempat ibadah bagi 3 agama sekaligus, karena altarnya campur aduk. Beberapa kelenteng besar asalnya adalah Vihara gaya Tiongkok, namun ketambahan unsur Tao dan Khonghucu krn masyarakat Chinese dulu juga sinkretis... wew.. padahal setahu saya sinkretisme dilarang dalam hukum negara Indonesia ini? CMIIW

Contoh keanehan lagi adalah.... Laksamana Cheng Hoo selain sebagai seorang Muslim, beliau adalah penyokong agama Buddha yang cukup terkenal dan bahkan juga memiliki keyakinan terhadap Buddha Dharma. Tapi coba lihat kelentengnya di Gedong Batu, malah kuat unsur Tao dan Khonghucunya? Unsur Buddhisnya hampir nihil. Padahal Cheng Hoo jauh lebih banyak berhubungan dengan keyakinan Buddhisme dan sangat minim dengan keagamaan Khonghucu. Salah satunya juga karena Cheng Hoo mengabdi pada Raja Buddhis Zhu Yuanzhang dan Raja Buddhis Yongle.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Soal Klenteng Gedong batu itu sekarang jadi daerah pariwisata, Unsur Tao dan Konficius bagaimana?. Lah wong masih ada bangunan kuburan muslim, masih ada arstektur jawa, Laksamana Cheng ho Pure Muslim, Dia hanya mempelajari Tao ism, Buddha, dan Konficius, sebagai landasan kekerabatan, Beliau Itu tidak hanya menghargai budhism, tapi tao dan konficius. Gedong batu itu bukan tempat persinghan Laksamana cheng ho, Yang benar Tuban, Klenteng disana hanya memperingatinya kedatangannya.

Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Agustus 1936) :

Apatah betoel Sam Kauw Hwe satoe pakoempoelan "Gado gado"?

• "Bahoea sabagian besar dari orang jang masih pegang tetep Agama Tionghoa dalam praktijk ada memelok Sam Kauw, kerna ini Tiga Agama sadari banjak abad yang laloe soedah tergaboeng mendjadi satoe dalem batin dan panghidoepn orang Tionghoa.

•   Kita sendiri anggep tidak djelek kalo satoe Hoed Kauw Hwe meloeloe perhatiken agama Buddha dan satoe Khong Kauw Hwe tida bitjaraken laen dari agama Khong Tjoe... begitu juga satoe To Kauw Hwe perhatiken agama Too saja....

•   Tapi ia orang tida haroes mentjelah pada Sam Kauw Hwe tjoemah lantaran ini perkoempoelan soedah perhatiken sari dari Tiga Agama jang soedah tergabung dalem batin dan panghidoepan Tionghoa.

•   Sam Kauw Hwe ada pandang seperti soedara dan ingin bekerdja sama sama dengan sasoeatoe pakoempoelan atawa pergerakan jang perhatikan sadja sotoe satoe dari itu Tiga Agama sendirian.

•   Djoega kita tidak ingin bermoesoehan pada laen laen agama jang bukan Sam Kauw kaloe di laen fihak tida ada disiarken apa apa jang bersifat menjerang atawa merendahkan pada Khong Kauw, Hoed Kauw dan Too Kauw, Dunia ada tjoekoep lebar aken masing masing agama bekerdja dalem kalangannja sendiri"

Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Feb 1939) :

•   “Itoe Sam Kauw akan mendjadi satoe philosofie agama jang paling lengkep dan memberi faedah besar bagi manoesia, teroetama bagi bangsa Tionghoea jang leloehoernja soedah kenal itoe tiga peladjaran sadari riboen taon laloe”

Maha Pandita Sasanaputera Satyadharma (Mei 1977) :

•   Pertemuan dari ketiga ajaran kebenaran ini telah menelorkan suatu pandangan hidup dan memupuk alam pikiran manusia Tridharma yang toleran, penuh bakti, sederhana, dan praktis dalam cara berpikir. Adakah hal hal atau sikap semacam itu bertentangan dengan Buddhisme / Taoisme / Konfusianisme?

===================================================================================

Itu pandangan tokoh Tridharma Kwee Tek Hoay, apakah teman" setuju?

 _/\_
The Siddha Wanderer

Setuju kalau dipandang pada era 1900, Karena Wihara Belom ada, semua belum ada, apalagi jaman Penjajahan, bagi g gak masalah kalau dilihat segi keadaan peristiwa pada saat itu.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #20 on: 27 October 2011, 02:51:55 PM »
Sudah di jawab sebelumnya Kalau Dari Kasus Walubi sudah jelas, tanya saja sama Bhante yang tergabung dalam STI dan MAGABUDHI, pernah ngak buat Statement seperti " EKor Umat, Penghianat" kepada masing masing organisasi, kalau jawaban mereka " NO Coment", "buat apa buka luka lama". Berarti saya  benar. Anda ini ternyata Pendendam.
wah menjurus ke ad hominem ya?
Samma Vayama

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #21 on: 27 October 2011, 06:45:35 PM »
Quote
Konsep Apa Bro Gandalf, Ajaran, begini loh, Masuk akal Pengurus Klenteng itu punya keluarga, mereka butuh mata pencaharian, bila ada yang mampu menghidupi mereka, Wajar mereka ikut yang bisa membiayai mereka, pada dasarnya Anda belum pernah mendengar secara langsung pengurus Klenteng itu mengeluh "ekonomi Keluarganya" , ada yang terpaksa mencari mata pencaharian lain.

Kalau dipandang secara umum, memang wajar" saja, tetapi kalau dipandang dari Buddha Dharma yang sejati, hal itu kurang tepat. Bila memang mereka mempraktikkan agama dengan benar, tentu tidak begitu saja putus asa akan ekonomi keluarganya, apalagi dengan cara memanfaatkan kelenteng / tempat ibadah....

Seharusnya kalau mereka benar" perhatian pada keluarga mereka, mereka juga sebenarnya akan emmperhatikan kondisi agama bangsa dan negara..... sifat keseharian seseorang mencerminkan perilakunya dalam lingkup yang lebih luas, Jelas para pengurus kelenteng itu masih EGO dan kurang perhatian pada orang lain, sehingga ekonominya lemah dan rela kelentengnya dimanfaatkan jadi alat politik. Bila mereka tidak care pada kondisi beragama yang ada, maka diragukan lagi apa mereka bener" care sama keluarganya dan umat" kelenteng?

Quote
kasus klenteng daerah mana Bro Boleh tau?. Setau saya permasalahan seperti ini diselesaikan secara hukum
Pihak Buddhis dengan sukarela mengundurkan diri dan tetap sabar tanpa menuntut secara Hukum, ngapain cari geger? hahah....

Quote
Soal Klenteng Gedong batu itu sekarang jadi daerah pariwisata, Unsur Tao dan Konficius bagaimana?. Lah wong masih ada bangunan kuburan muslim, masih ada arstektur jawa, Laksamana Cheng ho Pure Muslim, Dia hanya mempelajari Tao ism, Buddha, dan Konficius, sebagai landasan kekerabatan, Beliau Itu tidak hanya menghargai budhism, tapi tao dan konficius. Gedong batu itu bukan tempat persinghan Laksamana cheng ho, Yang benar Tuban, Klenteng disana hanya memperingatinya kedatangannya.

Oohh tapi beliau (Cheng Hoo) mengambil Trisarana Buddhis, gak seperti sikapnya pada Tao dan Konfusian yang saya kira cuman bahan pembelajaran dari kalangan kerajaan baginya. Saya lihat gak ada tuh altar Buddha di sana, yang ada altar Fude Zhenshen dan Nabi Khonghucu.

Quote
Setuju kalau dipandang pada era 1900, Karena Wihara Belom ada, semua belum ada, apalagi jaman Penjajahan, bagi g gak masalah kalau dilihat segi keadaan peristiwa pada saat itu.

Ok. Kalau sekarang menurut anda bagaimana? Apakah harus berafiliasi thd satu agama apa tetap boleh meyakini San Jiao?

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #22 on: 28 October 2011, 10:33:10 AM »
wah menjurus ke ad hominem ya?


Maaf dimaksud Ad hominem apa sih ?, sorry siapa yang mulai duluan menyerang ? , belajar dulu dekh yang di maksud ad homimem, yang berdiskusi diluar theard topik duluan siapa ?.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #23 on: 28 October 2011, 10:58:28 AM »
 [at]  bro gandalf, yang baik, yang dibahas oleh theard u apa dulu, Begini kita bahas dari 2 sisi empiris saja, Pertama bahas dari sisi empiris akademis, Yaitu membahas dari Struktur sejarah arsitektur klenteng itu , artifak atau benda- benda bersejarah klenteng tersebut, dan si tuan rumah dari klenteng tersebut. Sisi empiris kedua Kepercayaan. Klenteng itu kalau bahas secara struktural adalah Kepercayaan Rakyat yang dijalani dari Fungsi klenteng.

Jujur saja saya sendiri Berpandangan sama dengan kawan kawan peneliti, fungsi klenteng itu berubah dari waktu kewaktu.
selain ibadah kepercayaan, jg bisa jadi pariwisata, bahkan tempat menginap,
Contoh kasus bro Gandalf Klenteng Toa se bio dan Klenteng Butong, itu kalo u berpandangan pasti pertama jawabnya Klenteng, nah Toa se bio sendiri sudah berubah fungsi, bukan saja klenteng tapi Juga menjadi Wihara Teravada dan berjalan dengan kegiatan klenteng yang berbau kepercayaan masyarakat. (karena Pengurus dan pemberi dana adalah Budhis yang berasal dari Kalangan Teravada)

Contoh lain : Klenteng Butong kalo dilihat sekilas agama TAO, masih menjalan pratek Tatung, masih banyak klenik klenik berbau tao, tapi ada cetiya teravada ada bhantenya dan masih ada kegiatan wiharanya, bingung kan kalo anda lihat.
Jadi usahakan bicaranya Tidak secara struktural anda jadi bingung, maka saya bicara satu klenteng saja.

Bro gandalf maka saya tanya didepak itu seperti apa?. Kalau ada pendekatan empiris akademis, seperti bangunan sejarah, benda benda sejarah budhis di depak, baru bisa usut hukum sebagai pengrusakan barang - barang bersejarah.

Kalau empiris kepercayaan yah monggo saya jg bisa membahasnya, itu tergantung si pengurus klenteng

Oohh tapi beliau (Cheng Hoo) mengambil Trisarana Buddhis, => itu nama dan gelar beliau bro, Coba sekali -kali kalau di kota u ada perkumpulan Chinese Muslim Hunan, ajak diskusi sama mereka soal sampokong, mereka jawab Laksamana cheng ho masih menjalankan sholat 5 waktu, masih menjalankan sila sila dari Islam dan naik haji ke mekkah, Laksamana Cheng ho itu ibarat Gus dur.


Quote
Setuju kalau dipandang pada era 1900, Karena Wihara Belom ada, semua belum ada, apalagi jaman Penjajahan, bagi g gak masalah kalau dilihat segi keadaan peristiwa pada saat itu.

Ok. Kalau sekarang menurut anda bagaimana? Apakah harus berafiliasi thd satu agama apa tetap boleh meyakini San Jiao?
 ==>
Tidak masalah bro, kepercayaan orang tidak boleh diganggu gugat dengan alasan apapun. Perlu U ketahui San Jiao itu Punya jasa besar terhadap Agama Buddha di Indonesia.
Tanpa Jasa San jiao agama Buddha sekarang ini tidak mungkin ada.

Seperti banyak dari Kawan - kawan Budhis  banyak berpikiran negatif tetang  orang San jiao. Padahal Mereka (orang san Jiao) Justru orang yang pertama yang membiayai para bikhu Teravada, dan Mahayana datang ke Indonesia, itu semua jasa orang -orang kepercayaan San Jiao, Semua Bhiksu aliran mana pun bisa hadir di Indonesia dan bisa memiliki wihara seperti sekarang , awalnya mereka yang keluar kocek duitnya untuk pelestarian Buddha dharma di Indonesia.

Jadi toleran lah yang berbeda dari Kita

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #24 on: 28 October 2011, 04:16:57 PM »
Maaf dimaksud Ad hominem apa sih ?, sorry siapa yang mulai duluan menyerang ? , belajar dulu dekh yang di maksud ad homimem, yang berdiskusi diluar theard topik duluan siapa ?.
saya kan hanya menanyakan.
dan kalaupun nampaknya terlihat mas purnama tersinggung atau tersungging ya... seterah...
Samma Vayama

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #25 on: 28 October 2011, 04:55:56 PM »
Seperti banyak dari Kawan - kawan Budhis  banyak berpikiran negatif tetang  orang San jiao. Padahal Mereka (orang san Jiao) Justru orang yang pertama yang membiayai para bikhu Teravada, dan Mahayana datang ke Indonesia, itu semua jasa orang -orang kepercayaan San Jiao, Semua Bhiksu aliran mana pun bisa hadir di Indonesia dan bisa memiliki wihara seperti sekarang , awalnya mereka yang keluar kocek duitnya untuk pelestarian Buddha dharma di Indonesia.

Jadi toleran lah yang berbeda dari Kita

kok bisa punya asumsi bahwa orang san jiao yg membiayai bikhu Teravada ke indonesia, hai ya ........ !! ???

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #26 on: 28 October 2011, 04:57:52 PM »
jadi bagaimana dengan statement anda tentang "bhikkhu theravada yg tidak beradab"? mohon penjelasan anda

hai ya !!,
mungkin lupa ha.. atau pura2 lupa  ^-^
atau sendiri yang tidak beradab kalena mengatakan orang lain tidak beradab  :))
« Last Edit: 28 October 2011, 04:59:23 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #27 on: 28 October 2011, 05:20:26 PM »
saya kan hanya menanyakan.
dan kalaupun nampaknya terlihat mas purnama tersinggung atau tersungging ya... seterah...

atau nungging  =)) =)) =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Menander

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 105
  • Reputasi: 8
  • I Am The Saviour
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #28 on: 28 October 2011, 05:56:00 PM »
kalau mewakili suatu agama rasanya kurang tepat, yang pasti kelenteng identik dengan ras tionghoa..

btw kalau ini kelenteng kira2 milik agama apa ya  :-?

Cao Dai Temple - Vietnam
http://en.wikipedia.org/wiki/Cao_Dai


http://tofuandflowers.blogspot.com/2011/06/vietnam-day-2-looking-within-syncretism.html


gambar rada bwk
Spoiler: ShowHide












« Last Edit: 28 October 2011, 06:11:13 PM by Menander »
Saya adalah Menander I, Sang Raja Indo-Yunani yang suka blak-blak an. Penguasa dataran India, Baktria, dan sampai Eropa.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kelenteng: Dijadikan Rebutan?
« Reply #29 on: 28 October 2011, 07:33:28 PM »
Quote
bro gandalf, yang baik, yang dibahas oleh theard u apa dulu, Begini kita bahas dari 2 sisi empiris saja, Pertama bahas dari sisi empiris akademis, Yaitu membahas dari Struktur sejarah arsitektur klenteng itu , artifak atau benda- benda bersejarah klenteng tersebut, dan si tuan rumah dari klenteng tersebut. Sisi empiris kedua Kepercayaan. Klenteng itu kalau bahas secara struktural adalah Kepercayaan Rakyat yang dijalani dari Fungsi klenteng.

Ya saya kira seseorang harus meninjau dari sisi akademis dan keyakinan apa yang ada dalam kelenteng tersebut. Tetapi yang saya lihat dan seperti anda sendiri bilang: money talks. So sisi akademis dan keyakinannya bukankah hilang menjadi suatu tempat ibadah dengan kepercayaan yang dipaksakan dan tanpa dasar yang jelas? Makanya dari kemarin" saya menyarankan adanya studi yang jelas mengenai mana kelenteng Tao, mana yang Buddha dan mana yang bener" Konghucu (Wen Miao atau Kong Miao).

Quote
Jujur saja saya sendiri Berpandangan sama dengan kawan kawan peneliti, fungsi klenteng itu berubah dari waktu kewaktu. selain ibadah kepercayaan, jg bisa jadi pariwisata, bahkan tempat menginap,
Contoh kasus bro Gandalf Klenteng Toa se bio dan Klenteng Butong, itu kalo u berpandangan pasti pertama jawabnya Klenteng, nah Toa se bio sendiri sudah berubah fungsi, bukan saja klenteng tapi Juga menjadi Wihara Teravada dan berjalan dengan kegiatan klenteng yang berbau kepercayaan masyarakat. (karena Pengurus dan pemberi dana adalah Budhis yang berasal dari Kalangan Teravada)

Nah... bukankah ini juga aneh? Kelenteng Tao tapi dijalankan oleh Theravada? Yah tapi saya masih bisa memaklumi kalau pihak Theravada membangun vihara di sebelah kelenteng, jd tetap ada pemisahan yang jelas.

Contoh" lainnya ada di satu kelenteng Mazu di Mojokerto. Dulu mereka berhubungan baik dengan pihak Buddhis, eh karena satu dua masalah internal akhirnya beralih lebih dekat dengan pihak Tao. Sekarang anda di sana dapat menemukan kelenteng, Dao Guan dan Vihara berdekatan sekaligus....

Quote
Contoh lain : Klenteng Butong kalo dilihat sekilas agama TAO, masih menjalan pratek Tatung, masih banyak klenik klenik berbau tao, tapi ada cetiya teravada ada bhantenya dan masih ada kegiatan wiharanya, bingung kan kalo anda lihat.Jadi usahakan bicaranya Tidak secara struktural anda jadi bingung, maka saya bicara satu klenteng saja.

Yah namanya tetep kelenteng TAO, tetapi karena gak ada yang ngurus akhirnya dibina oleh pihak Theravada. Seperti satu kelenteng di Jogja, dilihat" lagi ya TAO tapi akrena ga ada yang ngurus alias terbengkalai ya akhirnya dibina Buddhayana...hahaha

Quote
Bro gandalf maka saya tanya didepak itu seperti apa?. Kalau ada pendekatan empiris akademis, seperti bangunan sejarah, benda benda sejarah budhis di depak, baru bisa usut hukum sebagai pengrusakan barang - barang bersejarah. Kalau empiris kepercayaan yah monggo saya jg bisa membahasnya, itu tergantung si pengurus klenteng

Dua-duanya. Tapi bukan benda sejarah Buddhis yang ada di kelenteng tersebut.

Quote
Oohh tapi beliau (Cheng Hoo) mengambil Trisarana Buddhis, => itu nama dan gelar beliau bro, Coba sekali -kali kalau di kota u ada perkumpulan Chinese Muslim Hunan, ajak diskusi sama mereka soal sampokong, mereka jawab Laksamana cheng ho masih menjalankan sholat 5 waktu, masih menjalankan sila sila dari Islam dan naik haji ke mekkah, Laksamana Cheng ho itu ibarat Gus dur.

Yaaaa.. dari awal kan saya bilang klo Cheng Hoo memang Muslim, hanya saja beliau juga meyakini Buddhisme, bukan sekedar nama saja. Baca saja kisah Cheng Hoo menyumbang dana Sutra Marichi atas dasar keyakinannya sendiri.

Quote
Tidak masalah bro, kepercayaan orang tidak boleh diganggu gugat dengan alasan apapun. Perlu U ketahui San Jiao itu Punya jasa besar terhadap Agama Buddha di Indonesia.
Tanpa Jasa San jiao agama Buddha sekarang ini tidak mungkin ada.

Saya tidak menyangkal jasa-jasa mereka. Organisasi saya hubungannya sangat baik dengan banyak TITD, sering adain kegiatan bersama... majalah yang saya bina sekarang dulu juga pernah memuat satu artikel tentang "Jangan Lupakan Kelenteng" karena kelenteng memang berjasa BESAR. Bahkan salah satu temen baik saya adalah cucu pendiri organisasi TITD di Indonesia, ya anda tahu sendiri lah siapa... haha...

Yang saya pertanyakan adalah kecarutmarutan yang terjadi sekarang ini serta ajang saling rebutan yang terjadi tanpa didasari landasan akademis yang jujur dan jelas.

Quote
Seperti banyak dari Kawan - kawan Budhis  banyak berpikiran negatif tetang  orang San jiao. Padahal Mereka (orang san Jiao) Justru orang yang pertama yang membiayai para bikhu Teravada, dan Mahayana datang ke Indonesia, itu semua jasa orang -orang kepercayaan San Jiao, Semua Bhiksu aliran mana pun bisa hadir di Indonesia dan bisa memiliki wihara seperti sekarang , awalnya mereka yang keluar kocek duitnya untuk pelestarian Buddha dharma di Indonesia.

Ya benar. Tapi jika anda melakukan kajian akademis, banyak misionaris bhiksu" Mahayana yang membangun kelenteng Buddha dan membina Buddhisme di bumi Indonesia sebelum Bhante Ashin Jinarakkhita mempelopori bangkitanya agama Buddha. Jadi pelestarian kelenteng saya kira juga didukung oleh pihak Buddhis dan terjaid beberapa kali:

1. Misionaris bhiksu" Mahayana yang turut membangun kelenteng dan menyebarkan Dharma di sana pada tahun 80-an
2. Ketika budaya Chinese dilarang, bukankah semua kelenteng berlindung di bawah naungan agama Buddha.

Itu dua jasa Buddhisme pada kelenteng / San Jiao.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 28 October 2011, 07:36:11 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.